***
Helaan nafas berat terdengar dari seorang pria paruh baya yang berdiri di depan pintu kamar sang putri. Zaid memandangi pintu kamar Gita, dia sudah tak lagi mengetuk pintu itu dan meminta Gita keluar, atau sekedar minta Gita membuka pintunya untuknya. Dia sudah menyerah dengan putrinya yang keras kepala itu, tapi bukan berarti dia berhenti mengkhawatirkannya.
Zaid mendengar apa yang terjadi di sekolah dari Feni. Putus cinta adalah suatu yang sangat-sangat wajar dalam hubungan yang Gita dan Shani jalani. Mereka masih terbilang remaja untuk terlalu serius dalam hubungan.
Tadinya dia kira, patah hati tak akan membuat repot putrinya. Tak akan serepot dirinya saat bercerai dengan mantan istrinya. Namun, kenyataannya adalah Gita lebih parah saat patah hati dibandingkan dirinya.
Mengurung diri, tak mau makan, tak bisa diajak bicara. Hal-hal yang sama sekali tak akan mengubah apapun kecuali membuat dirinya sendiri semakin jatuh sakit.
"Mas, kasih waktu dulu buat Gita" Kata Dahayu akhirnya menyusul Zaid ke atas setelah kurang lebih 10 menit tak kembali ke bawah lagi.
"Iya, mungkin besok dia akan membaik" Timpal Feni yang sedari tadi bersender pada pintu kamarnya. Dia memperhatikan bagaimana Papah tirinya itu berusaha memanggil adik tirinya.
"Tapi—"
"Udah gapapa, ayo ke kamar" Potong Dahayu menarik lengan sang suami.
Ini sudah hampir menunjukkan pukul 12 malam, seharusnya mereka tidur dan beristirahat. Apalagi Zaid baru saja pulang dari lemburnya, dari pertama datang pun sudah memasang wajah lelahnya. Saat mendengar cerita dari Feni, dia terlihat khawatir dan lelah dalam waktu bersamaan.
"Gita, besok pagi kita perlu bicara. Papah harap besok pagi kamu keluar dari kamar kamu atau—"
Ucapan Zaid terpotong karena sang istri langsung berdesit untuk menghentikan ancaman yang akan dikeluarkan dari mulutnya.
"Udah mas atau aku suruh kamu tidur di luar malam ini?" Ujar Zaid, sekarang malah dirinya yang mendapat ancaman dari Dahayu.
Zaid mengangguk, dia menghelakan nafasnya. Untuk terakhir kalinya dia menatap pintu kamar sang putri, kemudian dia mengikuti Dahayu untuk turun ke bawah dimana kamar utama rumah ini berada.
Kepergian Dahayu dan Zaid menyisakan Feni masih di tempat yang sama, dia menghelakan nafasnya sambil menggelengkan kepalanya. Berdasarkan informasi yang dia terima, Shani sama kacaunya dengan Gita. Hal itu membuat Feni tak paham pada mereka, masih jelas sama-sama saling mencintai kenapa harus berakhir begitu saja? Sulitkah memperbaiki keadaan?
Feni tak bisa menyalakan Shani karena walaupun Shani lebih tua dan dianggap mampu olehnya memperbaiki keadaan, temannya itu ada perjuangan untuk memperbaiki keadaan dan hubungan dengan adiknya. Dan yang paling salah disini adalah Gita, Gita seakan memblokir semua jalan Shani untuk berbaikan. Entah apa alasannya, tapi itu sempat membuat Feni jengkel.
Sama seperti Zaid, untuk terakhir kalinya sebelum dirinya masuk ke dalam kamarnya sendiri, Feni menatap pintu Gita. Dia menerka-nerka sedang apa si pemilik kamar di dalam sana. Masih menangis kah? Sudah tertidur? Atau sedang melamun? Yang jelas Feni tahu pasti di dalam sana pasti sangat kacau, dia berharap Gita tak melakukan hal bodoh sampai melukai dirinya lagi.
*
01.07
Feni meregangkan otot-ototnya, dia memijat leher belakangnya lalu menghembuskan nafas kasarnya. Badannya sudah pegal-pegal karena belajar dan menugas.
Statusnya sudah berada di akhir semester membuatnya berubah menjadi manusia ambis. Setiap malam dia selalu tertidur pukul dua atau tiga pagi, setelah dia belajar. Sama seperti Shani dan yang lainnya, Feni punya tempat kuliah impian. Dia mati-matian mendapatkan beasiswa di sana, di jurusan yang dia targetkan juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2] [ON HOLD]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...