***
Ruangan berac membuat Gita nyaman, tapi baunya yang tidak nyaman. Bau obat-obatan yang asing bagi penciumannya. Walaupun begitu dia mencoba menikmati dengan rebahan di atas bangsal dengan memejamkan mata.
Terdengar dari luar obrolan tiga orang terjadi. Dua dari tiga orang itu Gita kenali, yaitu Shani dan Feni yang kemungkinan berbicara dengan dokter.
"Mpen, kamu istirahat sana" Kata Shani.
"Aku gapapa, cuma terbentur saja" Ujar Feni, "Gita gimana?" Lanjutnya.
Percakapan terus berlanjut, itulah sepenggal percakapan yang Gita dengar. Dia juga mendengar penjelasan tentang keadaannya, Gita bergumam dalam hatinya jika tindakan Shani ini berlebihan.
Bahunya hanya terbentur mobil akibat di dorong oleh pengendara mobil yang tak sengaja menabrak mobilnya akibat Gita mengerem dadakan.
Memang ada sedikit pertengkaran antara Gita dan orang itu, padahal Gita sudah meminta maaf baik-baik dan akan ganti rugi. Namun, orang itu malah emosi dan berlaku kasar.
Feni yang panik pun malah menelepon Shani untuk meminta bantuan, karena itulah Shani bisa bersama mereka. Setelah masalah selesai malah Gita dan Feni dipaksa untuk dibawa ke dokter oleh Shani. Keduanya hanya bisa menurut dan sepanjang perjalanan mendengarkan omelan dari Shani.
Suara gorden pembatas bangsal terbuka membuat Gita menoleh. Dia langsung bangun dari rebahannya dan duduk di atas bangsal.
"Aku bilang apa, aku baik-baik aja" Kata Gita pada Shani.
"Iya, yang penting kan di cek. Coba kalau gak di cek ternyata kenapa-kenapa" Timpal Shani.
"Ohh ngedoain?"
"Hah? Apa sih? Siapa yang ngedoain?"
"Stop!!"
Feni teriak dan mengambil posisi di antara keduanya sebelum pertengkaran terus terjadi. Shani dan Gita juga langsung terdiam dan sama-sama menghelakan nafas kasarnya.
Feni bisa bernafas lega karena Shani mundur satu langkah, artinya dia tidak mau melanjutkan lagi pertengkarannya dengan Gita.
Shani berdiri di depan Gita dan Feni, menampilkan wajah datar sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu memutar matanya malas menatap ke arah lain. Dalam hatinya Shani memaki Gita dengan kata menyebalkan sebanyak puluhan kali. Memang Gita itu menyebalkan jika sudah keras kepala, padahal dirinya sendiri juga sama.
"Kak Mpen, itu keningnya gapapa?" Tanya Gita membuat Shani menatap ke arah Gita.
Alisnya terangkat, tidak biasanya Gita peduli atau sepeka itu. Bahkan yang Shani lihat sekarang adalah tangan Gita terangkat mengusap kening Feni yang sedikit membiru.
"Sakit" Ringis Feni.
Adegan selanjutnya makin membuat Shani menatap tajam ke arah mereka. Gita yang mendengar ringisan dari Feni, dengan langsung menarik tangannya lagi, tapi gerakan Feni meraih tangan Gita lebih cepat.
Mereka malah saling menautkan tangan mereka sambil tersenyum satu sama lain, tanpa memperdulikan Shani yang masih ada disana.
"Lain kali nyetirnya hati-hati" Kata Feni serasa melepaskan tautan tangan mereka dan berlanjut memeluk leher Gita.
Shani melotot, wajah saja Feni main asal peluk, karena Feni tipe clingy. Yang membuat Shani kaget adalah Gita membalas pelukan Feni, menarik Feni lebih dalam memeluknya dan tangannya bergerak lembut mengusap punggung Feni.
Okay, Shani sudah tidak tahan lagi.
"Mukanya lucu kan Git?" Bisik Feni pada telinga Gita.
Tanpa Shani ketahui mereka berdua sengaja bermesraan di depan Shani untuk menjailinya. Tadi mereka bertatapan itu adalah bertukar ide secara telepati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2] [ON HOLD]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...