AWAS TYPO BERTEBARAN
☘︎ HAPPY READING ☘︎
Lima tahun yang lalu...
"Mas Bram kepengen dedek bayinya perempuan atau laki-laki mas ?" tanya Nadia yang tengah mengelus perut buncitnya
Bram tersenyum menatap istrinya, "terserah sayang, mas sedikasihnya aja. Ndak harus cowok atau cewek yang penting sehat-sehat" jawab Bram
Nadia terkekeh geli saat Bram mencium perutnya yang setengah telanjang dengan gemas, "geli lho mas kena kumismu, besok cukuran ya" sahut Nadia
"Siap sayang, asal kamu yang cukurin" balas Bram
"Mas" panggil Nadia tiba-tiba dengan suara tertahan
"Kenapa sayang, perutnya sakit ya, apa dedeknya mau keluar ?" panik Bram mondar mandir
"Cepet panggil ibu mas, kayanya mau keluar deh dedeknya" rintih Nadia dengan mencakar tangan suaminya, Bram
Bram langsung membopong tubuh Nadia tergesa-gesa, Sri yang melihatnya langsung berlari tergopoh-gopoh menghampiri anak dan menantunya, dengan wajah paniknya, "kenapa Nadia, le ?" tanyanya
"Ayo bu ke rumah sakit, Nadia mau melahirkan kayaknya" jawab Bram
Sri mengangguk, "kamu ke mobil dulu, ibu tak ngambil tas perlengkapan bentar" sahut Sri lalu berlalu ke lantai atas
Setelah mengambil keperluan menantunya, Sri bergegas menyusul anak dan menantunya ke mobil.
"Ibu udah telpon bapak le, bapak bentar lagi nyusul ke rumah sakit sama ayah bundanya Nadia juga" kata Sri memberitahu
"Enggeh bu, matursuwun" balas Bram
"Cepetin dikit ya pak" kata Bram pada supirnya, pak Tomo
Sri mengelus perut menantunya, "cah bagus utawa cah ayu seng anteng disik ya" kata Sri
"Bu Nadia minta maaf ya kalau selama jadi mantunya ibu Nadia ada salah" sahut Nadia menatap Sri lekat
Bram menoleh ke arah istrinya, "ngomong apa sih dek" sewot Bram
"Mas aku mau melahirkan, aku cuma mau minta maaf aja sama ibu sekalian minta doa mas" jawab Nadia pelan dengan senyum ayu-nya
"Ibu udah maafin kamu kok nduk, kamu ndak usah mikirin apa-apa dulu ya. Yang terpenting sekarang kamu harus kuat supaya ketemu dedek ya" balas Sri mengusap bahu Nadia
Nadia hanya mengangguk pelan, "Nadia ndak bisa janji buat selalu ada buat kalian bu" sahutnya
"Doa Nadia cuma satu, Nadia pengen ngelihat anak Nadia sebelum Nadia pergi ninggalin kalian semua buat selamanya"
Rumah sakit
"Suami ibu Nadia" panggil dokter
Sekarang ini semua anggota keluarga berkumpul di rumah sakit, "masuk le" kata Ning, bunda Nadia
"Nggeh bun, Bram masuk dulu" sahut Bram lalu masuk ke dalam ruang persalinan
Terlihat istrinya yang sedang terbaring lemah di atas brankar yang menatapnya dengan sayu, "mas Bram" panggilnya pelan
"Sayang kamu kuat, kamu pasti bisa"
"Sakit mas" rintih Nadia
"Ayo bu Nadia, dorong pelan-pelan ya. Jangan mengejan kalau belum ada aba-aba nggeh. Hitungan ke tiga ibu mengejan, satu dua tiga ayo bu" kata dokternya
"Akh ihhhhhhhh sakitttttt" teriak Nadia
"Sedikit lagi bu ayo bu" kata dokter
"Akhhh, ihhhhh"
"Oek oek" bunyi tangisan bayi mulai terdengar
"Alhamdulilah bapak ibu, bayinya perempuan sehat tanpa kurang satupun" kata dokter yang membantu persalinan
"Alhamdulilah sayang dedek bayinya lahir" suara Bram sedikit gemetar menerima bayi yang masih belum dibersihkan itu
Nadia tersenyum, "aku mau lihat mas" kata Nadia
Bram membawa putrinya di samping Nadia, "cantik banget anaknya mama, namanya Bella Zavira ya nduk" kata Nadia
"Panggilannya Bella" tambah Bram
"Halo sayangnya mama" kata Nadia pelan
Rasa bahagianya membuncah dalam hatinya, akhirnya anaknya dan Bram lahir ke dunia dengan selamat.
"Akh" rintih Nadia
Bram panik lalu menyerahkan anaknya pada dokter, "sayang bangun sayang" panik Bram
"Nadia bangun, jangan tinggalin mas Nad"
"Mas maafin Nadia ya kalau Nadia punya salah sewaktu jadi istrinya mas" tutur Nadia pelan
"Sayang jangan ngomong yang nggak-nggak deh"
"Mas aku titip Bella ya, cari pengganti aku buat Bella mas. Aku mau kamu ikhlasin aku mas, aku pamit" kata Nadia lalu pingsan
"Dok istri saya dok" panik Bram
"Sebentar pak biar saya periksa"
Setelah memeriksa dokter langsung melepas semua alat yang terpasang di tubuh Nadia, "maaf pak ibu Nadia sudah meninggal dunia" kata dokter
Bram menatap wajah pucat pasi istrinya, "dokter bohong" murka Bram
"Sebenarnya bu Nadia mempunyai kanker otak stadium akhir pak, bu Nadia bahkan rutin ke sini untuk konsultasi. Apa pihak keluarga tidak tahu tentang perihal ini ?" jelas dokter
Bram menegang, "kamu sembunyiin ini semua dari mas Nad" lirihnya
"Mas ndak bisa ngerawat Bella sendiri tanpa kamu sayang" kata Bram menatap istrinya yang sudah terbujur kaku
"Mas juga butuh kamu sayang" lirihnya menatap anaknya yang digendong suster
Minggu 15 Oktober 2023
Spam next 👉
50 vote + 50 komen update bab lagii...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐬 𝐁𝐫𝐚𝐦
Roman d'amour𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐞𝐧𝐚𝐦🥀 --- "Jani terima lamarannga mas" kata Rinjani yakin Bram menyunggingkan senyumnya, "terima kasih dek" sahutnya Start : 31 Juli 2023 End : 🎖️2 : agegap (27 Des 2023) dari 3,28k