Haiii... Selamat datang diceritaku, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya... Sebelumnya baca dulu novel 180 Degrees ya guys biar nyambung.
"Wahhh puas banget gue sama endingnya. Gak sia-sia gue beli PDFnya. Terbayar sudah, tapi gue jadi penasaran gimana kehidupan anaknya Rodolfo sama Revina ya. Ish, kalau gue bisa transmigrasi juga gue pengin lihat Messi deh. Pasti ganteng banget kyaaaaaa..... Gak kuat...." Monolog seorang gadis memukul bantalnya dengan brutal.
"Prasastiiii..... Gila kamu teriak malam-malam?!" Ucap seseorang dari luar kamarnya.
"Ish, maaf mah. Kelepasan." Ucap gadis tersebut masih menatap ponselnya yang menyala sesekali membayangkan visual sempurna tokoh fiksi didalam novelnya.
"Tapi gue kesel banget sama kelakuan Revina yang suka KDRT sama suaminya. Untung bucin. Akhhhh makin penasaran pengin lihat langsung.... Pasti gemes deh. Ya Tuhaaannnn pengen masuk ke novel 180 Degressss.....!!!!"
Duarrrrr
Prasasti meneguk ludahnya mendengar suara petir yang tiba-tiba menggelegar. Padahal saat ini dikabarkan sedang terjadi kemarau panjang. Kemelut pikiran buruk bersarang di otak Prasasti.
"Ah gak mungkin, bercanda doang udah malem kebiasaan parno. Mending gue langsung tidur aja daripada ketakutan sendiri."
Prasasti merebahkan tubuhnya dan segera terbang ke pulau mimpi. Hingga tak menyadari kabel listrik di Apartemen sebelah kamarnya tiba-tiba mengalami konsleting.
Percikan api timbul dan menjalar dengan cepat memenuhi ruang kamarnya. Asap membumbung mengepung seluruh sisi kamar Prasasti namun tak membuat gadis itu terbangun dari tidurnya.
"Prasasti.... Buka nak! Kebakaran! Prasasti!" Gedor wanita setengah baya panik seraya menahan sesak akibat asap semakin mengepul mulai keluar dari celah pintu.
Prasasti membuka matanya dan terkejut melihat semua nampak kelabu dengan langit-langit kamar yang sudah terlalap kobaran api. Matanya membulat sempurna setelah menyadari pasokan udara mulai menipis.
"Mah, mah... Pintunya gak bisa dibuka mah! Tolongin Prasasti!" Teriak Prasasti sambil terbatuk-batuk.
Dengan derai air mata menggenang dan terseok-seok membuka jendela apartemennya. Ia membuka jendela memastikan ibunya berhasil diselamatkan.
Seluruh orang nampak panik bersamaan dengan sirine pemadam kebakaran yang bersahutan. Prasasti hanya bisa diam menatap ibunya dari kejauhan. Apartemen miliknya berada di lantai 15 sudah tidak ada harapan lagi untuknya selamat. Prasasti sudah berputus asa menanti detik-detik kematiannya.
Asap semakin tebal hingga pandangan Prasasti sepenuhnya memutih. Bersamaan dengan degub jantungnya yang berhenti. Prasasti memejamkan matanya kemudian terkulai lemas di lantai.
Byurrrr....
Prasasti kembali membuka matanya dengan gelagapan.
"Anj*ng!" Umpatnya mengusap keseluruhan wajahnya yang basah kuyup.
"Dasar pelayan pemalas! Bangun!" Ucap seorang wanita tua berdiri dengan congkak di hadapan Prasasti.
Prasasti hanya mampu terdiam membeku setelah mendapatkan kesadarannya. Bukankah ia tadi terjebak dalam insiden kebakaran? Ia masih sangat jelas merasakan jantungnya berhenti berdetak sepersekian detik.
Namun Prasasti memperhatikan sekelilingnya yang nampak suara burung saling bersahutan. Gadis itu juga nampak linglung dengan pakaian yang saat ini ia kenakan.
"Heh! Bangun! Kita harus menyiapkan jamuan makan Permaisuri." Ucap wanita angkuh tersebut di hadapan Prasasti.
"Dimana gue?"
"Cih, masih belum sadar juga jal*ng kecil ini." Decih sinis wanita tersebut membuat Prasasti mengangkat sebelah alisnya.
"Apasih anj*ng gue nanya baik-baik? Apa mukanya gausah digarang-garangin. Lo pikir gue takut?!" Ucap Prasasti kesal mendapati air yang diguyurkan padanya adalah air keruh kecoklatan dan bau.
Wanita tersebut nampak terkejut mendengar gadis dihadapannya kini menatapnya dengan berani.
"Eits, mau nampar gue ?! Berani banget nyali lo puhhh sepuh... Gak tahu kalo gue ini dikenal preman di wilayah Cimahi. Anak buahnya Abah Badroll nih." Ucap Prasasti membuat wanita dihadapannya kebingungan.
"Ada apa ini ribut-ribut ?" Tanya seseorang yang tiba-tiba datang dengan banyak pelayan yang mengikutinya. Nampak wajah cantik bak porselen dengan gaun mewah membuat Prasasti melongo sekejab.
"Maaf Permaisuri Revina, saya hendak memberi pelajaran untuk pelayan pemalas ini. Namun nampaknya dia sudah gila. Saya mendengar dia berceloteh dengan bahasa asing yang aneh." Ucap wanita congkak tersebut tiba-tiba berkata sangat manis.
"Dih najis." Ucap Prasasti bergidik mendengar dan melihat sifat pelayan tua tersebut pada seorang wanita cantik dihadapan Prasasti saat ini begitu halus dan cari muka.
"Bahasa aneh?" Ucap perempuan tersebut menatap Prasasti dengan alis terangkat.
"HEH BERI HORMAT PADA PERMAISURI REVINA." Ucap pelayan congkak tersebut membuat Prasasti berjenggit kaget.
"Kaget anj*ng! Santai dong gue gak tuli." Ucap Prasasti mengelus dadanya.
"Hah?" Kini perempuan cantik tersebut yang terkejut mendengar ucapan Prasasti.
"Eh?" Heran Prasasti melihat wajah syok perempuan yang disebut-sebut sebagai Permaisuri itu.
"Supaya silaturahmi tetap terjalin...." Ucap perempuan tersebut yang langsung reflek disahuti Prasasti.
"Pinjam seratus dulu bolehlah wirrr...."
"Eh?!"
"Eh?!"
Mata mereka saling beradu pandang sebelum perempuan dipanggil Permaisuri tersebut memekik nyaring.
"Lo dari real life kan?!" Pekik perempuan tersebut begitu semangat mengguncang badan mungil Prasasti tanpa merasa jijik sekalipun.
"Hah? Emang ini dimana?"
"Aaaakhhh seneng banget ketemu manusia yang manusiawi."
"Apasih gue masih gak paham c*k?!"
"Santai nj*ng nanti gue jelasin. Yuk ikut gue." Ucap perempuan tersebut menyeret tubuh Prasasti.
Seluruh pelayan yang melihat Permaisuri mereka membawa Prasasti menganga. Gadis itu hanya diam bertanya-tanya seraya mengagumi keindahan dan kemegahan tempat yang ia singgahi saat ini.
"Ini disurga ya?" Gumam Prasasti masih terdengar.
"Bukan nak. Ini dunia alam gaib."
Prasasti hanya menaikkan alisnya bingung menilai wanita dihadapannya kini. Cantik, sangat cantik. Awal mulanya ia pikir dengan pakaian yang dikenakan perempuan tersebut menggambarkan seorang bangsawan kelas atas. Tapi sangat membagongkan kini Prasasti melihat perempuan tersebut menyeretnya seraya berteriak.
"Mana suamiku dan anakku?" Tanya perempuan tersebut pada seorang prajurit yang menjaga pintu besar.
"Mereka ada didalam Permaisuri."
"Buka pintunya." Titah perempuan tersebut diangguki dengan patuh.
"Dollll....... Messssiiiii anakku..... Emak bawa calon mantuuuuuu..... " Teriak perempuan tersebut membuat Prasasti tersedak.
Tunggu, ia tidak asing.
Dol? Messi?
Prasasti menatap lurus punggung wanita dihadapannya. Tidak mungkin, tidak mungkin ucapannya menjadi nyata.
"Revina." Ucap Prasasti membuat perempuan tersebut menoleh sempurna padanya seraya tersenyum.
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
180Degrees [RETURN AGAIN]
FantasyPLAGIAT KENA AZAB!!! Saquel ke-tiga Prasasti Anggraini seorang gadis yang memiliki akhlak dan kadar kesabaran setipis tisu harus meregang nyawa akibat sumpahnya yang ingin masuk kedalam dunia novel. Saquel 180 Degrees merupakan seri novel kedua ya...