25

468 76 21
                                    

Lama bgt Hiatus 🙂 semoga kalian gak lupa sama alurnya 😭tpi gw sendiri yg nulis aja lupa. Lagi BLOKWRITE gatau mau nulis gimana soalnya gw gak pernah nyusun alur yg rapi dari awal yaudah spontan aja. Sekarang ngeblok sendiri bingung sendiri.

Bau-bau mau ending boleh spam sebanyak-banyaknya ygy buat dukung cerita ini sampai ending

Bau-bau mau ending boleh spam sebanyak-banyaknya ygy buat dukung cerita ini sampai ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara terompet dan riuh rakyat menyambut kereta kuda Kaisar Kenzio. Meskipun hanya Kaisar di kerajaan kecil, namun semua masyarakat nampak bahagia melemparkan bunga. Prasasti cukup senang bisa kembali ke tempat ini. Suasana yang lebih menenangkan membuatnya terpikirkan sesuatu. Bagaimana jika anaknya kelak dilahirkan ditempat ini? Prasasti harap begitu.

Seorang gadis muda dengan gaun merah muda membawa setangkai bunga matahari mengulas senyum padanya. Berlari riang berhambur memeluk tubuh Prasasti.

"Asa, aku rindu...."

"Aku juga rindu Tuan Putri Mary."

"Selamat datang Permaisuri Prasasti."

"Salam yang mulia Zenus. Bagaimana kabar anda?" Tanya Prasasti dibalas senyum simpul Zenus.

"Kurasa jika kau ada disini, aku akan membaik." Ucap Zenus dibalas kekehan ringan Prasasti.

"Sebaiknya kita masuk dahulu. Tidak baik untuk kesehatan ayah dan Prasasti." Ucap Kenzio memapah langkah Prasasti dengan hati-hati.

Rosemary tersenyum dari belakang membayangkan seandainya Kenzio dan Prasasti yang menjadi pasangan suami istri. Namun ia tidak bisa bersikap egois lagi memaksa perasaan orang lain.

Prasasti dikawal kedua pria gagah nan tampan yang membuat seisi istana bertanya-tanya akan siapa sosok Prasasti itu. Wanita muda dengan senyum lembutnya menyapa para pelayan. Ia teringat dulu ia juga menjadi bagian pelayan di istana ini. Seandainya ia tidak bertemu dengan Leon malam itu, seandainya ia menaati ucapan Kenzio dan tidak meminum anggur itu. Namun semua sudah menjadi garis takdirnya.

Kini tidak ada yang bisa ia sesalkan apalagi bayi dalam kandungannya yang tidak memiliki dosa. Bayi dalam kandungan ini sudah menjadi bagian darinya. Prasasti sudah menyayangi bayi ini meskipun belum ia lahirkan.

Zenus memandang Prasasti dan perutnya. Dulu ia sempat menginginkan wanita itu, namun melihat perempuan itu diperlakukan buruk oleh suaminya membuat Zenus tidak terima. Zenus turut merasakan sakit hati terlebih memposisikan bagaimana nasib Rosemary nantinya.

"Semua akan baik-baik saja." Ucap Zenus membuat Prasasti tersenyum simpul.

"Iya, semua akan baik-baik saja. Kami kuat." Ucap Prasasti mengelus perutnya yang membuat Kenzio dan Zenus mencelos.

"Kita bicarakan nanti setelah kau istirahat." Ucap Zenus meninggalkan Kenzio dan Prasasti.

"Istirahatlah, Asti." Ucap Kenzio menahan tangannya agar tidak membelai rambut Prasasti.

180Degrees [RETURN AGAIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang