"Laut, Mama mau ngomong sama kamu." Laut yang melihat air muka ibunya yang tidak enak dan Rose yang menangis di sampingnya membuat Laut merasa sedikit kesal. Gadis itu pasti sudah menceritakan hal yang tidak tidak pada ibunya.
"Ada apa, Ma?" tanya Laut setelah duduk di depan mamanya.
"Apa yang kamu katakan pada Rose kemarin malam?" tanya Tiffany.
"Aku tidak mengatakan apapun," jawab Laut tegas.
"Benarkah? Sudah mulai belajar bohong ke mama? Siapa yang ngajarin kamu bohong, Laut? Mama tidak pernah ngajarin kamu bohong pada orangtua. Ini pasti karena anak tetangga sebelah. Itu kenapa mama tidak suka kamu dekat dengan dia, dia itu gak baik buat kamu, Laut."
"Jangan bawa bawa, Airy. Dia tidak tau apapun. Sekarang katakan, Ma, di bagian mana aku bohong ke Mama?" tanya Laut.
"Kamu mengajak Rose untuk tidur denganmu dan mengatakan dia murahan karena dia menolak ajakan kamu kan? Kenapa kamu melakukan hal seperti itu, Laut?" Laut tertawa sumbang saat mendengar ucapan Mamanya itu. Mengajak gadis itu tidur bersama? Lebih baik dia tidur dengan ular di hutan daripada harus menghabiskan malam dengan gadis itu.
"Jadi Mama lebih percaya padanya yang jelas jelas baru datang kemarin dibandingkan aku anak kandung Mama sendiri? Are you kidding me, Mom?" tanya Laut. Ada nada kekecewaan disana.
"Mama kenal Rose, dia tidak mungkin berbohong pada Mama."
"Lalu aku? Aku bisa berbohong begitu? Apa yang dia berikan pada Mama sampai Mama tega menuduh aku yang bahkan tidak mungkin bisa melakukan hal itu, Ma?" tanya Laut kembali.
"Aku gak percaya Mama bisa menuduhku mengatakan hal rendah seperti itu, aku kecewa sama Mama." Laut berdiri dari tempatnya dan meninggalkan Mamanya dan Rose yang masih menangis di pelukan Tiffany.
Yang mereka tidak tahu adalah nenek Shin ada disana, ia melihat apa yang baru saja terjadi dari dalam kamarnya. Putrinya yang menyalahkan cucunya dan Laut yang untuk pertama kalinya kecewa pada ibunya. Ia menutup kembali pintu kamarnya, belum sanggup jika harus bertemu dengan Tiffany.
"Mas? Tumben sudah ke rumah. Kamu ada kelas?" tanya Airy saat melihat Laut berdiri di depan pintu rumahnya. Laut tanpa aba aba langsung memeluk Airy dengan erat, ia ingin menangis tapi ia tak terlihat lemah di hadapan Airy. Sementara Airy yang tidak tau apa apa hanya membalas pelukan Laut dan mengusap punggung kekasihnya itu.
"Mas kenapa? Ada masalah dirumah?" Laut tak menjawab, ia hanya diam sambil memeluk Airy dengan erat.
"Kita sarapan dulu ya? Bunda tadi masak nasi goreng sosis. Kamu pasti belum makan kan?" tanya Airy. Laut mengangguk.
"Lepasin dulu pelukannya ya? Nanti di lanjut lagi kalo sudah selesai sarapan." Laut hanya menurut dan melepaskan pelukannya. Laut hanya menurut saja saat Airy menarik tangannya masuk ke dalam rumah.
"Selamat pagi bunda, ayah," sapa Laut. Orangtua Airy tersenyum melihat siapa yang bertamu pagi pagi begini.
"Selamat pagi, nak. Sudah sarapan?" Laut menggeleng.
"Yasudah, ayo duduk. Kita sarapan bersama," ucap Yoona. Laut mengangguk dan langsung duduk di samping kekasihnya.
"Adek, hari ini bunda mau arisan di rumah ibu RT. Nanti kamu beli makanan saja ya diluar, bunda malas masak," ucap Yoona lalu menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Siap bunda. Arisannya jam berapa, bun?" tanya Airy.
"Jam 4, dek." Airy hanya mengangguk untuk menanggapi jawaban ibunya itu.
"Laut, bagaimana keadaan nenek Shin? Baik baik saja kan?" tanya Donghae.
"Nenek baik baik saja, paman. Bahkan nenek sudah mulai sibuk berkebun lagi," jawab Laut. Sebenarnya ia sedikit khawatir pada neneknya, ia takut jika neneknya itu mendengar perdebatannya dengan sang ibu.