"Laut, ayo sarapan dulu. Nanti kamu gak konsen lagi pas kuliah nanti," panggil Tiffany.
"Aku akan makan di kampus saja." Laut pergi begitu saja tanpa berpamitan pada ibu dan juga neneknya.
Ini sudah dua bulan sejak kepergian keluarga Airy yang secara mendadak. Mendengar kabar itu membuat nenek Shin sangat terkejut. Ia bahkan menangis saat mendengar kabar itu. Tapi dari itu semua, perubahan dari Lautlah yang terlihat sangat jelas. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kuliah dan bekerja, bahkan untuk makan saja ia sudah tak peduli. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar ia bisa menemukan keberadaan Airy.
Laut juga masih sering datang ke panti asuhan tempat Airy mengajar. Ia menggantikan jadwal kekasihnya itu. Ia masih ingat dengan jelas permintaan Airy dulu.
"Jika aku ada kegiatan dan aku tidak bisa mengajar, kamu mau kan membantuku untuk mengajar anak anak?"
Laut tersenyum kecil dan mengusap airmatanya. Ia tersenyum kecil.
"Laut, lo baik baik saja kan?" tanya Dion. Laut hanya mengangguk.
"Gue baik baik saja. Tumben kalian datang sepagi ini? Tugas lo belum siap ya, Bi?" tanya Laut.
"Mulut lo bau pesing. Gue mau ketemu sama pak Dewa, ada urusan sebentar. Lo ngapain ke kampus? Emang ada kelas? tanya Biandra.
"Kagak, gue cuma malas saja dirumah. Mau healing," jawab Laut dengan kekehan.
"Healing kok ke kampus, kagak ada duit lo?"
"Adalah, gue mah kaya," jawab Laut.
"Terus ngapain healing ke kampus, bego. Healing mah ke gunung, ke laut, bukannya ke kampus mojok," ucap Biandra. Saat Laut mau menjawab, ia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Si gatal mau beraksi lagi," gumam Dion yang masih bisa didengar oleh Biandra dan Laut.
"Laut, kamu kenapa cepat sekali ke kampusnya? Tadi aku kerumah kamu, mau nebeng biar kita berangkat bareng. Tapi bibi bilang kalo kamu sudah berangkat," ucap Rose. Laut hanya diam saja, tidak ingin merespon gadis yang dua bulan terakhir ini gencar mendekatinya.
"Gue ke ruang dosen dulu ya, Laut. Sampai jumpa di kelas nanti." Laut mengangguk dan menatap Biandra yang sudah berlari ke ruangan dosen, meninggalkan Dion bersamanya.
"Lo udah makan? tanya Dion. Laut menggeleng. Dion hanya mendecih.
"Kalo ada Airy disini, dia pasti akan marah marah ke lo. Gue akan pesan makanan buat lo," ucap Dion lalu berlalu. Laut tersenyum kecil.
"Mas, kenapa gak makan dari rumah? Mau cari penyakit? Penyakit kok dicari, uang tuh dicari."
Laut masih mengingat jelas wajah cemberut kekasihnya yang kesal karena Laut melewatkan sarapannya.
"Laut, kamu dengerin aku gak sih?" tanya Rose sambil memggoyangkan lengan Laut kuat.
"Apaan sih. Lo bisa gak, gak gangguin gue? Gue muak lihat muka lo setiap hari. Gue pengen muntah rasanya," ucap Laut kesal. Rose yang mendengar hal itu hanya bisa kesal.
"Kamu diam saja dari tadi, kamu lagi mikirin apa sih? Lagi mikirin Airy? Kenapa sih masih pikirin orang yang sudah ninggalin kamu begitu saja? Kamu gak mau cari pengganti saja?" tanya Rose. Sepertinya dia sudah kesal karena usahanya selama ini masih saja tidak terlihat di mata pria tinggi itu.
"Jaga ucapanmu. Gue gak akan segan segan berlaku kasar sama lo meskipun lo itu perempuan," ucap Laut marah. Ia paling tidak suka jika kekasihnya sudah dibawa bawa.
"Harusnya kamu sadar Laut, Airy itu tidak sayang sama kamu. Dia cuma mau manfaatin kamu saja. Kalo dia memang sayang dan cinta sama kamu, dia harusnya kasih kabar ke kamu. Bukannya malah menghilang tanpa dosa kaya gini," ucap Rose kembali. Laut menarik rambut gadis itu dengan kuat. Ia menatap nyalang pada Rose yang mulai kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma moitié de vie ✔
Fiksi PenggemarTentang aku, kamu dan kisah kita yang sempurna.