"Laut, hari ini hari pertamaku kuliah. Kita berangkat bersama ya? Aku masih belum tau jalan mau ke kampus," ucap Rose. Hari ini mereka sarapan bersama di rumah Laut.
"Iya nak, kasihan Rose kalo harus naik ojek online. Kamu mau kan nak?"
"Kenapa harus kasihan? Sudah besar kan? Mandiri."
"Tapi kan aku baru di daerah sini. Nanti kalo aku sudah tau jalannya, aku akan berangkat sendiri kok," jaqab Rose kembali.
"Gak bisa, gue berangkat dengan Airy."
"Airy, Airy, Airy terus. Kenapa sih kamu tidak mau menuruti permintaan Mama? Mama capek mendengarnya," ucap Tiffanya.
"Selamat pagi." Pria manis yang tidak disukai oleh Tiffany itu menyapa mereka. Laut tersenyum dan berjalan mendekatinya.
"Selamat pagi, sudah sarapan?"
"Sudah, Mas. Kamu lagi sarapan? Selesain dulu, aku tunggu di ruang depan ya?" ucap Airy.
"Halo Airy, kamu masih kenal aku kan?" tanya Rose. Airy mengangguk.
"Kenal kok, sahabatnya Mas Laut kan?" Rose mengangguk.
"Airy maaf ya? Hari ini sepertinya Laut gak bisa antar kamu ke kampus. Laut sudah janji mau ngantar aku. Kamu tau kan kalo aku baru disini, jadi aku masih belum tau jalan jalan disini. Kamu gak masalah kan?" tanya Rose. Tiffany yang mendengar ucapan Rose tersenyum mendengarnya, tetangganya itu pasti tidak akan bisa menolak permintaan Rose.
"Jaga ucapanmu atau gue gak akan segan segan untuk menamparmu sekarang juga," ucap Laut santai namun ada ketegasan di dalamnya.
"Laut!! Kenapa kamu kasar sekali pada Rose? Bagaimana pun Rose itu perempuan, seharusnya kamu bisa menghormatinya. Ini pasti karena Airy sudah membawa pengaruh buruk untuk kamu," ucap Tiffany dan menatap nyalang pada Airy.
"Mas, aku tunggu di depan ya? Jangan lama, nanti kita telat ke kampusnya." Laut mengangguk dan membiarkan Airy pergi ke ruang tamu.
"Kamu sudah di pengaruhi oleh Airy, kamu jadi sering membantah Mama karena anak tidak tau malu itu. Mama tidak mau tau, kamu harus jauhin anak itu." Laut tak mempedulikan ucapan Mamanya itu.
"Aku pergi ya, nek. Nenek mau nitip sesuatu? Aku akan membelikannya saat pulang nanti," tanya Laut.
"Belikan apa saja, nak. Nenek pasti suka."
"Kalo begitu, aku pergi ya, nek. Sampai bertemu nanti." Laut mencium pipi neneknya dan mengabaikan Tiffany begitu saja.
"Ibu kenapa tidak mendukungku? Ibu menyetujui Laut dekat dengan anak tidak tau diri itu? Ibu mau cucu ibu jadi orang yang berbeda? Kenapa? Ibu pasti sudah di pengaruhi oleh anak kurang didikan itu," ucap Tiffany.
"Kamu meminta ibu untuk tidak ikut campur kan? Terus kenapa ibu masih salah saat ibu lebih memilih diam?" tanya nenek Shin.
"Bibi sudah, jangan marah marah ke nenek. Bibi tenang ya? Laut pasti akan balik mendengarkan bibi saat dia sadar kalo orang yang dia bela itu ternyata tidak sebaik itu. Rose berangkat ya bibi?" ucap Rose. Tiffany hanya mengangguk. Ia mencium punggung tangan Tiffany. Saat Rose ingin mencium tangan nenek Shin, ia mengabaikan gadis itu dan memilih untuk kembali ke kamarnya.
"Hati hati ya nak? Maaf karena Laut belum bisa mengatar kamu ke kampus. Nanti Laut pasti ingin," ucap Tiffany. Rose mengangguk dan meninggalkan Tiffany sendirian.
¤¤¤
"Semangat kuliahnya mas pacar," ucap Airy setelah melepaskan helm miliknya.
"Kamu juga sayang. Nanti kabari kalo kamu sudah selesai kelasnya ya? Biar aku bisa kabari kamu buat nunggu atau pulang lebih dulu." Airy mengangguk. Ia melambaikan tangannya dan berlari menghampiri sahabatnya yang baru saja sampai.