Memilikimu adalah hal yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Maka, jika dunia memaksaku untuk meninggalkanmu, aku lebih memilih untuk menentang dunia.
"Mas, hari ini weekend. Ada rencana apa?" tanya Airy. Ia sedang menemani Laut untuk membeli beberapa buku untuk keperluan tugasnya.
"Aku belum memikirkannya sayang. Kamu ada ide?" tanya Laut kembali.
"Di rumah aku saja ya, Mas? Kita habisin waktu sama Vivi, bagaimana?"
"Boleh sayang, apapun yang kamu inginkan pasti akan aku turuti. Asal jangan memintaku untuk meninggalkanmu, aku tak akan sanggup untuk melakukannya," jawab Laut.
"Aku juga gak bisa kalo gak sama Mas. Jangan tinggalkan aku ya, Mas?" Laut mengangguk dan mengecup pelipis kekasihnya itu.
"Nanti sebelum pulang, kita beli makanan untuk ayah dan bunda dulu ya? Gak enak kalo kita pulang gak bawa apa apa," ujar Laut.
"Okay, Mas. Mas sudah selesai beli bukunya? Mau pulang sekarang?" tanya Airy.
"Sudah selesai, sayang. Kita langsung pulang saja, takutnya nanti hujan." Airy mengangguk dan mengikuti Laut yang berjalan ke arah kasir.
¤¤¤
"Laut, Mama mau minta tolong sama kamu, nak. Tolong antar Rose ke rumah sakit ya? Tadi dia jatuh di kamar mandi dan sepertinya kakinya terkilir. Tolong ya nak, Mama gak tau harus minta tolong ke siapa lagi. Cuma kamu yang bisa membantu Rose, nak." Tiffany langsung memeluk Laut saat keduanya berada di depan rumah Airy.
Ini sudah tiga bulan berlalu sejak dirinya yang berdebat dengan Mamanya dan sejak saat itu, hubungan mereka sedikit renggang meski keduanya masih ngobrol sesekali. Hari ini Mamanya meminta bantuannya untuk membantu seseorang yang sangat ia hindari.
"Aku akan membantunya, Ma. Sayang, ikut denganku ya? Aku tak bisa membawanya sendiri." Airy hanya mengangguk.
"Tapi aku kasih makanan ini ke Bunda dulu ya, Mas. Gak enak kalo dibawa bawa." Laut hanya mengangguk dan mengikuti Mamanya yang berjalan masuk ke dalam rumah mereka.
"Bisa jalan?" tanya Laut yang sedang meringis menahan sakitnya.
"Gak bisa, Laut. Ini sakit banget," jawab Rose. Laut menghela nafasnya dan menggendong Rose ala bridal style.
"Lain kali, pakai baju yang bagus. Aku tidak akan pernah tergoda padamu," ujar Laut dengan sedikit desisan.
"Sayang, bisa buka pintu belakangnya? Orang ini berat sekali," pinta Laut saat melihat Airy yang sudah menunggu di depan rumahnya.
"Iya Mas." Airy langsung menuruti permintaan Laut dan membiarkan pria itu langsung mendudukkan Rise di dalam mobil.
"Kenapa aku duduk di belakang? Aku bisa duduk di samping kamu, Laut," ucap Rose.
"Orang yang pantas duduk di sampingku itu hanya Airy. Lagian kamu itu lagi sakit, jangan banyak protes," ucap Laut lalu menutup pintunya dengan sedikit keras.
"Jangan marah marah, Mas. Lihat wajah kamu, sudah mulai ada kerutan karena kesal terus," ucap Airy lalu mengusap wajah Laut.
"Maaf sayang, aku akan usahakan untuk gak marah marah lagi." Airy tersenyum mendengarnya dan masuk ke dalam mobil.
Laut melajukan mobil ke rumah sakit terdekat. Ia tak mau berlama lama berada satu tempat dengan orang yang ia tidak suka.
"Mas, tadi bunda minta aku buat bawa martabaknya untuk kamu," ucap Airy sambil menunjukkan kotak bekal di tangannya.
"Nanti kita makan saat di rumah sakit ya sayang? Sekalian beli kopi dan coklat dingin untuk kita." Airy mengangguk untuk menjawab ucapan Laut.
"Lalu Rose bagaimana, Mas?" Laut menatap spion yang ada di tengah mobil.