"Laut, aku boleh minta tolong? Aku tidak mengerti materi hari ini, boleh ajari aku?" pinta seorang gadis bernama Wanda.
"Gue gak punya waktu," jawab Laut tanpa memandang siapa lawan bicaranya itu.
"Kalo begitu, kapan kamu ada waktu? Aku akan meminta bantuanmu saat kamu sedang senggang," ucap gadis itu kembali.
"Gue gak punya waktu sampai kapan pun." Laut meninggalkan gadis itu begitu saja. Ia melangkahkan kakinya ke arah parkiran. Saat ingin memakai helm miliknya, ia melihat tetangga neneknya yang baru saja datang dengan motor scoopynya.
"Halo cucunya nenek tetangga," sapa pria manis itu setelah membuka helmnya.
"Kamu sudah mau pulang?" tanya Airy setelah turun dari motornya. Laut hanya menggeleng.
"Gue ada urusan di coffee shop dekat sini." Aury hanya mengangguk.
"Hati hati ya? Oh iya, tadi aku dapat hadiah dari ibu panti. Tadi ibu panti memberiku banyak sekali. Aku takut tidak habis dan malah kadi basi nanti." Auri memberikan satu toples berisi cookies coklat.
"Kamu bisa membaginya dengan nenek Shin dan bibi nanti pas kamu sampai di rumah." Laut menerima toples cookies itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.
"Terimakasih, gue pergi dulu." Laut langsung melajukan motornya meninggalkan Aury di area parkir.
"Aury, kenapa masih disini? Ayo masuk, sebentar lagi pak Agung masuk loh." Aury hanya menurut saja saat tangannya di tarik oleh salah satu sahabatnya, Seulliane.
"Suzy dimana? Aku tidak melihatnya," tanya Aury.
"Dia sudah di kelas, aku kesini karena Suzy khawatir kamu akan terlambat," jawab Seulianne.
"Terimakasih, aku sayang kalian." Aury menggandeng lengan Seulliane dan berjalan ke kelas mereka yang berada di paling ujung nomor 3.
¤¤¤
"Bagaimana? Apa Anda bisa membantu saya untuk mengelola bisnis cake ini? Anda hanya perlu mengawasinya saat kau senggang atau saat sedang berada di dekat daerah itu. Bukan hanya itu, saya juga meminta Anda untuk menambah penjualan per harinya. Target penjualan kami, 50 cake terjual dalam satu hari. Untuk bayarannya Anda tidak perlu khawatir, kami akan memberikannya sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Dan jika Anda bisa mencapai target atau bahkan melampauinya, kami akan menambah bayarannya sebanyak 40%, bagaimana?"
"Ada hitam diatas putih?"
"Tentu saja ada." Pria itu mengeluarkan satu kertas yang berisi perjanjian. Laut membacanya dengan seksama, memastikan tidak ada hal yang akan merugikannya ke depannya.
"Kontrak satu tahun?"
"Benar. Tapi jika kita sama sama menguntungkan, kita bisa menambah waktu kontraknya," jawab pria itu.
"Saya butuh surat ini untuk saya pegang sendiri, jadi kita bisa memegang masing masing satu surat perjanjian."
"Tenang saja, saya sudah membuat salinan untuk Anda." Pria itu memberikan satu surat lagi. Laut membaca ulang surat tersebut untuk memastikan jika surat itu memiliki isi yang sama.
"Baiklah, saya setuju." Laut menandatangi surat tersebut, begitu juga dengan pengacaranya dan dua pria yang akan menjadi partner bisnisnya selama satu tahun kedepan.
"Kapan Anda ada waktu? Saya akan mengenalkan Anda pada pekerja saya."
"Besok sore, saya selesai kuliah jam 5 sore. Kita bisa bertemu di toko Anda jam 6," jawab Laut.
"Baiklah kalau begitu, senang bisa bekerja sama dengan Anda." Laut menerima uluran tangan dari pria yang ada di hadapannya.
"Kalau begitu kami permisi." Laut hanya mengangguk.