chapter 06

20 6 0
                                    

Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.

•••
- BAB 6 | MENGHILANGNYA SEORANG SISWI -
•••

Pukul 4 sore, Runa baru kembali ke asrama. Saat hendak menuju kamarnya, Runa melihat seorang gadis tampak gelisah mengetuk-ngetuk pintu kamar yang bersebrangan dengan kamar Runa.

"Naya?" tegur Runa, pada salah satu teman sekelasnya tersebut. Alih-alih menuju pintu kamarnya sendiri, Runa pergi menghampiri Naya.

"Runa, lo ada liat Mira nggak kemarin atau semalem? Nggak, pokoknya lo udah liat Mira nggak beberapa hari ke belakang? Sekitar dua hari sebelumnya," tanya Naya, langsung menyerangnya dengan rentetan pertanyaan bernada kegelisahan.

"Bentar, tenang dulu, Nay," kata Runa. Membantu Naya mengontrol emosinya. "Gue nggak tahu, gue aja nggak kenal yang namanya Mira itu yang mana," jawab Runa dengan ekspresi menyesal.

Naya membuang napas berat kecewa. "Mira pemilik kamar ini. Masa lo nggak kenal, tetanggaan."

"Ya gue baru beberapa hari di sini. Dan nggak pernah liat siapa pun keluar atau masuk ke kamar ini," terang Runa.

Naya menghembuskan napas berat lagi. "Gitu ya. Maaf udah ganggu waktu lo ya, Run. Tapi kalo lo liat ada cewek yang masuk ke sini, langsung kabarin gue ya?" Naya memberikan senyum penuh harap. Runa jadi merasa simpatik, dan akhirnya mengangguk menyanggupi.

"Yaudah, gue mau balik ke kamar aja. Dah, Runa." Naya melambai, hendak beranjak pergi. Tapi baru beberapa langkah, Runa kembali memanggilnya.

Teringat tentang pernyataan Naya soal Mira yang sudah menghilang selama dua hari. Itu berarti, Mira menghilang sehari setelah ditemukannya jasad Saka. Entah bagaimana, Runa merasa ada koneksi dianatara dua kasus ini.

"Kenapa?"

"Tadi, lo bilang Mira udah ngilang selama dua hari kan?" tanya Runa, memastikan.

"Nggak juga sih. Gue nyimpulin gitu soalnya gue nggak ketemu dan liat dia selama dua hari. Tapi kemungkinan memang iya. Soalnya, gue denger, dia juga nggak masuk kelas selama dua hari pas gue mampir ke kelasnya tadi," terang Naya. "Memang ada apa?"

Runa menggeleng kaku kemudian tersenyum canggung. "Cuman nanya, kali aja gue bisa bantu buat nyari Mira."

Mata bulat Naya seketika berbinar. "Serius?"

Runa mengangguk. "Karna gue nggak kenal Mira, lo bisa kirim fotonya nggak?"

"Okey, gue kirimin sekarang." Naya mulai mengotak atik ponselnya untuk menemukan foto Mira.

Sementara menunggu Naya, Runa membuka obrolan kembali. "Lo deket banget, ya sama Mira?" tanya Runa.

Naya mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Mira temen pertama gue sejek gue pindah ke sekolah ini. Mira yang bantu gue adaptasi. Gue ditransfer ke sini setelah kena masalah disekolah lama dan diseret tante gue ke sekolah ini."

Runa mengeruhkan ekspresi wajah prihatin. Tidak hanya dirinya, tapi sebagian besar murid-murid di sini punya cerita mereka sendiri bagaimana bisa berakhir disekolah ini.

"Udah gue kirimin ya," kata Naya, bersamaan dengan suara notifikasi dari ponsel Runa.

"Mohon bantuannya, ya, Run. Gue pamit lagi mau balik kamar, dah." Kali ini, Naya benar-benar pergi tanpa adanya cegahan dari siapa pun lagi.

Runa kemudian beralih pada ponselnya. Ia melihat sosok Mira pada gambar yang dikirimkan Naya padanya. Dan Runa memang baru pertama kali melihat wajah ini. Menghembuskan napas berat, pikiran Runa tambah kacau karena memikirkan kemungkinan menghilangnya Mira ada hubungannya dengan kematian Saka.

Pandangan Runa beralih pada pintu kamar Mira yang masih tertutup rapat. Ia melihat sekitar lorong asrama dan tidak menemukan orang lain berkeliaran. Maka, Runa berjalan menuju pintu tersebut. Ia berdiri di depannya, sebelum mengulurkan tangan, menyentuh knop pintu.

Mata Runa membelakak lebar dan tubuhnya bergetar sebelum menjadi tegang.

Sekilas penglihatan tentang masa lalu merasuk ke dalam otaknya dan memutar adegan acak hari dimana Mira masuk ke dalam kamarnya dengan wajah pucat dan ketakutan. Gadis itu kelihatan panik, tangannya bergetar ketika berusaha memasukan kunci ke lubangnya.

Penglihatan Runa berakhir dengan jatuhnya ia ke lantai dengan kondisi tubuh melemah. Kepalanya pusing dan pandangnya untuk sejenak menjadi kabur. Efek dari menggunakan kemampuannya.

Dalam penglihatannya tadi, saat Runa melihat bagaimana  Mira gelisah dan nampak ketakutan, Runa merasa bahwa itu karena Mira sedang berusaha kabur dari sesuatu atau mungkin seseorang. Dugaan itu membuat Runa menyimpulkan bahwa mungkin, Mira adalah target selanjutnya.

Dengan susah payah, Runa bangkit berdiri. Ia kemudian pergi ke kamarnya sendiri begitu pusing dikepalanya mulai mereda. Tapi pikirannya masih terganggu oleh kasus kematian misterius yang entah bagaimana membuatnya tanpa sadar mulai melibatkan diri.

Padahal, setelah mendengar cerita Haikal tentang kasus Nana, Runa enggan membahasnya. Namun, sejak munculnya korban lain, Runa diam-diam mulai tertarik, dan tanpa sadar sudah melibatkan diri dengan mempertanyakan segala kemungkinan yang berkaitan. Tapi, apa yang membunuh Nana masih jadi pertanyaan. Penglihatan Runa tidak menunjukan seseorang selain korban yang mati karena kecelakaan aneh.

Jika sudah begini, Runa mungkin akan benar-benar melakukan investigasi sendiri. Dan mungkin, kemampuannya melihat masa lalu dari objek yang disentuhnya bisa membantunya menemukan apa yang sebenarnya sedang terjadi si sekolah ini

Kelopak mata Runa mengejrap sebelum bola matanya membelalak. Tiba-tiba saja teringat pada tulisan yang ia temukan di atas meja belajarnya.

Runa memeriksa lagi 'know you place' yang masih ada di mejanya, memastikan sejenak sebelum keluar dari kamar dan berlari menuju tempat jasad Saka di temukan. Sayangnya, Runa tidak menemukan tulisan yang sama disekitar tempat itu, sampai ia ingat tempat lain yang mungkin jadi lokasi tulisan tersebut berada.

Runa pergi ke roftoop, dan bertemu Sandi yang baru saja turun dari lantai atas. Laki-laki itu memegang serangkaian kunci dan tampaknya baru saja selesai menutup pintu roftoop, membuat Runa segera menghadangnya.

Sandi yang heran dengan keberadaan Runa di sana, lantas bertanya. Sebab sudah jam 4 sore, dan jam sekolah sudah selsai. "Lo kenapa masih di sini, Run?"

"San, pintu roftoopnya boleh lo buka lagi nggak?" kata Runa cepat, tidak menjawab pertanyaan Sandi.

Alis Sandi berkerut. "Buat apa?"

"Ada barang gue yang kelupaan di sana. Gue minta tolong, bentar aja kok." Runa mulai memohon, memasang ekspresi semeyakinkan mungkin.

Sandi memghembuskan napas berat dan kembali berbalik menaiki tangga. Runa bersorak dalam hati dan mengikuti Sandi yang kembali membukakan pintu roftoop yang sebelumnya dikunci.

"Cepetan ya, gue harus buru-buru balikin kunci ke Pak Juky!" Sandi terpaksa mengeraskan suaranya karena Runa sudah lebih dulu berlalu masuk, meninggalkannya tetap berdiri di ambang pintu.

Runa meberikan tanda oke dengan tangannya. Ia kemudian mulai mendekat ke tepi roftoop dan melonggok melihat ke bawah. Masih ada batas polisi yang menandakan lokasi jatuhnya jasad Saka. Runa berdiri tepat di atasnya dan mulai mencari tulisan disana.

Dan ia menemukannya. Tulisannya masih sangat jelas. Ditulis menggunakan darah nyaris di tepi roftoop. Tulisan yang sama dengan tulisan yang Runa temukan di meja belajarnya.

"Know You Place."

To Be Continued


A/n

Jangan lupa komentar dan vote~

Dire PlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang