Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.
•••
- BAB 3 | KELAS ORANG-ORANG ANEH -
•••Runa akhirnya menemukan letak kelasnya setelah bertanya pada beberapa murid yang ia temui.
Kelas 2-4 ada dilantai 3. Runa segera pergi sebelum kelas pertama akan dimulai. Untungnya, ia sampai tepat waktu. Ketika Runa hendak melangkah masuk ke dalam kelas, Ia berpas-pasan dengan seorang Siswa yang hendak keluar melalui pintu yang sama tempat Runa hendak masuk.
Mereka tertahan sejenak dan kemudian menemukan jalan sendiri untuk saling melewati tanpa konflik.
Kedatangan Runa segera disambut oleh Susan dan Seila. Tapi bukan hanya dua gadis itu yang datang ke meja tempatnya duduk. Ada satu orang gadis lagi yang ikut bergabung. Dia memperkenalkan namanya sebagai Yeji, katanya singkatan dari namanya yang agak panjang. Yelena Jiandra.
"Gue denger lo ditempatin dikamar itu ya," ujar Yeji.
"Jangan bahas soal itu. Gue hampir nggak bisa tidur setelah denger cerita Haikal kemarin," sergap Runa.
Yeji segera menutup mulutnya dan mengangguk-angguk paham.
"Si Jevon juga kemarin pake nunjukin foto badan Nana. Emang sialan," umpat Seila.
"Ngapain dia bawa-bawa foto kayak gitu? Eh, tapi beberapa hari lalu gue liat dikameranya Naren juga ada foto jasad Nana," kata Yeji.
"Emang cowok-cowok nggak beres. Nyimpen foto kok yang nyeremin gitu." Seila bergidik ngeri. Juga tidak habis pikir.
"Tapi, 'Dia' di kelas ini juga nggak?"
Susan tersenyum jahil. "Kenapa? Lo takut?"
Runa memutar bola mata malas, hanya menanggapi perkataan Susan dengan cibiran ringan.
"Nggak, dia di kelas sebelah. Kelas 2-2," jawab Seila.
"Gue nggak bisa ngebayangin gimana kalo yang mati itu dari kelas kita," ungkap Yeji, ia bergidik ngeri sendiri.
"Jaga omongan dong. Kalo kejadian beneran, nyaho lo," sahut Susan.
Yeji langsung menutup mulut dan tersenyum meminta maaf.
Tidak lama setelah itu, bel tanda dimulainya pelajaran membuat satu persatu murid yang masih berada di luar masuk ke dalam kelas. Seorang pria berumur nyaris 50-an menjadi orang terakhir yang masuk. Itu adalah Pak Juky, guru Biologi.
Selepas perkenalan singkat Runa sebagai murid baru. Pelajaran pertama akhirnya di mulai.
Sepanjang kelas, Runa nyaris tidak bisa fokus karena otaknya tiba-tiba memikirkan soal kecelakaan Nana dan tulisan yang Ia temukan di permukaan meja dikamarnya. Mencoba mengurai maksud dibalik tiga kata itu.
"Know You Place, kamu harus tahu tempatmu? Apa maksudnya?" gumam Runa, bertanya-tanya.
Tanpa Runa sadari, seorang Siswa yang duduk di sebelahnya tengah memperhatikannya, ekspresi wajah laki-laki itu datar, tapi jelas bahwa ada minat terselubung dari tatapannya.
"Windi, mau ke mana kamu?"
Perhatian Runa dan seisi kelas teralihkan ketika suara teguran Pak Juky terhadap salah satu Siswi terdengar.
Runa melihat seorang Siswi berdiri tegap diambabg pintu. Teguran Pak Juky menghentikannya sejenak, tapi seakan teguran dari guru tersebut hanya angin lalu, Siswi itu kembali melanjutkan langkahnya, pergi dari kelas.
Semua orang tampak keheranan, termasuk Runa. Tapi kemudian satu siswi lagi tiba-tiba bangkit berdiri. Itu Karina, Ketua kelas.
"Pak, biar saya saja yang nyusul Windi," kata Karina, menawarkan diri ketika Pak Juky kelihatan marah dan hendak meninggalkan kelas untuk menyusul Windi.
Pak Juky membuang napas berat, meredakan emosi dan mengontrol ekspresi. Pria itu kemudian mengangguk dan mempersilahkan Karina meninggalkan kelas.
"Yang lain, duduk. Jangan ada yang keluar kelas-" perkataan Pak Juky terhenti oleh selaan dari salah satu siswa
"Kalo mau ke toilet gimana, pak?" tanya Haikal, tapi bukannya mendapat jawaban, Haikal justru dipelototi Pak Juky, membuatnya langsung bungkam dan menciut duduk kembali.
Runa terkekeh bersama murid yang lain, mengejek nasib Haikal yang sepertinya memang benar-benar ingin ke toilet. Sayangnya, mood Pak Juky sudah hancur duluan karena tindakan tidak sopan Windi.
Tapi, ada yang aneh. Runa jelas melihat keanehan pada Windi. Gadis itu berdiri terlalu tegap, dan berjalan layaknya seseorang yang mengalami tidur berjalan. Pikiran Windi tampak tengah berada di awang-awang sampai tidak mempedulikan teguran Pak Juky. Entah gadis itu memang mengabaikan, atau Windi sungguh tidak sadar apa yang tengah dia lakukan.
Perhatian Runa beralih ke arah jendela, ia memandang ke luar halaman dan melihat Windi lalu Karina mengikuti di belakangnya. Alis Runa mengerut saat melihat Karina mengguncang tubuh Windi seperti sedang menyadarkan orang pingsan. Sesaat setelahnya, Windi membuka mulutnya dan berteriak nyaring.
"Akh!"
Keadaan kelas tiba-tiba ribut ketika salah satu siswa jatuh dari tempat duduknya dan berteriak kesakitan sambil memegang telinganya. Semua orang beranjak dan pergi ke arahnya yang sedang kesakitan.
"Darah, Kal, telinga Renan berdarah," beritahu Susan, gadis itu terkejut dengan bola mata membola panik.
Haikal jadi ikutan panik dan berusaha membantu Renan yang kesakitan entah karena apa. Laki-laki berkacamata itu masih berguling-guling di lantai selama hampir 5 menit , sampai sesuatu yang lain membuat kehebohan lagi.
Terdengar suara ribut dari luar kelas, tepatnya dari koridor depan. Dari jendela, bisa terlihat para guru berlarian dengan terburu-buru entah akan pergi ke mana, anak-anak di kelas seberang juga terlihat menyembulkan kepala dari jendela, ikut penasaran. Sesaat setelahnya, Pak Juky ikut keluar setelah menitipkan tanggung jawab pada Sandi sebagai wakil ketua kelas.
"Ada apaan sih?" ungkap salah satu Siswi, menunjukan rasa penasaran dan kebingungannya.
Pikiran Runa segera terkoneksi kembali oleh sosok Windi dan Karina yang berada di halaman depan. Ia segera bergerak untuk melihat kedua gadis itu lagi. Tetapi yang Runa temui, justru kerumunan para guru dan sedikit murid yang entah tengah memperhatikan hal apa, sampai Runa menemukan 'sesuatu' yang tengah orang-orang perhatikan, dan 'sesuatu' itu membuatnya benar-benar terkejut.
Tidak sampai sedetik, seluruh anak kelas mengetahui sumber kegegeran sekolah. Dan pekikan keterkejutan saling bersahutan dari lantai ke lantai.
Di bawah sana, mayat dari salah satu siswa baru saja ditemukan. Darah mengenang di sekitar kepalanya yang hancur. Tidak ada yang bisa mengenali milik siapa jasad itu, tidak sampai mereka membalikan tubuh dan memeriksa pin nama diseragamnya.
To Be Continued
A/n
Jangan lupa Vote dan komentarnya~

KAMU SEDANG MEMBACA
Dire Plight
ParanormalSerangkaian kasus kematian misterius terjadi di sekolah asrama Cartagana. Runa, sebagai murid baru yang menempati kamar lama dari korban pertama, mengalami rentetan penglihatan yang tertinggal di tempat kejadian. Sebuah tulisan "Know You Place" meni...