Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.
•••
- BAB 12 | SEKOTAK KUNTUM BUNGA -
•••Saat itu sudah larut malam, lorong asrama sudah sepi, sebab, nyaris semua penghuninya sudah terlelap dalam tidur. Kecuali dua orang yang saat ini tengah menyelinap, berusaha mengakali lubang kunci dengan besi penjepit rambut, mencoba membuka pintu kamar seseorang yang terkunci. Kamar Mira yang diketahui kosong sebab pemiliknya sedang menghilang entah kemana.
"Gue nggak ngira kalo kita beneran bakal lakuin ini. Serius, deh. Gue pikir kemarin itu kalian nggak beneran-"
"Diem, Kal."
Haikal langsung bungkam setelah mendapat deat glare dari Renan yang sudah muak mendengar ocehannya.
"Pembunuhnya hantu, gimana kalo kita ditargetin juga karena berusaha cari tau?"
"Denger, Kal. Kalo lo masih ngoceh, gue bakal setrum lo pake kemampuan gue," kata Renan penuh ancaman. Sudah ancang-ancang dengan jentikan jari penghasil listirk.
Seketika, Haikal mengulum bibir, matanya membola ngeri.
Renan menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam emosi yang nyaris meledak karena harus meladeni Haikal.
Sesuai rencana yang telah mereka susun 'secara dadakan' Renan dan Haikal mendapat bagian untuk memeriksa kamar Mira yang mungkin saja memiliki benda yang berkaitan dengan santet. Sementara itu, Runa sedang berada di kamar Saka untuk mencari tahu gangguan macam apa yang dialami Saka sebelum kematiannya. Menggunakan kemampuan Runa yang bisa melihat masa lalu melalui objek disekitarnya. Karina menemani Runa, sementara Windi bertugas mengalihkan perhatian di dekat kamar Saka.
Seharusnya, Haikal bertugas sebagai pengintai sementara Renan memeriksa kamar Mira, tapi laki-laki itu malah merapat didekat Renan dan berperilaku menyebalkan.
Kamar Mira terbuka dengan cukup usaha. Rendra lekas masuk, sejenak menyuruh Haikal tetap berada di luar untuk mengintai situasi.
Hal pertama yang Renan lakukan setelah berhasil masuk ke dalam kamar Mira adalah menyalakan lampu. Ini pertama kalinya Renan masuk ke dalam kamar seorang gadis dan dia merasa cukup canggung.
Kamar Mira tampak biasa saja, tidak ada hal aneh. Kamarnya rapi dan semua barang tertata, tampak tidak ada sesuatu yang menghilang. Setelah Renan memeriksa pun, tidak ada barang dengan ciri-ciri santet yang dia temukan.
Renan keluar dari kamar Mira dan kembali menutupnya. Haikal segera memberi tatapan bertanya, dan Renan menggeleng. Dia tidak menemukan apa-apa.
•••
"Barang santet?" Renan menggeleng. "Nggak ada barang kayak gitu dikamar Mira. Gue udah cari hampir tiga kali ditempat yang sama dan masih nggak nemuin barang yang dimaksud," jelas Renan. Saat itu ketika mereka berlima duduk di meja yang sama di kantin. Mengobrol hampir dengan suara berbisik.
"Gimana di kamar Saka?" tanya Haikal.
"Gua nggak bisa pakai kemampuan gue. Tapi Karina nemuin sesuatu." Runa menoleh pada Karina. Membuat pandangan Renan dan Haikal beralih pada Karina.
"Gue memuin paket di tempat sampah, dikirm sehari sebelum kematian Saka. Isinya kuntum bunga violet," beritahu Karina
"Dikasih sama secret admirer nya kali," sahut Haikal, mencoba berpikiran positif.
"Dikasih kuntumnya aja gitu?" tanggap Windi "sepenglihatan gue, kumpulan kuntum bunga itu udah kayak bunga yang dipake buat nabur kuburan." Haikal seketika bergidik ngeri.
"Beneran nggak ada apa-apa di kamar Mira?" Gumam Runa, tapi Renan langsung menanggapi, "periksa sendiri kalo nggak percaya."
"Mungkin Mira nggak naruh paket itu dikamarnya. Kita juga harusnya meriksa kamar Helen. Siapa tahu, ada paket yang sama," saran Karina
"Apa makna bunga violet?" tanya Windi. "Pasti ada artinya kan? Nggak dikirim gitu aja."
"Bunga Violet melambangkan kerendahan hati dan kesederhanaan. Bunga ini tumbuh rendah di tanah dan memiliki warna yang lembut. Hal ini mencerminkan sifat rendah hati yang tidak suka menonjolkan diri dan selalu bersedia untuk belajar dan menerima masukan dari orang lain." Haikal membacakan hasil pencarian internet setelah mengotak-atik ponselnya sejenak. Ia menatap teman-temannya dengan alis terangkat.
"Lebih dari satu arti, kita nggak tau yang dimaksud yang mana," kata Renan.
"Setidaknya kita tahu, maknanya baik," kata Runa.
Renan mengangguk. "Ya, tapi yang ngirim punya niat nggak baik."
Tiba-tiba ada orang yang mendekat ke meja mereka. Yuina datang bersama Naya.
"Ganti circle, Run?" sambar Yuina, terbiasa melihat Runa bersama Susan dan Seila, tapi hari ini justru bersama Windi dan Karina.
Runa tidak menanggapi banyak perkataan Yuina selain dengan senyum tipis terpaksa. Runa lebih tertarik melihat Naya yang tampaknya punya tujuan datang menghampiri meja mereka.
"Belum liat Mira, Run?" tanya Naya, langsung kecewa begitu mendapat gelengan prihatin dari Runa.
"Lo udah bilang ke guru, Nay?" Karina ikut nimbrung, membuat Naya, kini beralih padanya.
"Udah," jawab Naya. "Semoga aja pihak sekolah bisa ngambil tindakan cepat. Gue takut sesuatu terjadi sama Mira, apalagi situasi yang terjadi disekolah saat ini bikin paranoid," kata Naya. Yuina menepuk-nepuk punggung temannya itu, seolah menenangkan.
"Kalo kalian dapat kabar soal Mira, kasih tau gue ya," Naya tersenyum. Pamit sebelum pergi. Menyusul Yuina yang lebih dulu melenggang pergi saat melihat Dafi memasuki area kantin bersama Jendra, Hanan dan Bima.
"Dasar, nggak ada kapoknya," ucap Renan tiba-tiba, setelah melihat bagaimana Yuina menghampiri kelompok Dafi.
Runa menaikan satu alis, tidak paham. Haikal yang mengerti, segera buka suara untuk menjelaskan. "Yuina naksir berat sama cowok itu, namanya Dafi, anak kelas 2-3." Haikal menuding ke satu orang, cowok pirang dengan rambut kuncir. Dia uduk disebelah Jendra.
Runa menyipitkan mata memperhatikan cowok yang dimaksud, alisnya mengeryit saat menemukan kemiripan wajah dengan seseorang yang dikenalnya. "Mirip Yeji" gumam Runa, kebetulan didengar Windi.
"Kembarannya Yeji," sahut Windi. Runa langsung paham.
"Jendra kayaknya lebih banyak temen diluar kelas kita," komentar Runa, setelah selesai mengamati kelompok para cowok tersebut.
"Circle nya juga nggak main-main," sambung Haikal. "Kecuali, Hanan kampret. Dafi sama Bima termasuk dalam list anak-anak berotak encer."
"Keliatan sih," tanggap Runa. Mengangguk-anggukan kepala lambat-lambat.
To Be Continued
A/n
Ditunggu vote dan komentarnya~

KAMU SEDANG MEMBACA
Dire Plight
ParanormalSerangkaian kasus kematian misterius terjadi di sekolah asrama Cartagana. Runa, sebagai murid baru yang menempati kamar lama dari korban pertama, mengalami rentetan penglihatan yang tertinggal di tempat kejadian. Sebuah tulisan "Know You Place" meni...