chapter 02

47 8 4
                                    

Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.

•••
- BAB 2 | TULISAN YANG TIDAK HILANG -

••

"1 bulan lalu, ada siswi yang ditemukan meninggal di kamar itu. Dia ditemuin dalam kondisi tubuh tanpa kepala. Salah satu siswi nemuin mayatnya sehari setelah kejadian," cerita Haikal.

"Waktu itu sempet heboh banget" celetuk Susan.

Jevon kemudian meletakan selembar foto di atas meja. Foto tubuh berdarah dari siswi yang ditemukan meninggal. Tindakan Jevon membuat tiga Siswi yang duduk disatu meja segera menarik diri dan Seila jadi perwakilan yang menabok kepala Jevon keras.

"Ngapain lo bawa-bawa foto gituan, hah?" marah Seila. Jevon mengambil kembali foto tersebut dan menyimpannya lagi, mengabaikan Seila.

"Kenapa gue ditempatin di kamar itu? Kamar itu bukannya harusnya ditutup karena udah pernah jadi bekas kejadian tragis?" kata Runa, merasa sedikit kesal pada pihak sekolah.

"Kamar di sini nggak banyak. Itu kamar terakhir yang kosong, dan bertepatan dengan kepindahan lo ketika penyelidikan polisi udah nggak terlalu berfokus ke kamar itu lagi."

"Tapi, tempat itu bekas..." Runa masih tidak terima, dia bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Nasib," sahut Ajun yang akhirnya bersuara. Runa segera mendelik pada laki-laki itu, tapi Ajun justru menampilkan tatapan tidak mengatakan kesalahan.

"Kalo lo takut hantu Nana, tenang aja. Selama 1 bulan ini nggak ada gangguan setan yang terjadi. Aman," kata Jevon

Runa mendelik. "Kalo gitu, lo sama gue tukeran kamar. Kata lo nggak ada setannya. A. M. A. N," eja Runa, sembari tersenyum menantang.

Jevon langsung menciut. Dia kemudian terkekeh hambar. "Dindingnya nggak kedap suara, gue sebelahan sama Ajun, lo nggak bakal tahan sama suaranya pas malem. Ajun berisik kalo tidur," kata Jevob beralasan. Ajun yang namanya diikutsertakan hanya bisa mendelik dan mencibir.

Runa mencibir dan melemparkan tatapan sinis. Jevon masih tersenyum lebar ke arah Runa.

"Tapi, Nana itu-"

"Yap, itu nama siswi yang meninggal."

Runa mengangguk pelan, paham. Mulai tidak ingin lagi membahas soal pembunuhan dan orang yang telah meninggal.

Seila yang peka, segera mengalihkan topik. "Ohya, lo di kelas mana?"

Runa dengan cepat teralihkan. Ia bernapas legah dan diam-diam berterima kasih pada Seila. "Kelas 2-4."

"Loh, kita sekelas!" seru Seila, tampak senang.

"Kalian juga?" tanya Runa pada empat orang lainnya. Haikal dan Susan mengangguk, sementara Jevon merangkul Ajun dan mengangguk juga, seakan mengikutsertakan laki-laki yang sibuk sendiri.

Jam sekolah kembali berlanjut ketika bel berbunyi, mengharuskan lima temannya harus kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran, sementara Runa memutuskan untuk kembali ke kamar asrama.

Ia berdiri di depan pintu. Ragu untuk masuk. Setelah mendengar cerita tentang kasus Nana yang terjadi 1 bulan lalu, Runa tiba-tiba bisa merasakan aura menakutkan dari ruangan dibalik pintu.

Sekitar 30 menit, nyaris sejam. Runa berdiri di depan pintu, hanya menatap angka 13 yang menjadi nomor kamarnya. Bahkan angka 13 adalah angka kesialan. Bagaimana jika kamar ini dikutuk dan Runa jadi korban selanjutnya yang mati?

Runa segera menggeleng. Pikiran negatif dengan cepat menguasai pikirannya.

Mengusir berbagai prasangka buruk, Runa akhirnya membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya.

Kesan pertama Runa tentang kamar ini pada awalnya hanya kotor dan usang, tapi, setelah mendengar sejarah dibaliknya, pandangan Runa tentang kamar ini berubah. Anehnya, ia jadi seolah bisa merasakan sesuatu dikamar ini.

Tangan disisi tubuhnya terkepal. Ekspresi wajah Runa mengeruh. Ia hanya berdiri diam di samping meja, tidak berani melakukan apa pun untuk beberapa saat sampai seekor kecoak mengejutkannya. Membuat Runa yang refleks bergerak menghindari kecoa justru jatuh ke lantai.

Telapak tangannya menepuk lantai dengan keras, mengalirkan getaran dan rasa kesemutan. Tetapi lebih dari itu, sesuatu yang dihindarinya justru terjadi.

Mata Runa membola, dan sebuah kliasan acak dari suatu kejadian seperti merasuk ke dalam otaknya, membuat kilasan itu tampak seperti memori acak. Tubuh Runa bergetar dan menjadi kaku selama kilasan memori itu berputar dalam otaknya, sampai kemudian ia jatuh lemas.

Ia bernapas seperti seseorang yang sempat kehilangan oksigen. Jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya.

Runa melihat gadis yang mati. Anehnya, ia tidak bisa melihat siapa pun di kamar itu selain Nana. Dan bagaimana cara gadis itu mati, sungguh aneh.

Orang-orang menganggapnya aneh karena Runa selalu bersikap seperti orang yang kerasukan. Setiap kali ia mendapatkan penglihatan dari seseorang atau benda apa pun yang disentuhnya, tubuhnya akan bergetar kemudian menjadi kaku. Ketika orang lain melihat hal itu, mereka akan berpikiran hal aneh tentang dirinya. Maka, sejak Runa menyadari bahwa kemampuannya adalah penyebab Ia dipandang aneh oleh orang lain, Ia memutuskan untuk menyembunyikannya. Tapi Runa tidak bisa benar-benar menyembunyikannya, sebab semakin hari, kemampuannya terus berkembang.

Kemampuan melihat masa lalu dari objek yang disentuh. Kemampuan ini disebut Psikometri, sebuah kemampuan khusus yang tidak semua orang miliki.

Runa bangun dengan perlahan, ia berdiri lunglai sembari berpegangan pada kursi agar tidak jatuh. Kepalanya terasa pusing, dan pandangan matanya yang semula kabur, dengan perlahan mulai kembali jelas.

Runa tidak menyukai kemampuannya, apalagi efek ketika penglihatan itu berlangsung dan efek ketika penglihatan itu berakhir.

Runa mendudukan diri di kursi. Ia memegangi kepalanya. Berusaha meredakan kondisi tubuh sembari mengatur pernapasan. Untuk sejenak Ia duduk berdiam diri di sana.

Runa menatap kertas jadwal yang masih ada di atas meja, tapi pandangannya sedikit teralihkan oleh sesuatu dibalik kertas tersebut. Menyingkirkan kertas ke sudut meja, Runa menemukan sebuah tulisan yang mengabur dari bekas darah yang tidak bisa hilang sepenuhnya.

Ia menajamkan penglihatan, mengurai satu persatu huruf dan merangkainya menjadi satu kelimat.

"Know You Place."

To Be Continued

A/n

Jangan lupa berikan vote dan komentarnya~ ><

Dire PlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang