chapter 16

5 2 0
                                    

Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.

•••
- BAB 16 | THE DEVIL CODEX
•••

"The devil codex?" Seila mengulang bacaannya, sambil mulai membolak-balik buku tersebut. Makin lama diperhatikan, makin kelihatan bahwa buku tersebut sudah benar-benar kuno, mungkin umurnya sudah lebih dari seratus tahun.

"Kenapa buku kaya gini bisa ada di perpustakaan sekolah?" Runa bertanya-tanya. Enggan menyentuh buku tersebut lagi karena kilasan mengerikan yang dilihatnya ketika tangannya secara langsung menyentuh sampul buku tersebut begitu Seila menyingkirkan debu yang bak menyelimutinya.

Seila membuka sampul buku tersebut. Pada halaman pertama sebuah kalimat dengan huruf asing tertulis di lembarnya yang usang kecoklatan. Alis Seila kontan mengerut "bahasa apaan nih?" Gumannya, bertanya-tanya. Matanya sampai menyipit saat dia mencoba mencari tahu huruf apa yang tertulis di sana.

"Kalian berdua..."

Runa dan Seila langsung berdiri tegap mendengar suara tegas Bu Jessi yang menginterupsi mereka. Seila langsung menyembunyikan buku 'The devil codex' ke balik tubuhnya.

"Jangan banyak mengobrol. Cepat kerjakan detensi kalian atau kalian mau saya tambahkan waktunya," ancam Bu Jessi. Runa dan Seila langsung kicep. Mereka mengangguk kompak dan segera menghadap lemari buku dan buru-buru membersihkan.

"Jangan hanya dibersihkan seperti itu, keluarkan bukunya dan bersihkan dengan merata," kata Bu Jessi lagi. Kini wanita itu jadi berdiri di dekat mereka dan mengawasi mereka lebih ketat.

Diam-diam, Seila menyelipkan buku 'The Devil Codex' di antara buku-buku lain di lemari, mengingat dimana dia meletakannya dan berpikir untuk mengambilnya nanti setelah tidak ada seorang pun berada di perpustakaan.

Malamnya, Seila kembali ke kamarnya setelah diam-diam kembali ke perpustakaan untuk mengambil buku 'The Devil Codex' di perpustakaan. Untungnya, penjagaan di Cartagana tidak begitu ketat, meski para siswa selalu mewaspadai bu Jessi yang sering kali keliling sekolah seperti burung hantu pengintai.

Aneh sekali guru itu selalu bisa menemukan murid yang melanggar aturan. Seolah-olah memiliki mata ketiga yang dapat melihat setiap sudut sekolah seperti cctv. Seila menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Perhatiannya kembali tertuju pada buku tebal di atas meja belajarnya. Buku itu sudah bebas sepenuhnya dari debu membuat sampulnya dapat terlihat lebih jelas. Teksturnya seperti terbuat dari kulit.

"Kulit hewan apa yang teksturnya kaya gini?" Seila mengedikan bahunya tidak terlalu peduli. Dia kemudian mulai membuka lembar pertama, melihat sekilas dan membuka lembar berikutnya.

"Lah." Dia terdiam sesaat, menemukan bahwa tulisan di lembar kedua tidak menggunakan huruf dan bahasa yang sama seperti kalimat pendek di lembar pertama. Kali ini dia menemukan kalimat panjang dengan bahasa yang dia mengerti. Tapi bukan hanya ada tulisan, melainkan juga gambar-gambar aneh yang kelihatannya seperti simbol-simbol.

Membalik lembar berikutnya, kalimatnya lebih rumit dan sulit dimengerti, beberapa kata yang bisa ditafsirkan dengan jelas terkesan begitu mengerikan. Seperti mantra pemanggil iblis.

Seila buru-buru menutup buku tersebut saat dia baru mencapai lembar ke tiga. Ada gambar mengerikan, gambar pengorbanan manusia. Meski gambar itu berwarna hitam, tapi Seila seolah dibayangi oleh kejadian nyata dan darah. Kepalanya menjadi agak pusing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dire PlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang