chapter 10

18 5 0
                                    

Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.

•••
- BAB 10 | REMAJA BERKEMAMPUAN KHUSUS -

••

Runa, Haikal dan Rendra terdiam nyaris 10 menit setelah mendengar pengakuan Windi tentang kemampuannya. Sampai Hakal tiba-tiba memecah suasana tegang sekitar dengan celetukannya.

"Banshee? Apaan tuh?"

Runa tidak tahu, semakin mengenal Haikal, semakin tidak menyangkanya Runa tentang tabiat laki-laki ini yang sungguh diluar perkiraan.

"Windi punya kemampuan merasakan ketika seseorang sedang sekarat sampai mendekati kematian," kata Karina, maju untuk menjelaskan.

"Tunggu, setau gue, Banshee itu termasuk mahluk supernatural kan?" sergah Runa.

"Ya, tapi kalian nggak bisa nganggap kalo Windi itu bukan manusia, kan? Dia hanya punya anugrah-"

"Ini bukan anugrah, Rin," sela Windi. Karina hanya bisa menghembuskan napas berat. Mengangguk mengiyakan.

"Sekarang giliran lo, Rendra," pinta Karina. Tampaknya dia lebih tertarik setelah melewati sesi pengakuan Windi.

Rendra membuang napas berat. Tanpa basa-basi langsung mengungkap rahasiannya.

"Gue punya kemampuan ini-" Rendra mengeluarkan percikan listrik dari jentikan jarinya. "Sinestesia. Peka terhadap suara dan punya kemampuan melihat warna suara," lanjutnya.

Haikal langsung melomat dari posisi duduknya ketika melihat percikan listrik yang dihasilkan jentikan jari Rendra. "Wow, emejing."

"Ah, itu sebebnya," cetus Runa yang cepat tanggap. Karina tampaknya juga mengerti.

"Ha? Apaan?" Haikal menatap kedua gadis tersebut, bertanya-tanya.

Runa tidak mau menjawab rasa penasaran Haikal, sayangnya, Karina terlalu baik untuk mengabaikan laki-laki yang sedang penasaran.

"Banshee punya frekuensi suara tertentu yang bisa lebih keras dan berefek cukup mengerikan kalo didengar oleh orang yang punya kepekaan abnormal, dan di sini, Rendra sebagai seorang sinestesia, menerima frekuensi suara teriakan Windi dengan mentah, dan itu berakibat fatal bagi pendengarannya. Itu sebabnya kenapa telinga Rendra selalu berdarah tiap kali ada kematian di sekitarnya, karena kemampuan Windi berekasi saat adanya kematian."

"Okey, gue masih susah paham." Haikal menjatuhkan tubuh kembali ke atas kursi, duduk dengan pasrah setelah mendengar penjelasan Karina yang terlalu berat untuk diterima otaknya.

"Intinya, yang menyebabkan telinga Rendra berdarah itu adalah suara Windi," kata Runa.

"Aha." Haikal mengangguk-angguk paham. "Jadi gitu," katanya, sembari memandang Rendra yang menanggapinya dengan kerlingan bola mata malas.

"Okey, karena kalian udah berani speak up. Gue mau ngaku juga," celetuk Runa, menarik perhatian 4 orang lain.

"Lo juga?" tanya Rendra. Runa mengangguk.

"Ini kenapa pada punya super power semua? Rin, jangan-jangan lo juga punya, ya. Dan cuman gue yang enggak." Haikal mulai meratap sampai Rendra memghentikannya.

"Nggak perlu basa basi kan ya. Gue punya kemampuan bisa ngeliat masa lalu kalo nyentuah suatu objek. Sebutannya psikometri," aku Runa.

"Objek apa pun?" Tanya Windi.

Runa kembali mengangguk. "Yap, benda maupun manusia. Kemampuan ini nggak bisa dikontrol dan muncul secara tiba-tiba. Tapi kadang, kalo gue punya keinginan kuat, gue bisa punya kontrol. Meski nggak selalu berhasil."

"Kemampuan ini adalah salah satu alasan kenapa gue bisa berakhir di sekolah ini," lanjutnya. Windi dan Karina mengangguk paham.

Rendra memperbaiki letak kacamatanya sebentar. "Gue tebak. Lo udah pernah dapet penglihatan tentang kematian Nana. Karna kamar yang lo tempatin saat ini adalah tempat kejadian." Tebakan Rendra tepat sasaran. Runa lekas mengangguk.

"Kalo gitu, lo pasti udah sempet liat apa yang sebenarnya terjadi?" Windi seketika menegapkan tubuh, dengan mata membola menatap Runa penasaran.

Runa membuang napas berat. "Itu masalahnya." Ia meringis sejenak, entah bagaimana Runa harus memberitahu orang-orang ini tentang apa yang dilihatnya. Runa memandang wajah penasaran mereka satu persatu. "Yang gue lihat aneh banget. Itu bukan kecelakaan biasa. Dan sama sekali nggak terlihat seperti bunuh diri juga."

Rendra menekuk alis bingung. "Gggak ada orang lain sama sekali selain korban?"

Runa menoleh pada Rendra dan mengangguk yakin. "Penglihatan gue memang nggak kayak film dokumenter, tapi cukup jelas buat gue bisa ngeliat apa yang dialamin Nana sesaat sebelum kematiannya."

"Bisa lo jelasin?" pinta Rendra. Haikal, Karina dan Windi masih diam mendengarkan.

Runa menghela napas berat sebelum mulai memberitahu yang lain. "Nggak ada pembunuh di dalem kamar itu, hanya ada Nana. Cara gimana Nana bisa mati, bener-bener nggak masuk akal. Dia cuman kayak kesakitan dan tersiksa oleh sesuatu, kayak ada sesuatu disekitar lehernya sampe bikin dia susah ngeluarin suara, sampai kemudian." Ia meringis pahit. "Kepalanya tiba-tiba  putus, gitu aja."

"Lo bener, nggak masuk akal." Rendra berpaling tidak percaya.

"Gue kayak lagi denger cerita hantu," sambung Haikal. Matanya kemudian melotot seakan menyadri sesuatu. "lo nggak coba ngasih tahu kalo yang bunuh mereka bertiga itu hantu kan?"

"Gue nggak tahu. Tapi gue bener-bener jujur soal apa yang gue liat."

"Nggak masuk akal," sangkal Rendra.

Karina mengedipkan matanya, ia sejenak terpaku setelah mendengar apa yang Runa ceritakan tentang penglihatannya. "Bener, nggak masuk akal," kata gadis itu, membuat Runa menoleh kecewa sebelum Karina melanjutkan ucapannya, "tapi gue pikir, Runa nggak bohong."

"Serius, Rin?" Rendra menatap tidak percaya.

Karina menoleh pada Rendra. "Hari ini kita baru aja ngelewatin kematian Helen. Dia pergi ke toilet yang jaraknya nggak terlalu jauh dari kelas kita. Kalo ada pembunuh di sana, dia pasti bakal teriak. Tapi nggak ada suara apa pun, nggal ada yang nyadar sampe Windi dan yang lain pergi ke sana dan nemuin jasadnya. 10 menit, Ren. Cuman 10 menit dan Helen udah meninggal."

Kali ini, Rendra terdiam, tidak tahu harus mengeluarkan kalimat seperti apa untuk membantah pemikiran Karina, sebab dengan penjelasan Karina, entah bagaimana perkataan Runa mengenai penglihatannya mulai masuk akal.

To Be Continued

A/n

Tolong vote dan komentarnya~

Dire PlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang