chapter 15

12 5 0
                                    

Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.

•••
- BAB 15 | PETUNJUK PERTAMA, SEBUAH POLA -
•••

Naren adalah orang yang cukup sulit ditebak. Bahkan setelah percakapan singkat di ruang fotografi yang cukup menegangkan, Runa tidak bisa mendapatkan petunjuk apa pun. Foto yang dicari Runa juga tidak diberikan Naren. Entah apa alasannya. Naren bahkan bersikap santai meski Runa memborbardirnya dengan pertanyaan penuh kecurigaan yang jelas. Oleh karena itu, satu-satunya cara yang tersisa adalah dengan melihat langsung tempat kejadian.

Keesokan harinya, setelah bel pertanda jam istirahat telah berakhir dan anak-anak yang lain bergegas masuk kelas, Runa tidak melakukan hal yang sama, sebaliknya, dia berdiam diri cukup lama di salah satu toilet lantai tiga. Dan begitu koridor benar-benar telah sepi, dia melongos pergi, diam-diam masuk ke dalam tempat kejadian perkara.

Pita warna kuning polisi masih terpasang pada bingkai pintu, tanda peringatan itu memberitahu bahwa tempat itu adalah ranah yang tidak boleh dimasuki. Pantang, Runa melewatinya dengan penuh kehati-hatian agar penghalang kuning itu tidak lepas.

Ada bau darah yang masih tertinggal. Sebuah gambar dilantai menandakan posisi jasad ditemukan. Runa mengamati sekitar tempat itu, satu-satunya yang ingin dia temukan adalah tulisan yang sama yang dia temukan di kamarnya dan juga roftoop, dua lokasi sebelumnya.

Runa butuh waktu lama untuk menemukannya, sebab tulisan itu berada di dinding bawah wastafel. Tulisannya agak kecil dan berada di sudut.

"Know You Place."  Runa mengulang tiga kata itu, berusaha menemukan makna dibalik pesan tersebut. "Mungkin maksudnya sekolah ini bukan tempat anak-anak teladan dan baik kayak mereka?" Runa ingat ucapan Haikal, bahwa anak-anak yang dibunuh bukan tipe anak bandel atau yang suka berbuat masalah. Mereka hanya anak-anak terbuang atau korban dari keretakan keluarga.

Tidak ada petunjuk apa pun selain apa yang sudah Runa temukan. "Know You Place." mengidintifikasi bahwa seseorang selalu meninggalkan kata itu dilokasi pembunuhan, dan apakah orang itu adalah pelaku. Namun yang aneh adalah, Runa tidak bisa melihat siapa pelakunya. Melalui kemampuan psikometri, yang dia temukan selalu sama, bagaimana korban terbunuh oleh sebuah entitas tak kasat mata. Mungkin benar dugaan Windy. Ada ilmu hitam yang terlibat. Pertanyaannya, siapa yang menggunakannya?

"Kamu, ngapain kamu di sini?"

Perhatian Runa segera teralihkan oleh teguran itu. Dia menelan ludah saat menemukan bahwa Miss Jessi berdiri di balik pita kuning. Ekspresi wanita itu super tegas dengan tatapan mengintimidasi dan penuh tuntutan, membuat yang ditatap merasa sekaan-akan telah diciduk tengah melakukan perbuatan tercela.

Runa segera bangkit berdiri, menegapkan tubuh dan berjalan keluar dari toilet.

"Kelas sudah di mulai sejak sepuluh menit lalu." Tanpa repot-repot menceramahi Runa soal dia yang masuk ke dalam tempat insiden, Miss Jessi segera mennyuruhnya untuk pergi ke ruang BK untuk diberi detensi. Runa dengan pasrah mengikuti.

Ketika menyusuri lorong dan melewati kelas 2-3, Runa memandangi kelas itu melalui jendela, menyaksikan kelas yang sedang berlangsung. Matanya yang jeli, menyisir setiap sudut kelas, dan dia menemukan satu-satunya bangku yang kosong. Bangku itu berada di deret kedua dari depan, menjadi lebih mencolok.

"Pasti bangku Mira," pikirnya.

Salah satu murid 2-3 tiba-tiba menoleh, menatap Runa tepat dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tapi, dengan cepat pula murid itu mengalihkan perhatian dan fokus pada guru yang tengah menerangkan pelajaran di depan kelas, bertindak seolah-olah Runa hanya angin lalu. Runa sama sekali tidak pusing memikirkannya, lanjut mengikuti Miss Jessi yang menegurnya untuk mempercepat langkahnya.

Dire PlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang