Kᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ғɪᴋsɪ. Kᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ, ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ, ᴀᴅᴇɢᴀɴ ᴅʟʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴜɴᴄᴜʟ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɪᴍᴀᴊɪɴᴀsɪ ᴘᴇɴᴜʟɪs. Aᴅᴀɴʏᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ɪᴛᴜ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ, ʜᴀʀᴀᴘ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴋᴇʟɪʀᴜᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ.
•••
- BAB 4 | SEKOLAH TERKUTUK -
•••Saka, siswa yang ditemukan dalam kondisi kepala yang hancur karena benturan keras saat jatuh. Dididuga melakukan bunuh diri dengan melompat dari atap sekolah.
Kejadian itu sudah berlalu tiga hari yang lalu, dan masih menjadi topik hangat yang dibicarakan tanpa henti oleh setiap orang di sekolah asrama Cartagana.
Halaman depan sekolah tepatnya dititik jasad Saka ditemukan, dipasangi tanda polisi, tidak ada yang boleh melewati tanda kecuali pihak berwenang atau orang yang telah mendapat izin.
Saka adalah murid dikelas 2-4, jadi kecuali Runa, hampir semua anak kelas ditanyai perihal Saka.
Runa duduk sendirian di cafetaria yang ramai. Masih bisa mendengar topik pembicaraan yang sama di segala sudut. Praduga-praduga tentang adanya kutukan di sekolah karena terus terjadi kasus kematian menjadi ketakutan tersendiri.
Beberapa saat kemudian, Susan, Seila dan Jevon datang bergabung ke meja tempat Runa duduk melamun.
"Udah beres?" tanya Runa, merujuk soal wawancara mengenai Saka.
Jevon mengangguk sebagai tanggapan singkat sebelum mulai menyeruput minumannya, tampak kehausan.
"Ditanyain apa aja?" tanya Runa, lagi.
"Macem-macem," jawab Susan. "Gue ditanyain soal Saka yang mungkin ada nunjukin sikap aneh atau sempat ada konflik nggak sebelum insiden. Ditanyain kalo Saka itu orangnya kayak gimana. Pokoknya kurang lebih gitu."
Seila mengangguk mengiyakan. "Pertanyaannya hampir sama semua. Gue denger yang lain juga pertanyaannya gitu-gitu aja."
"Pihak polisi pasti mau nyari orang yang bener-bener deket sama Saka, sekaligus mau nyari tanda-tanda kemungkinan kalo pelakunya ada diantara kita."
"Mana mungkin pelakunya diantara kita," sergah Susan, sedikit terkejut dengan perkataan Jevon.
"Sekolah ini terkenal sama murid-murid yang bermasalah. Kalo lo lupa, ada sebagian yang didigonosa punya kelainan mental. Polisi pasti ngambil pandangan dari sana," terang Jevon. Runa tanpa sadar mengangguk menyetujui perkataan Jevon.
"Kenapa jadi nyari pelaku? bukannya kasusnya bunuh diri?" Runa bertanya-tanya dengan bingung.
"Gue denger, ada kesimpulan lain dari polisi kalau kasus kali ini bisa aja kasus pembunuhan," kata Susan.
"Jadi mereka ngeduga kalo ada orang yang ngedorong Saka sampe jatuh dari atap sekolah?" Mata Seila membelakak terkejut.
"Gue juga jadi curiga sama kasus Nana." Haikal tiba-tiba ikut nimbrung. Dia mengambil tempat duduk di sebelah kiri Runa yang masih kosong.
"Rendra gimana, Kal?" tanya Susan. Haikal hanya menjawab dengan ancungan jempol.
"Apa maksud lo Nana juga dibunuh?" tanya Runa.
"Yap." Haikal menjentikan jarinya.
Seila menggeleng sebagai sangkalan, "nggak ada bukti sama sekali kalo Nana itu dibunuh. Kasusnya udah terlalu jelas kalau cuman kecelakaan."
Haikal menggeleng lagi seakan membantah. "Menurut kalian, gimana kalo ada yang masang jebakan yang bisa menyebabkan kematian?"
Seila memutar bola mata malas. "Kebanyakan nonton film lo."
Haikal langsung memasang wajah cemberut atas respon Seila.
"Eh, tapi. Menurut kalian, kalo emang beneran Nana sama Saka dibunuh. Siapa kira-kira pelakunya? Dan kenapa mereka dibunuh? Secara, mereka anak baik-baik yang nggak pernah bikin masalah," kata Jevon, jadi ikut-ikutan menduga.
Seila memutar bola mata untuk yang kedua kalinya ketika Jevon justru melanjutkan topik ngaur Haikal.
"Gimana orang baik yang nggak pernah terlibat masalah kayak mereka bisa berakhir di sekolah ini?" tanya Runa, merasa sedikit ragu dengan perkataan teman-temanya tentang sifat dua korban. Karena Cartagana lebih dikenal sebagai sekolah bagi anak-anak bermasalah.
"Nana karena masalah keluarga. Dia dikirim ke sini setelah orang tuanya cerai dan nggak mau ngurus Nana lagi, kalo Saka gimana, Kal?" ucap Seila.
"Saka yatim piatu, dia udah di sini dari kelas 10," jawab Haikal singkat.
Runa mengulum bibirnya. Sedikit merasa bersalah karena telah berpikiran negatif.
"Kalo orang baik yang jadi target, gue kayaknya harus mulai bikin masalah deh sekarang," kata Susan.
"Lo tanpa bikin masalah udah keliatan sifatnya kaya apa. Nenek lampir," ejek Haikal, yang sedetik kemudian mendapat tabokan dari Susan.
Obrolan mereka harus dipaksa berhenti karena bel untuk pelajaran selanjutnya telah berbunyi, mengharuskan mereka segera masuk ke dalam kelas.
Mereka berjalan bersama dan memasuki kelas. Perhatian Runa tertuju ke arah meja barisan kedua dari depan, tepatnya ke arah meja Windi, dimana sang empuh sudah duduk manis di sana.
Runa mencegat Susan yang hendak pergi ke tempat duduknya. Ia mengajukan pertanyaan yang selama tiga hari kebelakang mengganjal dalam pikirannya. "Lo bilang, yang nemuin jasad Nana pertama kali itu Siswi kan? Siapa?" tanya Runa, matanya sedikit membola karena dipenuhi rasa penasaran.
Susan mengedarkan pandangannya dan berhenti disatu titik, Dia kemudian menjawab pertanyaan Runa sembari menuding ke arah orang yang disebutkan. "Windi."
Runa terdiam mendengar jawaban Susan. Pandangannya terpaku pada Windi yang kali ini sedang bicara dengan Karina yang duduk tepat di bangku belakangnya.
"Lo juga ngerasa ada yang aneh, kan?" tebak Susan, Dia berbisik di samping Runa. "Windi dua kali jadi orang pertama yang nemuin jasad korban. Apalagi, sikapnya waktu itu bener-bener mencurigakan."
Runa menoleh pada Susan. "Nggak mungkin Windi. Dia ada di kelas-" perkataan Runa terhenti dan Ia terdiam dengan pikiran buntu.
"Jasad Saka udah ada di sana sebelum kelas dimulai. Kita nggak tahu apa yang dilakuin Windi sebelum kita ketemu dia di kelas," bisik Susan lagi.
"Tapi, kalo dia pelakunya, untuk apa dia kasih tahu lokasi jasad korban?"
Susan mengedikan bahu. "Nggak tahu. Lo mungkin bisa tanya Windi langsung." Susan tersenyum penuh maksud.
Runa segera mendorongnya dan lekas pergi ke tempat duduknya sendiri. Tapi perhatian Runa masih tetap tertuju pada Windi, bahkan ketika guru memasuki kelas dan pelajaran dimulai. Penglihatan Runa mengenai kematian Nana memang aneh, tapi sesuatu mengganjal dalam pikirannya, dan bagaimana Ia mulai mencurigai bahwa Windi mungkin memiliki hubungan.
To Be Continued
A/n
Jangan lupa vote dan komentarnya~
![](https://img.wattpad.com/cover/353880460-288-k540440.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dire Plight
ParanormalSerangkaian kasus kematian misterius terjadi di sekolah asrama Cartagana. Runa, sebagai murid baru yang menempati kamar lama dari korban pertama, mengalami rentetan penglihatan yang tertinggal di tempat kejadian. Sebuah tulisan "Know You Place" meni...