1

807 60 2
                                    

My Everything

.

.

.

.

.

.

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Nanon. Kepalanya mendongak, memperhatikan Neo yang masuk ke ruangannya dengan raut wajah yang terlihat panik.

“Ada apa?”

“Chimon…” Lelaki dengan wajah tampan itu memberi jeda sejenak untuk mengambil nafas. “…menolak untuk makan sejak pagi. Ia tidak berbicara pada siapapun dan mengunci kamarnya dari dalam.”

Mendengar apa yang di laporkan oleh Neo padanya membuat Nanon membuang nafas kasar. Kedua tangannya bergerak untuk mengusap wajahnya yang sudah kusut, kemudian beranjak dari kursi kepemimpinannya. “Aku akan pulang.” Ucapnya tegas, namun ia tidak bisa menghindari perasaan khawatir akan Chimon yang mungkin saja kondisinya sedang memburuk sekarang. “Tunda semua pertemuanku hari ini.”

“Tapi, Non―”

“Batalkan semua janji jika mereka tidak mau menunda bertemu denganku.”

Neo mengangguk dan membungkuk penuh dengan rasa hormat. Ia mengerti jika Nanon melakukan itu. Karena bagi Nanon, Chimon adalah segalanya.

“Aku tidak akan kembali ke kantor sebelum keadaan Chimon membaik. Jadi, urus semuanya sampai aku kembali.”

Sekali lagi, Neo menyanggupinya. Ia memperhatikan Nanon yang sudah keluar dari ruangan dengan penampilan yang berantakan. Dengan segera ia mengambil ponselnya, menghubungi Not untuk menyiapkan mobil di lobby dan mengantar Nanon pulang ke rumahnya.

Nanon Korapat―orang yang paling berkuasa.
.

.

.

.

.
                        
Tidak ada satupun orang yang berani membuka pintu kamar Chimon Wachirawit meskipun mereka memiliki kunci cadangannya.

Maka ketika Nanon datang dengan tergesa, semua orang yang di perintahkan untuk menjaga Chimon pun menghela nafas lega.

“Khun Chimon mengunci dirinya sejak anda berangkat tadi pagi. Ia juga menolak untuk makan dan mengancam jika kami mengadu pada anda.”

Kedua mata Nanon tertutup rapat begitu salah satu orang kepercayaannya dalam menjaga istrinya itu melapor padanya. “Ambilkan kunci cadangan.”

Gun―pria yang sangat di percayai oleh Nanon itu mengangguk singkat dan memberikan kunci cadangan pada sang tuan.

“Pergilah. Aku akan bicara dengannya dan akan memanggilmu jika aku membutuhkan bantuan.” Nanon berkata tanpa intonasi yang tinggi, ia justru memberikan senyum kepada seseorang yang sudah bekerja padanya sejak lama itu.
“Terima kasih.”

Gun undur diri, ia memberikan kode pada semua yang ada disana untuk mengikutinya. Nanon tidak ingin ada yang mengganggunya, apalagi jika itu berhubungan dengan istrinya, Chimon Wachirawit yang di cintainya.
.

.

.

.
                      

“Siapa kau?”

Nanon meringis mendengar suara istrinya yang parau. Ia tutup kembali pintu kamar mereka dan menguncinya.

"Kau tidak mendengarkan aku? Aku akan memecatmu karena kau telah lancang menggunakan kunci cadangan dan masuk ke kamarku."

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang