3

395 46 4
                                    

My Everything
.
.
.
.
.
.

Keesokan harinya, selepas sarapan pagi, Nanon membawa Chimon ke kebun belakang, menikmati angin segar di kebun kecil yang Chimon tanami dengan bermacam-macam bunga dan buah stoberi.

"Chi..."

Yang di panggil mendongakkan kepala, menatap Nanon yang berdiri di hadapannya dengan wajah bingung. "Hm?" la bergumam, menyadari jika Nanon akan membicarakan hal serius jika sudah memanggilnya seperti itu.

Nanon bersimpuh diatas kedua lututnya, mengambil tangan yang lebih tua untuk di genggam dengan lembut. "Aku harus pergi hari ini."

"...."

"Tidak apa-apa, kan?"

Chimon masih belum menjawab. Sepasang mata cantiknya yang sudah berbinar kembali menatap lama ke dalam mata Nanon, mencari sesuatu yang menurutnya itu sebuah penjelasan.

"Aku akan pergi jika kau memberiku ijin, dan aku akan tetap disini jika kau
tidak mau aku pergi."

Lelaki cantik itu membuang nafas pelan. Rasanya, ia terlalu menyusahkan Nanon, la hanya duduk dan berbaring sepanjang hari, dan ia juga sudah egois karena mengunci Nanon di dalam rumah sejak kemarin. Padahal Chimon sendiri tahu sesibuk apa Nanon di kantor, pekerjaannya selalu menumpuk dan Neo tidak akan mampu mengurus itu sendirian.

"Pergi kemana? Apakah bekerja?" Nanon mengangguk dengan sebuah senyum kecil. "Ya. Neo memintaku untuk menghadiri sebuah pertemuan penting hari ini. Tidak lama, aku hanya akan pergi satu jam saja."

Satu tangannya ia lepaskan dari genggaman sang suami, la tersenyum, mengusap lembut pipi Nanon yang terlihat tirus dari terakhir kali ia menyentuhnya. "Maaf karena egois menginginkanmu menemaniku sepanjang hari." Kekehnya halus. "Pergilah, kau tidak boleh menelantarkan ratusan orang yang bekerja padamu."

Ada sepercik perasaan bersalah ketika Nanon mendengar penuturan
Chimon.

"Tapi, ijinkan aku yang menyiapkan pakaianmu."

"Chi!"

"Non, sudah berapa lama kau hanya menyuruhku untuk istirahat dan istirahat lagi, hm? Aku hanya duduk dan berbaring, aku ingin melakukan sesuatu yang biasa aku lakukan untukmu."

"Tidak, kau masih dalam tahap penyembuhan. Kau tidak boleh kelelahan dan biarkan aku menyiapkan bajuku sendiri."

Chimon tersenyum kecut, la berhenti mengusap pipi Nanon dan melepaskan tangan yang lain dari genggaman suaminya. "Ya, baiklah. Terserahmu." Ucapnya lirih. "Pergilah."

"Sa...-"

"GUN!"

Nanon mengernyit mendengar suara Chimon yang meninggi saat memanggil Gun. Lelaki Manis itu datang menghampiri beberapa detik setelahnya.

"Ya, Khun Chimon?"

"Nanon akan pergi bekerja tapi dia akan menyiapkan pakaiannya sendiri. Sekarang, kau antar aku ke ruang membaca. Aku tidak mau bertemu dengannya sekarang.

Gun merasa sangat bingung, apalagi ketika ia melihat Chimon yang berdiri
dengan gerak cepat tanpa mempedulikan Nanon yang masih besimpuh disana.

"Hati-hati, biar saya menuntun anda."

Gun dengan segera meraih lengan Chimon membantunya di setiap langkah yang dia ambil. la takut terjadi sesuatu pada Chimon jika membiarkannya berjalan sendirian.

"Jangan pernah menemuiku jika kau masih menganggapku orang sakit, Nanon Korapat!"

Pesan Chimon itu membuat Nanon terdiam masih di posisi yang sama
Siapa yang menganggapnya orang sakit? Nanon hanya tidak ingin Chimon terluka dan kesakitan lagi, kenapa la tak paham?

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang