13

261 37 1
                                    

Nanon menatap berang pada seorang Neo Trai Nintawat yang ia temukan di teras belakang rumahnya.
Langkahnya ia bawa dengan tidak sabaran, segera meraih kerah kemeja Neo dan membawanya mendekat.

Neo tercekat, merasakan aura kemarahan dari sang tuan.

"Khun―Nanon..."

"Apa yang kau katakan pada Chimon-ku, hah? Pengkhianat!"

Satu pukulan Nanon berikan tepat pipi kiri Neo, membuat lelaki tampan yang telah lama bekerja padanya itu tersungkur dan meringis.

"Aku selalu percaya padamu! Kau memegang semua rahasiaku dalam genggamanmu! Kau berjanji padaku untuk tidak mengatakan itu pada Chimon-ku tapi ternyata... kau tidak jauh berbeda dengan Mew Suppasit dan Wilton Jes yang telah mengkhianatiku!"

Neo tidak bicara apa-apa. Ia mengusap pipinya yang terasa sangat sakit seraya berusaha untuk berdiri. Tapi ia harus kembali tersungkur karena Nanon yang menendangnya terlebih dulu, tidak mengijinkannya untuk berdiri.

"Katakan padaku apa yang kau inginkan, hah? Kau ingin menghancurkanku dengan mengatakan semuanya pada Chimon, kemudian kau akan menertawakanku?! KATAKAN PADAKU!"

Tapi si Pengawal tetap diam saja. Ia tidak berniat untuk menghentikan Nanon, tidak berniat pula untuk menghindar dari setiap pukulannya.
Neo tidak di beri kesempatan untuk bicara, mengatakan semua kebenarannya.

"Aku pikir aku sudah menemukan seseorang yang bisa ku percaya selain Chimon. Ternyata... kau sama saja dengan Mew Suppasit! Kau tahu apa akibatnya jika berkhianat padaku, kan? Kehidupanmu akan aku buat sulit dan menderita hingga kau mati."

Neo menghela nafas lelah. Ia mencoba berdiri dengan sisa tenaganya, mengusap darah di sudut bibirnya yang robek karena pukulan Nanon, kemudian ia tersenyum pada tuannya dengan tubuh membungkuk hormat.

"Lakukan semuanya padaku, asal kau tidak mengganggu Phuwin dan biarkan ia bekerja disini dalam perlindunganmu."

Nanon semakin geram mendengar penuturan itu, kalimat pertama yang keluar dari mulut Neo sejak ia memukulnya tadi. Tangan kanannya terkepal, terangkat dan siap untuk melayangkan kembali sebuah pukulan untuk Neo sebelum suara Gun menghentikan rotasi dunia Nanon dalam sekejap.

"Khun Chimon tidak berhenti merasakan sakit!"
Wajah Nanon seketika menjadi pucat pasi.

"A―apa?"

"Banyak darah yang keluar!"

Sekejap saja, Nanon sudah berlari dengan cepat menuju kamar untuk melihat bagaimana keadaan istrinya. Ia cemas, panik, khawatir, dan ketakutan sekarang. Sementara Gun dan Neo menyusul di belakangnya.

.

.

.

Nanon tidak berani mengambil langkah lebih dekat. Ia tetap membuat jarak, melihat bagaimana darah sudah mengotori tempat tidur bersprai putih itu.

"Gun~ tolong aku... ini sakit sekali." Nanon menggigit bibir melihat wajah Chimon yang sudah sangat pucat. Matanya memanas, siap untuk menangis melihat kondisi istrinya sekarang.

Kedua kakinya dengan berani melangkah lebih dekat. Ia sudah tidak bisa mengabaikan perintah Chimon untuk tidak mendekatinya, sekarang yang ia pikirkan adalah membawa Chimon ke rumah sakit.
Tapi, belum sempat tangannya sampai menyentuh permukaan kulit halus istrinya, suara lirih itu terdengar jelas di indera pendengarannya.

"Jangan sentuh aku, Nanon Korapat." Suara Chimon dengan kesakitannya yang membuat hati Nanon terasa seperti di pelintir.

"Jangan menyentuhku―ugh."

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang