4

373 41 3
                                    

My Everything

.

.

.

Sekarang, rumah megah yang biasanya hanya sepi itu terisi oleh suara tangis dan tawa Marc yang membuat rumah terasa lebih hidup.

Tiga bulan sudah terlewati sejak Nanon membawa Marc.

Chimon pernah bertanya sesuatu kepada suaminya, "Apakah kau kecewa padaku?" Waktu itu sudah sedikit larut, dan si kecil sudah terlelap di boks bayi yang ada di kamar mereka.

"Kecewa? Untuk hal apa?"

"Karena aku meminta seorang bayi untuk di adopsi dan kita besarkan bersama." Chimon menjawab lirih. Matanya lurus memandang mata Nanon yang tegas. "Seharusnya, yang kita besarkan itu adalah bayi kita sendiri."

"Sayang, kita pernah membahas hal ini."

"Katakan padaku, kau kecewa atau tidak?"

Nanon membuang nafas pelan dan memeluk Chimon seraya berbaring. "Untuk apa aku kecewa pada seseorang yang telah memberikanku semua kebahagiaan di dunia ini?"

"Non-"

"Kau memberikanku semuanya, sayang. Termasuk keinginan untuk membesarkan seorang bayi. Kau tahu? Marc membuat kita berdua menjadi sempurna."

Sekali lagi, Chimon seharusnya tidak meragukan itu semua. Nanon tidak akan pernah marah padanya, Nanon tidak akan pernah kecewa padanya, Nanon tidak akan meninggalkannya. Semua cinta yang Nanon miliki untuk Chimon Wachirawit itu tidak perlu di pertanyakan lagi.

"Jika suatu hari nanti aku kembali mengandung darah dagingmu, kau harus berjanji padaku untuk tidak membedakan Marc dengan bayi kita."

Mendengar penuturan itu, Nanon terdiam cukup lama.
Sebenarnya, ia tidak pernah berpikir dan tidak pernah ingin Chimon mengandung lagi. Karena itu terlalu berbahaya, nyawa Chimon yang menjadi taruhannya. Tapi, melihat binar bahagia ketika istrinya berbicara tentang bayi mereka kelak, Nanon tidak ingin menghancurkan itu semua.

Jadi, Nanon tersenyum dan mengecup ujung hidung Chimon dengan mesra. "Untuk apa aku membedakan mereka? Aku adalah ayahnya yang akan menyayangi mereka dengan adil."

Perkataan itu membuat Chimon menangis ketika mendengarnya. Pernikahan mereka yang sudah berjalan di tahun ke-lima semakin terasa sempurna sejak hadirnya Marc.

Akan lebih sempurna lagi jika keturunan Korapat hadir di antara mereka.

.

.

.

Marc sudah berusia enam belas bulan sekarang. Bayi kecil itu sangat manis dengan pipi bulat yang selalu memerah setiap kali ia menangis. Kedua kakinya sudah bisa berlari meskipun sesekali masih harus di pegangi, bahkan ia sudah memanggil Chimon dengan sebutan 'Mama' dan Nanon dengan sebutan 'Papa'.

Tidak ada yang lain, Marc hanya bisa mengatakan dua kata itu.

Sejak tiga hari yang lalu, Nanon pergi ke Huahin bersama dengan Neo dan Not untuk urusan pekerjaan. Mereka baru akan kembali dua hari
lagi, dan Chimon tidak masalah tentang itu. la sudah terbiasa di tinggal untuk pertemuan penting antara Nanon dan rekan kerjanya. Apalagi, sekarang ia memiliki kesibukan mengurus Marc, meskipun Phuwin dan Gun akan membantunya juga.

"Phu, kau sudah siapkan air mandi untuk Marc?"

Yang diberi pertanyaan mengangguk dengan senyum kecil. "Sudah, Khun Chimon. Aromaterapi yang biasa juga sudah di tambahkan di air mandinya."

"Baiklah, terimakasih..." Chimon membalas ceria seraya melucuti pakaian tidur Marc diatas kasur. "Oh, Phu! Tolong siapkan pakaian barunya, ya, Hari ini, aku ingin melihat Marc memakai baju berwarna kuning. Pasti kontras sekali dengan kulitnya yang putih."

Phuwin mengangguk paham. la segera melakukan perintah Chimon setelah ia melihat istri dari tuannya itu membawa si bayi ke kamar mandi untuk di mandikan.

Tangan Phuwin bergerak cepat untuk mencari pakaian Marc yang memiliki warna kuning cerah seperti yang diinginkan Chimon, menyimpannya diatas Kasur beserta peralatan lain seperti bedak bayi, minyak angin untuk bayi, dan lainnya.

Setelah selesai, Phuwin menyusul ke kamar mandi. Ia berjaga di dekat Chimon. seraya memperhatikan bagaimana kedua tangan lembut Chimon Wachirawit mengurus Marc dengan penuh kehati-hatian.

Phuwin tersenyum. la selalu merasa iri dengan kesempurnaan yang dimiliki oleh Chimon Wachirawit, dan Nanon Korapat adalah orang paling beruntung karena bisa mendapatkan hatinya.

"Mmaa-mma-"

Chimon tertawa lembut ketika kedua tangan Marc bergerak aktif memainkan air dengan senangnya. Membuat Phuwin juga ikut tersenyum memperhatikannya.

"Phu..."

"Ya?"

"Setelah Marc mandi, tolong bawa dia untuk berjemur diluar, ya? Minta Joss untuk menemani dan berjaga."

Phuwin terdiam bingung. Sebelum-sebelumnya, Chimon yang selalu melakukan segala sesuatu untuk Marc. Dari mulai bangun pagi, membuatkan susu, mandi, memakaikan pakaiannya, hingga berjemur dan jalan-jalan di sekitar rumah. Tapi sekarang- "Kepalaku sedikit sakit. Aku akan meminta Gun untuk membuatkanku teh hangat dan akan menyusulmu jika aku sudah merasa lebih baik."

"Anda sedang tidak enak badan?" Phuwin bertanya khawatir. Ia sudah diberi tahu tentang kesehatan Chimon oleh Neo dan Gun, la jadi berhati-hati jika Chimon sudah mengeluh seperti sekarang.

Tapi, istri Nanon Korapat itu hanya tersenyum dengan menggelengkan kepalanya. "Aku hanya sakit kepala, jangan berlebihan." Kekehnya. "Ayo, Marc yang tampan mandinya sudah selesai. Phu, aku minta tolong, ya..."

Dan bayi Marc berpindah ke dekapan Phuwin, sementara Chimon sudah berlalu untuk mencari Gun setelah meninggalkan satu kecupan sayang di pipi gembul putranya.

Apa Phuwin tidak salah lihat ... Chimon terlihat pucat.

Chimon mengatakan pada Phuwin untuk tidak berlebihan tentang dirinya yang hanya sakit kepala. Kenyataannya, Chimon pingsan di kamar mandi setelah muntah berulang kali. Phuwin tidak bisa melihat apa yang terjadi, karena ia hanya bertanggung jawab untuk menjaga Marc yang sekarang terlihat bergerak gelisah dalam gendongannya.

Tapi Gun, orang itu adalah yang paling panik. "Tolong hubungi dokter Tin untuk segera datang kemari. Dan
hubungi juga Khun Nanon, beritahu dia bahwa Khun Chimon pingsan di kamar mandi." Gun memberi perintah sementara dirinya sibuk mengganti pakaian Chimon yang basah entah karena apa.
Nanon berpesan padanya untuk memberikan laporan tentang Chimon dan Marc selama ia di Huahin. Gun sudah paham, Nanon pasti akan langsung kembali jika mendengar keadaan Chimon saat ini.

Seketika, semua orang yang bekerja di rumah besar itu menjadi panik setelah Chimon pingsan. Sebagian menduga-jika Chimon sedang
mengandung lagi untuk yang kedua kalinya setelah keguguran yang
dialaminya beberapa bulan yang lalu.

"Pastikan Chimon baik-baik saja dan beritahu aku jika dokter Tin memeriksanya! Aku akan kembali ke Bangkok sekarang!" Suara Nanon terdengar panik di seberang sambungan telepon.

.

.

.

.

tbc

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang