11

219 34 3
                                    

Chimon kembali ke rumah beberapa hari setelah di rawat di rumah sakit.
Nanon membuktikan semua perkataannya tentang Chimon yang harus kembali duduk di kursi roda sampai si kecil di dalam perutnya itu lahir.

"Untuk sementara, kita akan tidur disini." Chimon terdiam dengan mata yang tidak berkedip saat Nanon membawanya pada salah satu ruangan di lantai bawah.

Seingat Chimon, Nanon tidak mengijinkan siapapun masuk ke ruangan ini jika tidak ada perintah. Tapi sekarang, ruangan itu telah berubah menjadi sebuah kamar tidur yang luas dan terlihat nyaman.

"Hanya sampai Jagoan kita lahir. Aku tidak mungkin membiarkanmu naik dan turun tangga dengan perut besar hanya untuk mencapai kamar kita. Jadi―tidak apa-apa, kan?"

Semua sudah Nanon lakukan untuk keselamatan si kecil.
Chimon tersenyum lembut, ia tidak pernah menyangka Nanon bisa berpikir sejauh itu untuk menjauhkannya dari bahaya.

"Tentu saja." Katanya tulus.

"Asalkan kau juga tidur bersama denganku." Suaminya terkekeh ringan, menempatkan dirinya bersimpuh di hadapan Chimon.

"Non..."

"Hm?"

Chimon hanya diam, menatap sepasang mata kelam milik Nanon yang selalu membuatnya merasa nyaman. Sudut bibirnya tertarik membuat sebuah senyum hangat.

"Boleh aku menciummu?"

Sejak awal pertemuan mereka, Chimon tidak pernah melayangkan pertanyaan seperti itu. Selama ini, Nanon yang selalu menciumnya. Kalau pun memang Chimon ingin, ia tidak akan meminta ijinnya seperti itu.

"Kenapa―" Nanon belum menyelesaikan perkataannya karena Chimon sudah mencium bibirnya cukup lama. Meskipun ia tidak bisa menyuarakan pertanyaannya, tapi Nanon mengikuti alur yang diinginkan oleh istrinya.

Satu tangannya bergerak ke belakang leher Chimon dan menekannya sedikit kuat hingga ciuman mereka berlangsung lebih lama.

"Terimakasih..." Chimon menyudahinya. Sedikit terengah, namun tetap tersenyum bahagia. "...karena kau adalah Nanon Korapat yang mencintaiku."

Chimon Wachirawit adalah segalanya untuk Nanon. Selamanya, Nanon akan mencintai sosok itu meskipun ia tahu tangannya sudah terlalu kotor dengan hatinya yang penuh keangkuhan untuk mencintai orang selembut Chimon Wachirawit..

.

.

.

"Bagaimana dengan Wilton Jes?"

Neo menghela nafas pelan sebelum menjawab, "Seperti yang kau minta, Joss sudah mengurusnya."

"Perusahaannya?"

"Semua disita oleh pihak bank. Asetnya sudah habis tidak bersisa karena Wilton Jess memiliki banyak pinjaman yang tidak terbayar."

Nanon menyeringai.

"Tentang pinjaman yang Wilton terima dari perusahaan ini tahun lalu, apa akan dibiarkan begitu saja?"

Neo bertanya, karena Nanon tidak pernah memberikannya perintah perihal itu.

"Wilton mendapatkan uang banyak darimu sebagai pinjamannya, tapi Wilton jess malah menjual informasi yang ia miliki tentang perusahaanmu pada orang lain."

"Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Anggap saja Wilton tidak pernah mendapatkan pinjaman dari perusahaanku. Aku tidak butuh dia membayar pinjaman itu setelah dua kali melakukan pengkhianatan terhadapku."

Neo terdiam."Cukup pastikan hidupnya akan berakhir lebih buruk dari Mew Suppasit.

"Lelaki Tampan itu membungkuk untuk mematuhi perintah Nanon Korapat. Jika tuannya sudah berkata seperti itu, maka Neo hanya harus melakukannya.

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang