9

265 35 3
                                    

Disinilah Nanon berada sekarang. Di sebuah ruangan kecil dekat gudang pembakaran berkas tak terpakai perusahaan Wilton Jes.

Perusahaan itu sangat kecil-tidak ada sedikitpun harapan untuk memajukannya dengan keadaan Wilton Jes yang terlilit hutang dimana-mana.

Dan pemilik perusahaan kecil itu dengan berani mengajukan kembali pinjaman padanya setelah pengkhianatan yang di lakukan terhadap perusahaan Kirdpan beberapa bulan yang lalu.

Jika ada yang seharusnya merasa dendam, bukankah itu adalah Nanon? Bukan malah Si Wilton dengan cara menculik Chimon, yang justru mengundang amarah sebenarnya dari seorang Nanon Korapat.

"Kau benar-benar membuatku marah." Nanon berkata dingin namun penuh penekanan pada Wilton Jes yang sudah di lumpuhkan oleh Joss. Seringainya terukir jelas di ruangan yang minim pencahayaan itu. "Kau ingin aku menderita? Maaf sekali, tapi aku lebih menginginkanmu yang menderita."

Dengan dirinya yang diliputi oleh emosi tak terkontrol, Nanon melayangkan sebuah tinju yang begitu kuat di wajah Wilton.

"Joss, kau urus dia."

Satu perintah dari tuannya itu di angguki dengan penuh hormat oleh Joss. Ia menyeret tubuh tak berdaya Wilton keluar, "Seharusnya kau berterimakasih karena Khun Nanon hanya memutus kontrak kerja denganmu tanpa memikirkan berapa banyak pinjaman yang kau punya sebelumnya. Tapi kau dengan berani menculik Khun Chimon dengan tujuan membuat Tuanku menderita... lihat, kurang dari satu hari kau sendiri yang lebih menderita."

Joss berpapasan dengan Neo sebelum benar-benar mencapai mobilnya.

Lelaki Tampan itu berpesan, "Lakukan seperti biasa. Khun Nanon sudah tidak memberikan maafnya lagi pada orang yang sudah melakukan pengkhianatan sejauh yang sudah dilakukannya."

"Aku mengerti."
.

.

.

.

Di ujung ruangan tanpa ventilasi itu, Nanon menemukan Chimon-nya terkulai dengan tangan dan kaki yang terikat di sebuah kursi kayu.

Tiba-tiba saja air matanya jatuh tanpa bisa di hentikan. Disaat dirinya begitu menjaga dan melindungi Chimon, tidak ingin jika orang yang di cintainya itu terluka walau seujung kuku pun, orang lain justru membuatnya seperti itu disaat dirinya lengah terhadap Chimon.

Bukan tanpa alasan jika Nanon terlalu protektif pada istrinya. Nanon sadar, banyak sekali orang yang ingin menjatuhkannya dengan cara-cara kotor. Jadi, ia selalu memerintahkan Gun dan Joss untuk menjaga Chimon di setiap langkahnya, tidak pernah membiarkan Chimon berjalan sendirian.

Bukan Nanon tidak memberikan Chimon kebebasan, tapi Nanon sangat tahu seberapa inginnya orang lain untuk mencelakai Chimon demi menjatuhkannya.

Dan pada akhirnya, Wilton Jes melakukannya.

Neo datang setelahnya dengan membawa senter di tangan. Ia menyorot cahaya itu pada Chimon, dan nafasnya seketika tertahan begitu melihat keadaan istri dari tuannya itu yang sangat jauh dari kata baik.

"Aku akan melepaskan ikatan talinya."

Nanon terhenyak begitu mendengar ucapan Neo. Kedua kakinya melangkah gontai, mendekat dan berlutut di depan Chimon yang sudah hampir kehilangan kesadaran.

"Chi-" Satu tangannya terangkat, menyentuh pipi Chimon yang lembab karena jejak air mata. Rambut istrinya basah oleh keringat, begitupun pelipisnya yang masih mengeluarkan keringat dingin. "-maafkan aku... maafkan aku."

Neo sempat mendecih karena si Wilton benar-benar mengikat dengan kuat kedua tangan dan kaki Chimon. Setelah ikatan itu terlepas, Neo hanya berdiri diam menunggu apa perintah Nanon selanjutnya.

"...Non..."

"Kau bangun? Sayang, tetaplah terjaga, tetaplah bicara denganku!"

"...sa-kit..."

Yang tidak Nanon dan Neo sadari adalah sudah seberapa banyak darah yang membasahi pakaian juga lantai di bawah mereka.

"Tolonghhh... bayiku..."

Nanon bersumpah tidak akan pernah memberikan sedikitpun maaf kepada Wilton dan juga semua anak buahnya yang sudah menempatkan Chimon beserta bayinya ke dalam bahaya.

Sebelum membawa tubuh lemah Chimon di kedua tangannya, Nanon menyempatkan diri untuk mencium perut istrinya yang sudah membesar itu seraya menggumam dengan air mata yang tak kunjung berhenti keluar dari pelupuknya, "Papa mohon, tetaplah kuat, sayang..."

"Not sudah siap di mobil, Tuan!" Neo memberitahu.

Kemudian, dengan cepat Nanon meraih tubuh Chimon dan membawanya berlari keluar dari ruang sialan itu. Nanon terus menangis dan mengajak Chimon berbicara, meskipun ia tahu, Chimon tidak akan menjawabnya karena sudah kembali tidak sadarkan diri.

Dan untuk pertama kali, Neo menyaksikan Nanon sekacau ini. Bahkan ketika Chimon keguguran pun, ia tidak melihat air mata seorang Nanon Korapat.

.

.

.

Nanon marah, emosinya naik setiap kali ia memikirkan seberapa keparatnya Wilton Jes. Neo dan Not yang juga berada disana tidak bisa menyuarakan apa-apa, membiarkan lorong rumah sakit yang sepi itu terus dilanda keheningan.

Ini sudah lebih dari satu jam, dan para dokter yang sedang melakukan pertolongan pada Chimon di dalam ruangan darurat itu belum juga keluar.

Nanon menggeram, kedua tangannya terkepal kuat, dan kemudian... ia meninju tembok di belakang tubuhnya hingga membuat tangannya terluka.

"Khun...!"

Hanya Neo yang berani untuk menginterupsi, mendekat pada Nanon dan membawanya untuk kembali duduk di kursi tunggu. Bisa Neo lihat, tangan Nanon yang penuh dengan darah Chimon itu terluka karena tinjunya sendiri.

"Neo..."

"Ya?"

"Kau sudah memberi Wilton Jes pelajaran, kan?"

Neo mengangguk. "Joss sedang mengurusnya."

"Pastikan ia menderita, dan pastikan untukku tak mendengar lagi namanya di sebut oleh orang-orang."

Neo jelas paham apa yang diinginkan Nanon. Hukuman yang selalu di sebutkannya lebih buruk dari yang pernah dilakukan terhadap Mew Suppasit.

Pintu ruangan darurat itu terbuka, membuat Nanon mendongak dengan cepat dan melihat beberapa suster serta dokter Tin keluar dari sana.

Nanon tidak bisa menyuarakan pertanyaannya. Nafasnya tersengal, tenaganya habis, namun sekuat tenaga ia beranjak untuk berdiri di hadapan dokter Tin.

"Khun Chimon mengalami pendarahan, dan tubuhnya sudah sangat lemah sejak awal."

Jantung Nanon berpacu cepat mendengar penuturan pertama yang terlantun dari mulut sang dokter. Ingin rasanya ia meninju wajah dokter itu, kemudian memberikannya semua uang yang dia miliki agar bisa menyelamatkan Chimon dan juga bayinya.

"...tapi untunglah semua baik-baik saja."

Nanon terhenyak dengan kedua mata membulat.

"Jagoan anda sangat kuat, istri anda juga. Meskipun keadaan mereka lemah, tapi mereka dapat bertahan hingga detik ini."

Nanon seperti tidak dapat menahan beban tubuhnya sendiri, hingga ia mundur satu langkah ke belakang. Di dalam hatinya, ia bersyukur.

"Bersihkan diri anda dan beristirahatlah sejenak, Khun Nanon." Dokter Tin tersenyum di balik masker yang menutupi sebagian wajahnya, melirik pada setiap noda darah di tangan, pakaian, dan bahkan wajah si angkuh Nanon Korapat. "Khun Chimon masih akan tertidur sampai beberapa jam ke depan, gunakanlah waktu itu untuk membersihkan diri anda."

Setidaknya, Nanon bisa bernafas dengan lega saat ini. Chimon-nya... bayi laki-lakinya... mereka selamat.





tbc

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang