5

367 40 2
                                    

My Everything

.

.

.

.

Nanon tidak akan menunda kepulangannya jika sesuatu terjadi pada Chimon. Meskipun dirinya sedang diluar negeri sekalipun, Nanon akan memaksa untuk pulang.

Dan ketika dirinya mendapat kabar dari rumah melalui Neo tentang istrinya yang tiba-tiba pingsan di kamar mandi, perasaan Nanon menjadi buruk dalam seketika.

Lelaki Korapat itu mengabaikan semua janji dan meminta Neo untuk mengurus semua sisa pekerjaannya sementara dirinya memilih pulang di dampingi oleh Not yang memang ikut bersamanya sedari awal.

Dengan segala koneksi yang dimilikinya, juga kehebatan Neo dalam mengurus semua keinginan Nanon, ia tiba di rumah pada hari yang sama.

Dengan nafas memburu dan langkah kaki yang di percepat, Nanon memasuki rumahnya yang sangat besar. Ia sempat melewati ruang bermain yang memang di buat khusus untuk Marc dan melihat si bayi tengah memainkan kepingan lego di temani oleh Phuwin.

"Bisa kau katakan padaku bagaimana keadaan Chimon sekarang?" Ada keinginan untuk bertanya terlebih dulu pada Phuwin sebelum ia benar-benar menemui Chimon di kamarnya.

Tanpa siapapun tahu, kedua kakinya tengah gemetar merasakan takut yang sangat luar biasa.

Phuwin yang sudah di posisi berdiri membungkuk sopan untuk menyapa Nanon. "Dokter Tin masih memantau keadaannya."

Nanon masih dalam ekspresi yang sama. Sebelum melanjutkan langkah, ia lebih dulu mendekat pada Marc yang seperti tak menyadari keberadaannya.

Nanon ambil sosok kecil itu untuk ia dekap, ciumi, dan menyapanya sebentar. "Halo, jagoannya papa..." Ucapnya dengan senyum lembut.
"apakah kau baik-baik saja saat papa pergi, hm?"

Bayi kecil di dekapannya itu tertawa senang ketika mengenali suara dan wajah ayahnya. Tidak terlihat jika dia bukanlah putra Nanon Korapat. Kedua tangan kecilnya bergerak untuk menepuki wajah tampan ayahnya.

"Phuwin, apa Marc sehat?"

"Ya, Khun Nanon. Marc sangat baik dan sehat."

Nanon mengangguk paham. Setelah mencium pipi gembul milik jagoan kecilnya, ia menyerahkan kembali Marc pada Phuwin seraya berpesan,

"Titip Marc, mungkin Chimon tidak bisa menemaninya tidur malam ini. Jadi, pastikan tidurnya nyenyak di kamarnya meskipun tidak ada aku ataupun Chimon."

Phuwin tentu tidak bisa membantah pesan Nanon yang berarti perintah itu.

.
.
.

Lelaki yang terlihat angkuh di mata orang-orang itu kini terlihat kusut dengan kedua mata memerah seperti menahan dengan sekuat tenaga untuk tidak menangis ketika melihat istrinya yang terbaring di tempat tidurnya.

Nanon tidak tahu Chimon kenapa karena belum ada yang memberitahunya. Tapi, jika dilihat dari seberapa hitam kantung mata Chimon, juga dokter Tin yang masih berada disana sejak pagi, Nanon tahu kondisi Chimon mungkin tidak sebaik sebelumnya.

"Nanon..."

Suara Chimon memanggil parau. Tanpa di perintah, Nanon membawa langkah kakinya untuk mendekati ranjang, meraih tangan Chimon untuk ia genggam dengan erat.

Gun dan dokter Tin mengambil langkah mundur, sedikit menjauh untuk memberikan jarak antara mereka dan tuannya.

"...kenapa pulang?"

"Kau tahu sendiri jawabannya."

Chimon tersenyum kecil di wajahnya yang pucat. Satu tangannya yang lain yang tidak di genggam Nanon bergerak untuk merapikan helai rambut suaminya yang berantakan agar sedikit rapi. "Maafkan aku. Aku selalu saja membuatmu panik dan kerepotan."

My Everything (CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang