Suasana menjelang malam di kediaman Nanon Korapat mendadak menjadi mencekam penuh ketakutan.
Gun-kedua tangannya saling meremas, tubuhnya gemetar tidak karuan, banyak sekali gumaman penuh pertanyaan terlontar pelan dari mulutnya. Dirinya diliputi perasaan bersalah yang mendalam, tentang; kenapa aku membiarkan Khun Chimon bergerak sendirian meskipun itu hanya ke kebun belakang.
Begitupun dengan Joss dan semua orang yang bekerja pada Nanon di rumah itu, yang di beri tanggung jawab untuk menjaga seseorang yang paling di cintai oleh tuannya tersebut.
Tapi, di antara semua orang yang terus bergerak gelisah memikirkan keadaan Chimon Wachirawit yang sekarang entah berada dimana, ada seseorang yang masih bisa tertawa bahagia dan bermain dengan begitu polosnya dalam asuhan Phuwin.
Si kecil Marc Pahun.
Tentu saja, anak itu tahu apa? Dia tidak akan mengerti meskipun Phuwin memberitahunya jika sang ibu tengah dalam bahaya.
Suara gebrakan pintu membuat mereka semua terperangah, mendapati Nanon Korapat dengan raut marahnya yang kentara terlihat disana.
"APA SAJA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN SAMPAI MELEPASKAN PANDANGAN KALIAN DARI CHIMON-KU, HAH?!"
Nafas Nanon yang terengah membuat siapapun tahu seberapa marahnya Nanon Korapat saat ini. Matanya menatap nyalang pada setiap pasang mata disana, dari Gun bahkan hingga Joss.
"KAU-"
Joss tidak bisa melakukan apa-apa ketika Nanon menunjuk wajahnya dengan telunjuk kiri. Wajah tampan tuannya yang memerah membuatnya cukup tahu diri untuk memberikan bantahan.
Tapi, tiba-tiba saja tangan itu turun dan membuat Joss terdiam, melihat tuan mudanya yang sekarang sedang memeluk kaki Nanon dengan tawa lugu.
"Ppa! Ppa!"
Seketika Nanon merasa amarahnya lenyap mendengar Marc yang berseru memanggilnya. Kedua matanya terpejam, sekuat tenaga mengatur emosinya sampai air mata itu jatuh dengan tidak tahu malu di hadapan semua orang yang selalu menganggapnya angkuh hingga tak pernah menangis.
Bahkan saat Chimon keguguran pun, air mata itu tidak jatuh di depan orang lain. Tapi sekarang-
"Hei, Jagoan..." Nanon berkata ceria setelah mengusap pipinya dengan kasar. Kedua tangannya bergerak untuk meraih tubuh gempal si kecil dalam pelukannya. "...kenapa, hm? Rindu Papa?"
Melihat interaksi antara Nanon dan Marc membuat Gun tidak bisa lagi untuk menahan tangisnya. Jadi, dengan tenaga yang sudah habis karena ketakutannya sendiri, Gun jatuh berlutut di kaki seorang Nanon Korapat.
"Semua adalah kesalahan saya. Saya yang membiarkan Khun Chimon sendirian di kebun belakang padahal saya sendiri tahu Joss sedang tidak di rumah. Saya... saya minta maaf, Khun Nanon. Saya siap jika anda akan mengasingkan saya seumur hidup sebagai hukuman karena saya telah melakukan kesalahan terbesar."
Mendengar penuturan Gun, lelaki bernama lengkap Nanon Korapat Kirdpan itu terdiam sesaat. Kepalanya semakin terasa berdenyut sakit memikirkan semuanya. Tapi, tawa riang Marc membuatnya tersenyum hingga mampu untuk menciumi pipinya dengan gemas.
"Apa dengan menghukum kalian Chimon-ku akan senang? Kalian ingin melihatku di tampar olehnya saat ia pulang nanti?"
Tidak ada yang menjawab. Yang terdengar hanyalah suara Marc yang sedang mencoba mengajak ayahnya bicara dengan bahasanya sendiri.
"Bangunlah, jangan berlutut atau ketakutan karenaku." Nanon berkata tanpa intonasi yang berarti.
Namun setelah itu, ia berjalan mendekat kearah Phuwin. Menyerahkan kembali si kecil kepada pengasuhnya setelah memberikannya satu kecupan sayang di pipi gembilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything (Completed
RomanceSuatu hari, Nanon membawa seorang anak laki-laki berusia satu tahun ke rumah. "Namanya Marc." Begitu jelasnya. Dan kehadiran Marc, membuat keadaan Chimon semakin membaik. Mereka membesarkan Marc dengan baik. Sampai Cheese lahir dan semua menjadi se...