Nanon melangkah dengan gontai setelah turun dari mobil yang di kemudikan oleh Not. Seorang pelayan membukakan pintu utama, dan suara pertama yang menyambut pendengaran Nanon adalah tawa riang Marc yang sedang berlarian bersama Phuwin disana.
Lelaki Tampan itu mengukir senyum, merasakan lelahnya tiba-tiba hilang saat mendengar tawa polos bayi gempal itu. "PPA!" Nanon segera menghindar begitu anak itu hendak berlari kearahnya―dengan sepasang tangan mungil itu terbuka, ingin memeluk kaki ayahnya seperti biasa. Si kecil merasa bingung. Kepalanya mendongak untuk menatap ayahnya yang sudah jauh beberapa langkah darinya.
"Papa kotor, jadi kau tidak boleh dekat-dekat papa. Mengerti?" Nanon memperlihatkan kedua tangannya yang masih bernoda darah milik Chimon yang sudah mengering. Sebenarnya, ia tidak sempat membasuhnya saat di rumah sakit. Lebih tepatnya, tidak ingin membasuhnya karena perasaan khawatir akan istrinya membuat ia tidak mampu untuk melakukan apapun. Jika bukan di paksa Neo, lelaki Kirdpan itu tidak akan pulang dan akan bertahan dalam keadaan kotor dan bau amis.
Marc seperti mengerti, kepalanya mengangguk dengan senyuman manis. Tubuh gempalnya berbalik ke belakang, mengambil langkah cepat menuju kearah Phuwin yang menunggunya.
"Anak pintar." Nanon bergumam bahagia. "Terimakasih, Phu... sudah menjaga putraku dengan baik." Phuwin sedikit merasa bingung. Ia mendengar dari Gun bahwa Nanon Korapat adalah seseorang yang sulit berkata 'terimakasih'. Tapi baru saja telinganya mendengar kata itu terlantun dengan begitu tulus dari mulut tuannya untuk dirinya.
"Ah―tidak, Khun Nanon. Saya yang seharusnya berterimakasih karena anda memberikan saya pekerjaan dan mempercayakan tuan muda Marc pada saya." Phuwin berucap canggung dengan sedikit membungkuk penuh kesopanan. Nanon tidak berkata apa-apa setelahnya. Hanya matanya terus memperhatikan Marc yang tidak mau diam, terus berlarian kesana kemari entah sedang apa. Disaat Nanon masih terdiam disana dengan senyum hangat memperhatikan tingkah laku si kecil, Gun datang setengah berlari. Nafasnya terengah, membungkuk pada Nanon."Tuan―bagaimana dengan Khun Chimon? Apakah... apakah... Khun Chimon baik-baik saja?"Cukup lama sampai beberapa detik berlalu Nanon memperhatikan Gun. Ia melihat ketulusan Gun untuk menjaga Chimon, membuatnya bersyukur kembali karena ia tidak salah dalam memilih orang untuk menemani setiap langkah Chimon-nya.
"Istriku tidak apa-apa, begitupun dengan bayiku." Satu jawaban itu membuat Gun mendesah lega. Phuwin yang juga mendengarnya turut tersenyum senang mendengar berita baik tersebut.
"Kau tentu tahu seberapa kuat istriku." Gun mengangguk. Chimon selalu berkata pada semua orang di dalam rumah besar milik Nanon Korapat itu bahwa dirinya sangat kuat. Dan sekarang, Chimon membuktikannya.
"Dimana Joss?"
"Joss belum kembali sejak semalam. Saya pikir, Joss masih bersama anda."
Nanon mengangguk mengerti. Joss masih belum kembali dari tugasnya mengurus Wilton Jes.
"Gun, kau ikut aku ke rumah sakit setelah aku membersihkan diri. Phuwin, kau juga ikut, siapkan perlengkapan Marc karena aku akan membawanya juga."
Tanpa menunggu di perintah dua kali, Gun dan Phuwin mengangguk paham. Gun segera bersiap, begitupun dengan Phuwin yang langsung meraih si kecil untuk mengganti pakaiannya
.
.
.
Kepada dokter Tin, Nanon meminta ijin untuk membawa Marc ke ruang perawatan tempat Chimon masih terbaring lemah. Nanon mendapatkan ijin itu meskipun tidak lebih dari dua puluh menit. Bagaimanapun, seorang balita tidak di perbolehkan ada disana. Dalam gendongan ayahnya, Marc diam saja. Ia menjadi seorang bayi laki-laki yang manis dan baik. Namun ketika melihat Chimon yang belum sadarkan diri di tempat rawatnya, anak itu mulai memberontak. Kedua tangannya terus terulur, seperti ingin berpindah pada dekapan ibunya.
"Marc, jangan ribut, ya? Mama sedang tidur dan kau tidak boleh mengganggunya." Nanon berusaha menenangkan, tapi Marc masih melakukan hal yang sama."MMA! MMA!"
"Ssst, jagoannya papa tidak boleh―"
"MMAAAA!" Nanon menghela nafas panjang. Ia memilih mengalah, meletakkan tubuh si kecil di samping Chimon yang masih menutup mata. Marc mengangguk polos, padahal ia tidak tahu apa arti ucapan ayahnya. Tangan mungilnya bergerak untuk menyentuh kulit tangan ibunya yang halus, kemudian mendongak untuk melihat apakah ibunya terbangun atau tidak. Merasa tidak ada respon, tangan kecil Marc kembali bergerak. Kali ini diatas perut ibunya yang sudah terlihat membesar.
Nanon dan bahkan Chimon selalu memberitahunya bahwa di dalam perut besar itu ada seorang adik bayi, dan belakangan Marc mungkin tahu jika adik bayinya adalah seorang Jagoan sama sepertinya. Marc paham saat Chimon berkata, "Kau harus mengelus adik bayi seperti ini", kemudian menggerakkan tangan mungil Marc untuk mengelus lembut permukaan perutnya. Dan sekarang, itulah yang Marc lakukan. Mengelus perut ibunya dengan lembut seperti apa yang selalu dikatakan oleh Chimon. Melupakan siapa sebenarnya bayi bernama Marc itu, Nanon jelas merasa terharu. Sekarang, di akta terdaftar jika Marc adalah putranya, dan ia merasa bangga karena bayi kecilnya yang akan menginjak usia dua tahun itu sepintar ini. Dan Nanon merasa Marc benar-benar membawa sebuah keajaiban, karena beberapa detik setelah tangan mungil Marc menyentuh permukaan perut Chimon, istrinya itu membuka matanya dengan perlahan.
"Chi―"
Kemudian, Chimon tersenyum setelah mendengar suara lirih Nanon yang memanggilnya. Ia berbisik lirih, "...hai.".... Gun dan Phuwin memberikan waktu untuk Nanon berbicara dengan Chimon setelah dokter Tin datang untuk memeriksa.
Marc tertidur dengan lelap di pelukan Phuwin, dan ia juga di bawa keluar ruangan karena ini sudah lewat dari dua puluh menit waktu yang dokter Tin berikan.
"Kau menyelamatkanku―lagi." Chimon berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar. Ia juga tidak begitu terkejut saat Nanon memberikannya kecupan dalam di puncak kepalanya. Cukup lama, hingga dirinya memilih untuk menutup mata dan merasakan air mata Nanon jatuh menetes di pipinya.
"Non―"
"Terimakasih, Chi... Terimakasih karena sudah kuat dan tetap bersamaku." Nanon menyudahi kecupannya, membawa satu tangannya untuk mengusap pipi Chimon yang basah karena air matanya. Istrinya tersenyum cantik meskipun wajahnya masih pucat pasi.
"Dan kau, Jagoan..." Nanon beralih, berbicara di depan perut besar Chimon dan memberikannya sebuah ciuman lembut. "...terimakasih karena sudah kuat seperti ibumu, terimakasih karena sudah berjuang dan bertahan untuk tetap bersama kami.
"Tangan Chimon yang di tancapi jarum untuk mengalirkan cairan infus itu bergerak, mengusap rambut kecoklatan Nanon yang sekarang sedikit ikal.
"Terimakasih juga, papa, karena sudah menyelamatkan kami." Bisiknya.
Nanon tersenyum, kembali memberikan satu ciuman ringan di pelipis istrinya.
"Mulai detik ini, kau harus mendengarkanku. Kau tahu bukan tanpa alasan aku ingin Joss dan Gun selalu bersamamu. Aku tahu kau kuat, aku tahu kau dapat bertahan... tapi kita tidak pernah tahu sejahat apa orang diluar sana dan apa cara mereka untuk menjatuhkanku. Demi aku, demi MarC, demi jagoan kita di dalam perutmu... kau harus kembali ada di kursi roda sampai dia lahir."
Chimon tidak membantah kali ini. Ia tahu, Nanon melakukannya bukan tanpa alasan, dan itu adalah untuk keselamatannya dan juga si kecil di dalam perut.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything (Completed
RomanceSuatu hari, Nanon membawa seorang anak laki-laki berusia satu tahun ke rumah. "Namanya Marc." Begitu jelasnya. Dan kehadiran Marc, membuat keadaan Chimon semakin membaik. Mereka membesarkan Marc dengan baik. Sampai Cheese lahir dan semua menjadi se...