Bachira Meguru

551 43 10
                                    

"Kak (Name)!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak (Name)!"

(Name) mengembuskan napas usai dirinya mendengar seruan penuh semangat dari seorang bocah SMP bernama Bachira Meguru yang kini menghampirinya dengan antusias. Pemuda yang masih dalam masa pubertas itu mengulaskan senyuman lebar seraya melambaikan tangannya pada (Name), tetapi sang gadis hanya mengernyitkan dahi seolah sudah terbiasa dengan seruan Bachira.

Bocah laki-laki berambut hitam dan kuning itu melebarkan senyumnya. "Aku mau pulang bersamamu, Kak (Name)! Mama bilang, saat ini banyak penculikan. Jadi, aku ingin melindungi Kak (Name) dari penculik," ujar Bachira seraya menatap (Name).

"Aku sudah SMA. Kau yang harusnya berhati-hati karena masih anak-anak," balas (Name).

"Tapi, tugas laki-laki itu melindungi perempuan!"

(Name) mengernyitkan dahinya dengan kedua mata yang tertuju pada bocah di sampingnya. Perbandingan tinggi mereka cukup jauh, di mana (Name) lebih tinggi dari Bachira. Mungkin bocah SMP itu masih dalam masa pertumbuhan. (Name) yakin, Bachira akan tumbuh tinggi, bahkan melebihi tingginya sekarang. Entah bagaimana ia membayangkannya. Dan entah mengapa Bachira menyukai perempuan yang jauh lebih tua darinya? Rupanya bocah itu penyuka onee-san.

"Kak (Name), sebentar lagi aku juga akan jadi anak SMA dan satu sekolah denganmu," ucap Bachira antusias.

"Saat kau SMA, aku di tahun terakhir. Jadi, kita satu sekolah hanya setahun." (Name) berjalan dengan santai menuju arah rumah mereka yang kebetulan satu daerah. Itulah alasan mengapa Bachira─tanpa merasa keberatan─selalu menunggunya di dekat sekolahnya agar mereka bisa pulang bersama. Modus bocah itu patut diacungi jempol.

"Tidak apa, asalkan aku bisa bertemu Kak (Name) setiap harinya!" Bachira tersenyum lebar.

"Bukankah setiap hari kita bertemu?"

(Name) menggeleng kepalanya dengan heran. Bocah ini entah bagaimana bisa tidak merasa bosan karena setiap hari bertemu dengannya. (Name) saja terkadang bosan melihat dirinya sendiri, apalagi melihat orang lain. Namun, tidak apa-apa, setidaknya ia jadi mempunyai teman untuk mengobrol di perjalanan pulang.

"Bachi─"

"Meguru, Kak! Berhenti memanggilku Bachira karena kita, 'kan, sudah dekat!" pungkasnya dengan cepat, seolah tidak mengizinkan (Name) menyebutnya menggunakan nama keluarga sang pemuda. Akan tetapi, (Name) mengiyakan.

"Meguru, besar nanti kau mau menjadi apa?" tanya (Name).

Bachira mengulaskan senyuman lebar. "Aku ingin menjadi striker hebat yang kemampuannya diakui di seluruh dunia. Aku juga ingin menjadi suaminya Kak (Name)," balasnya dengan penuh percaya diri.

𝑨𝑲𝑺𝑨𝑹𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang