Itoshi Sae

1K 68 7
                                    

Menjadi seorang penyintas dari kejadian pelecehan seksual memanglah tidak mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjadi seorang penyintas dari kejadian pelecehan seksual memanglah tidak mudah. Apalagi kejadian itu sudah memasuki kategori rudapaksa dan ancaman pembunuhan. Seandainya sang penyintas tidak mempunyai mental yang kuat atau mungkin kurangnya dukungan dari orang-orang, kebanyakan dari mereka akan memilih jalan mudah. Ya, mengakhiri hidup dengan cara apa pun agar bisa melepaskan diri dari dalamnya luka yang datang.

Malu, rendah diri, takut dipandang negatif, dan lain-lain adalah akibat dari tindakan hina tersebut. Namun, apakah pelaku akan merasa bersalah setelah menghancurkan kehidupan seseorang? Tentu saja tidak. Kebanyakan dari pelaku akan membela diri dengan mengatakan bahwa pakaian adalah penyebab banyak perempuan dilecehkan. Kenapa demikian? Jelas, karena otak mereka sudah banyak dicemari oleh hal-hal kotor dan busuk.

Lantas, apakah sebuah dosa apabila seorang penyintas pelecehan seksual melanjutkan kehidupannya seperti biasa? Apakah mereka yang pernah mengalami rudapaksa bisa hidup dengan santai tanpa adanya ucapan tidak mengenakan dari orang-orang sekitarnya?

Dulu─ketika ia belum rela─ia benar-benar kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada dirinya sendiri. Ia takut orang-orang akan mengatainya dengan sebutan tidak pantas. Ia takut semua orang akan menganggap, ialah yang membuka kesempatan untuk seseorang melakukan tindakan tak senonoh tersebut. Namun, tahukah kalian, sekalipun dunia bisa begitu kejam, tetapi Tuhan memberinya arti dari kejadian pahit ini.

Karena pada akhirnya, ia menemukan apa arti dari sebuah luka yang dirinya terima. Sekalipun ketika meraihnya ia harus berduka, tetapi setidaknya, ia mendapat sebuah makna. Ia akan bercerita, jadi bisakah kalian mendengarkan cerita tua yang mungkin dapat menjadi dorongan untuk kalian agar tetap berusaha?

***

"Sae, tolong! (Name) menghilang dari kamarnya!"

Lanjam hijau lautnya membelalak seusai mendengar seruan panik dari nomor yang sedang dirinya hubungi sekarang. Tanpa membalas sepatah kata, kedua tumpuan awaknya bergerak tak menentu. Mencari-cari ke manakah sosok manusia yang lenyap di tengah malam ini dengan berbekal sebuah harapan.

Panik jelas menguasai jiwa maupun raga. Bahkan dirinya bisa saja hilang titik tumpu andaikata ia menyerah untuk mencari (Name). Namun, demi adiratna tersayang, 'kan ia lakukan apa pun. Karena ia, sangatlah menyayanginya melebihi luasnya semesta. Meski berlebihan, nyatanya ia tidak sedang berdusta maupun bercanda. (Name) adalah dunianya.

"Ada yang mau melompat!"

"Panggil polisi!"

"Turun dari sana, Nona!"

Sae mendapat cahaya. Namun, pudar seketika tatkala ia mendapati sosok nirmala terkasih tengah berdiri di pagar pembatas jembatan dengan ekspresi sayu. Tak berujar, ia lantas bertindak. Menghampiri, walaupun akhirnya harus terhenti karena sang puan mengancam diri untuk melompat ke bawah andaikata seseorang mendekati. Panik kian mengerubungi. Tiada daya ia melihat ini. Lelaki mana yang sanggup melihat perempuannya berencana mengakhiri nyawa?

𝑨𝑲𝑺𝑨𝑹𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang