Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenarnya, apa yang dilihat gadis-gadis itu dari jamet modelan Karbit─Karasu Tabito? Aku, sih, oke-oke aja kalau orang yang gadis-gadis itu lihat adalah Kak Sae dari kelas 12 MIPA 1 atau Mas Kenyu dari kelas 11 MIPA 2. Lah, mereka malah bersikap fanatik terhadap geng yang dipenuhi oleh Jamet Kuproy Terkualifikasi A+ sekaligus anggota BIBD; Badan-Intilijen-Bolos-Dunia. Namun, herannya Mas Kenyu malah join. Tapi, dia anak baik. Tidak mudah terpengaruh seperti Karbit yang mau-mau aja diajak bolos sama Bang Aiku.
"Cukurukuk!"
"Dua ribu dua puluh empat masih catcalling? Idih, enggak level," kataku sambil berjalan masuk menuju gerbang sekolah dengan muka bete.
"Halah, bohong! Kemarin aja aku liat kamu catcalling cewek-cewek di kantin sama geng kamu!" Aku menatapnya sinis.
"Sewot amat!"
Karbit ini nyebelin banget. Kalau debat sama dia, dijamin pusing kepala adalah efek sampingnya. Aku enggak mau repot-repot bicara sama dia. Jadi, aku masuk ke kelas. Tapi, Karbit itu malah mencegahku masuk. Dia bersidekap dada sambil masang komuk nahan berak.
"Awas! Aku mau masuk!" kataku jengkel.
"Manggilnya aku-kamu begini. Suka sama gue, ya? Masa lo enggak suka sama gue? Secara gue, 'kan, the most popular boy in this school. I mean, modelan kek lo gampang banget luluh sama omongan manis cowok," balasnya dengan songong.
Aku menendang kakinya. "Sok iye jadi orang. Mendingan sama Kak Sae atau Mas Kenyu yang baik. Kamu, mah, udah tukang bolos, suka maling mangga Pak Ego, ngintip cewek ganti baju, terus kepedean. Aku enggak level sama kamu. Kamu minggir, deh."
Tuh, 'kan. Karbit ini enggak mau kalah kalau debat sama aku. Beda lagi kalau dia ketemunya sama Kak Marisa. Iya, Kak Marisa. Dia kakak kelasku─seangkatan sama Karbit. Idih, apaan coba? Kalau sama Kak Marisa, Karbit ini suka malu-malu-tai-kuda. Aku yang liatnya aja eneg, apalagi orang lain. Apalah dia apalah.
Aku maju, tapi dia masih diem di sana. Aku pengen banget geplak kepalanya, terus rusak tatanan rambutnya yang mirip logo Honda itu. Aku menginjak kakinya; tidak mempan. Aku mendorongnya; apalagi ini. Aku berjalan ke samping; dia ikuti. Maunya apa, sih?
"Minggir!"
"Enggak mau!"
Aku melepaskan tas gendongku, lalu memukulkannya ke wajah Karbit. Dia mengaduh. Aku mengambil kesempatan ini untuk lari. Ah, shit. Dia mengejarku. Aku takut, gelagatnya mirip Kak Bagas Dribble. Karbit Dribble.
"Apaan, sih?!" Aku meraung jengkel.
"Minta nomornya boleh?"
***
Cowok itu kalau ada mau biasanya ngeluarin jurus buaya darat. Tapi, efeknya enggak mempan ke aku. Aku terlindungi oleh kumpulan husbu-husbu-ku dari jamet modelan Karbit. Kalau Karbit berani macam-macam, aku akan memasang photo profile Mikey agar dia ketar-ketir dan bilang "Lari, ada PP Mikey". Namun, trik ini kurang ampuh buat dia. Aku bingung.