Hiori Yo

449 31 12
                                    

"Aku akan melakukan apa saja!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan melakukan apa saja!"

"Kau yakin? Dengan kondisi tubuhmu sekarang, sepertinya kau akan mudah lelah, (Surname)."

"Aku pasti baik-baik saja, Paman!"

"Yah, mau bagaimana lagi? Kau sedang membutuhkan uang."

Senyum lebar dengan perlahan terulas di labium (Name) tatkala dirinya membungkuk di hadapan seorang pria yang baru saja memberinya pekerjaan. (Name) mengucapkan terima kasih berulang kali sebagai bentuk bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang. Kemudian, (Name) pergi dari kedai makan sederhana itu karena pekerjaannya dimulai besok.

Adalah (Fullname), seorang perempuan yang usianya baru saja merangkak menuju kepala dua. Kehidupan (Name) tidak lebih dari sekadar kehidupan gagal, katanya. Benar, ia representasi seonggok daging diberi nyawa yang telah gagal menjadi manusia. Dihina pun, dirinya takkan marah. Sebab, dirinya memang hina. Itulah yang dikatakan oleh kekasihnya─mantan kekasih─pada hari di mana semua kisah mereka ditelantarkan bagai barang tak berguna.

Hidupnya terasa berat, apalagi setelah bajingan itu meninggalkan dirinya. Jangankan mantan kekasihnya, ayah dan ibunya juga tak segan meninggalkannya setelah mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung seorang anak di perutnya. Inilah penyebab mengapa orang-orang mulai menjauh; memberinya sebuah diskriminasi tak langsung hanya karena dirinya sedang hamil. Apakah salah karena dirinya ingin melahirkan anaknya daripada menggugurkannya?

Tidak ada yang salah. Satu-satunya yang salah adalah menuaikan perbuatan berdosanya di masa lampau pada calon anaknya kelak dengan menghilangkan kehidupan darah dagingnya. (Name) tidak berani untuk melakukannya─bahkan takkan memberanikan diri.

(Name) membuka pintu apartemennya setelah ia sampai di gedung bertingkat ini. Menyalakan lampu, ia lantas terduduk di sofa tanpa tahu bagaimana cara melalui semua ini. Berpikir membuat dirinya bingung. Apakah dirinya pantas mendapatkan perilaku seperti ini?

(Name) mengelus perutnya, kemudian tersenyum. "Semua akan baik-baik saja," lirihnya.

"Aku hamil anakmu."

Mendengus tak setuju, pemuda jangkung ini mendelik. "Hah, apa maksudmu? Hamil apanya? Kau bercanda, (Name)?" balasnya dengan oktaf meninggi; membentak perempuan rapuh yang kini bergeming tanpa mengatakan sesuatu. Air mata (Name) terjatuh pelan, isaknya terdengar, tangannya bergerak tidak tenang, dan mungkin dirinya akan pingsan. Namun, ia yang melihat, berdiam diri bagaikan tidak peduliwalau memang dirinya tidak peduli.

"Aku tidak bercanda. Aku sedang mengandung anakmu," ujar (Name) seraya menatap insan terkasih yang dielu-elukannya.

"Gugurkan saja. Mudah, 'kan?"

Iris (Name) menatap lurus pada sang taruna. "Kau sinting atau bodoh? Bagaimana bisa kau mengatakan kalimat sialan itu pada calon anakmu? Dasar bajingan!" (Name) mengepalkan kedua tangannya; tidak mengerti bagaimana jalan pikir orang sinting.

𝑨𝑲𝑺𝑨𝑹𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang