Chapter VIII

1.9K 250 54
                                    

Keduanya kembali duduk berdampingan, kali ini di kursi meja makan yang ada di dekat dapur. Doyoung sesekali meringis saat sikunya tidak sengaja menyenggol Junghwan yang ada di sebelah.

"Geseran sih." Protes Doyoung ketus, ia bahkan dengan mudahnya melupakan sesi ciuman singkat bersama Junghwan tadi karena tahu kalau sakit yang dirinya rasakan tidak akan hilang dalam beberapa hari.

"Maaf." Balas Junghwan singkat sebelum menggeser posisi.

Doyoung berdecak kesal lalu kembali melanjutkan agenda makan malam yang tidak nikmat, padahal masakan Junghwan terhitung lezat tapi karena hatinya yang terus dongkol, semua hal baik yang Dokternya lakukan seakan percuma.

"Habisin makannya." Ucap Junghwan setelah melihat Doyoung yang berhenti mengunyah namun menyisakan banyak makanan di atas piring.

"Kenyang." Jawabnya singkat sebelum bersandar ke bagian belakang kursi yang ia duduki. "Dokter cepetan dong makannya." Titah Doyoung kemudian.

"Mau ngapain emang?" Tanya Junghwan heran.

"Gendong, aku mau ke kamar."

Junghwan mengunyah suapan terakhir yang ada di atas piring dan kembali menggeser kursi agar lebih dekat dengan Doyoung, tangannya meraih piring yang ada di depan pasiennya. "Habisin dulu makannya."

"Gak mau." Protes Doyoung.

"Saya suapin."

Entah sudah berapa kali Junghwan membuat Doyoung salah tingkah malam ini, semua perlakuan terhadapnya seakan berubah seratus delapan puluh derajat sejak siang tadi.

"Gak mau ih."

"Kenapa? Makanannya gak enak?"

"Aku kenyang."

"Ini makanan pertama kamu dari tadi pagi, dan kemarin-kemarin juga saya tau kamu gak pernah habisin makanan yang saya beli, tapi sekarang gak boleh, kamu lagi gak enak badan jadi harus makan banyak supaya dapet energi."

Netra Doyoung memandang malas Junghwan yang terus mengomel di sampingnya, lebih dari sepuluh tahun sejak Ibunya tiada, apa Junghwan sedang kerasukan arwah yang masih ada di rumah tua ini?

"Gak mau."

"Makan, atau saya cium lagi nanti."

Kalimat Junghwan membuat Doyoung refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan, "Ih, pelecehan." Racaunya tanpa sadar.

"Sembarangan, harusnya saya yang ngomong gitu."

"Aku gak pernah nyium dokter duluan?" Protes Doyoung tidak terima.

"But you're the one who asked me to live with you, cuma berdua di rumah yang jauh dari keramaian ini."

"Tapi kamu setuju, aku gak maksa."

"Perlu saya ingetin soal hari pertama saya dateng ke sini, atau nggak?"

Doyoung lagi-lagi berdecak, sepertinya kemampuan untuk menjawab semua ucapan Junghwan menguap begitu saja setelah dokter itu menciumnya tanpa aba-aba.

"Buka mulutnya."

Kali ini Doyoung menurut, membuat Junghwan tersenyum puas dan mulai menyuapinya pelan-pelan. "Kamu harus makan banyak." Ucapnya lagi.

"Bawel, you act like you're my parents." Omel Doyoung di sela kunyahan.

"You can call me daddy if you want, since you're my baby."

Habis sudah kesabaran Doyoung, dengan kuat ia memukul lengan Junghwan berkali-kali, "Stop. Talking. Shit." Protesnya.

"Kamu yang mulai? Tinggal sama kamu beberapa hari bikin saya bisa mengimbangi."

Moonlight [Hwanbby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang