Di tengah aula universitas, Junghwan sesekali tertawa mendengar tanggapan yang kerap diisi candaan oleh para mahasiswa yang menjadi pendengar seminarnya hari ini.
Sebagai Dokter spesialis jiwa, dirinya memang rutin mengisi seminar di kampus tempat kuliahnya dulu, sedikit memberi kontribusi atas apa yang sudah ia dapatkan selama bertahun-tahun menimba ilmu.
"Salah satu tanda yang sangat terlihat jelas saat seseorang sedang berbohong adalah cara bicaranya yang terbata-bata, mereka mendadak sulit bicara karena meningkatnya level stres di dalam tubuh." Ucap Junghwan ke hadapan pendengar dengan pengeras suara yang ada di tangan, banyak orang yang menganggap bahwa Junghwan sebagai dokter paling tampan yang pernah mereka temui.
Tidak heran aula yang biasa sepi kini dipenuhi oleh mahasiswa dari berbagai fakultas.
"Sistem saraf juga ikut memerintahkan penurunan produksi saliva. Yang mengakibatkan membran mukus mulut menjadi kering."
Sebelah tangannya bergerak ke arah layar yang menampakkan ilustrasi anatomi yang ia maksud.
"Mereka juga akan menghindari kontak mata, ekspresi yang nampak tidak yakin dengan apa yang mereka ucapkan." Lanjutnya lagi, sisi bibirnya terangkat saat menyadari bahwa semua orang yang ada di hadapan kini terdiam dan seakan menunggu kalimat selanjutnya yang akan Junghwan ucapkan.
"So basically, it's not that hard to know whether someone is lying to you or not. Especially when you're close enough to them." Final Junghwan sebelum kembali duduk di kursi yang ada di tengah panggung, ia lalu memberi isyarat kepada pembawa acara untuk mengadakan sesi tanya jawab.
Sesi kesukaan Junghwan karena kadang, pertanyaan mahasiswa terdengar konyol di telinga.
Setelah beberapa pertanyaan dilontarkan dan berhasil Junghwan jawab, seminar singkat pun selesai. Banyak pendengar yang berlari ke arah Junghwan untuk sekadar berjabat tangan atau bertanya soal sosial media pribadinya, Junghwan yang memang dasarnya menyukai ketenaran itu dengan senang hati menjawab pertanyaan mereka.
Aula hampir kosong dan Junghwan sudah siap untuk keluar dari sana, namun netranya menemukan satu sosok tidak asing yang sedang duduk dan menatapnya dari ujung ruangan.
"Kim Doyoung?"
"Good afternoon, Doctor So." Ucap pemuda itu sembari berjalan ke arahnya, pakaian yang Doyoung gunakan membuat Junghwan hampir salah fokus.
Atasan penuh renda berbahan rajut tembus pandang, memperlihatkan sebagian besar kulit putih pucat yang tidak tertutup apapun, Kim Doyoung lebih cocok disebut selebriti daripada atlet yang sedang cuti.
"What the hell are you doing here?" Tanya Junghwan, berusaha memberi jarak agar Doyoung tidak menunjukkan sikap kurang ajar.
"Picking up my personal psychiatrist?" Jawab laki-laki manis itu sambil melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung bulatnya.
"Saya belum setuju soal tawaran kamu."
Doyoung berdiri tepat di hadapan Junghwan lalu meletakkan kacamata ke dalam tas tangan yang ia bawa. "Tapi barang-barang kamu udah ada di rumahku, haruskah aku keluarin sekarang dan lempar mereka ke hutan yang ada di belakang?" Jawabnya lagi dengan nada menyebalkan.
Yoon Jaehyuk adalah sepupu sekaligus asisten paling tidak berguna yang pernah Junghwan kenal.
"Kamu tau darimana saya ada di sini?"
Sekuat tenaga Doyoung menahan emosi, Junghwan terlalu banyak bertanya, rasanya ia ingin menyeret laki-laki itu ke tempat parkir sekarang juga.
Tapi Doyoung masih belum mau dikenal sebagai penculik dokter tampan kebanggaan Universitas Seoul. Maka ia memilih untuk melempar senyum, senyum paling manis sekaligus menyebalkan yang ia punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight [Hwanbby]✔️
Fiksi PenggemarWherein Athlete!Doyoung met Psychiatrist!Junghwan, Will they find the way? Or even make it worse by living together under the same roof? Moonlight ; Clair De Lune.