"Jadi, sejak kapan kamu cuma bisa tidur di kolong ranjang?"
Memalukan, padahal Doyoung sudah berusaha mati-matian menyembunyikan fakta itu dari Junghwan.
Bukannya membawa Doyoung untuk beristirahat di ruang tengah seperti biasa, Junghwan justru menyeret pasiennya ke ruang kerja, menulis rentetan kejadian yang baru saja ia lihat di atas kertas berisi rekam medis yang Doyoung yakini pasti makin panjang daftarnya.
"Sejak tinggal sendirian." Jawab Doyoung singkat.
"Kenapa kamu gak bilang di sesi pengobatan kita dulu?"
"Ya karena gak penting? Emangnya ngaruh?"
Junghwan menghela napas, ia merapikan kacamata yang bertengger di hidungnya sebelum mengambil tempat di sebelah Doyoung.
"Kenapa kamu cuma bisa tidur di sana?" Tanya Junghwan lagi.
"Kalau di atas kasur, tidurku gak nyenyak."
"Alasannya?"
Doyoung memejamkan mata sejenak, menarik napas berat lalu menjawab pertanyaan Junghwan. "Karena dulu kakakku sering..."
Ada jeda sesaat sebelum Doyoung melanjutkan kalimat, sementara Junghwan terus menunggu sambil berharap kalau tebakannya salah.
"Dulu kakakku sering pegang-pegang aku." Jawab Doyoung, ia langsung memalingkan wajah, menghindari tatapan Junghwan.
Junghwan mengangguk samar walau ada sesuatu yang mengganjal saat mendengar fakta baru dari pasiennya, mencatat inti dari yang ia ucap lalu berjalan ke arah meja kerja, meninggalkan pasiennya yang dongkol sendirian.
Beberapa saat kemudian Junghwan kembali mendekat, duduk di samping Doyoung dan tangannya bergerak untuk menyentuh kening yang lebih muda, Doyoung terus demam akhir-akhir ini, membuat Junghwan terpaksa menunda sesi terapi.
"Kamu makan dulu, habis itu minum obat terus istirahat lagi, besok pagi kita coba terapi di kolam renang." Ucapnya, ia bersyukur dalam hati karena malam ini suhu tubuh Doyoung tidak setinggi tadi pagi.
"It's too much, Doyoung. Saya bisa bawa kamu ke rumah sakit kalau kondisi kamu terus separah ini dan gak ada kemajuan sama sekali."
"Ya itu karena dokter yang malah sibuk sama hal lain, bukan fokus buat ngobatin aku." Protes Doyoung.
"Kamu nyembunyiin terlalu banyak hal dari saya, gimana bisa saya tau apa masalah kamu sebenernya kalau kamu gak cerita?"
"Soal ini gak penting, aku cuma mau bisa berenang secepatnya."
Junghwan tertawa miris, "Saya psikiater kamu, harusnya kamu ceritain semua hal ke saya supaya saya bisa cari solusinya. Kalau kamu aja gak jujur ke saya, terus kamu bisanya jujur ke siapa?"
Doyoung kembali memalingkan wajah, enggan menatap Junghwan yang baru saja menyerangnya dengan fakta.
"Selain tekad dan usaha keras, kejujuran kamu juga jadi kunci supaya semua masalah bisa teratasi. I won't judge you, Doyoung. Meski kamu cerita soal masa lalu paling kelam yang kamu alami, itu gak akan ubah cara pandang saya ke kamu."
Sebelah tangan Junghwan lagi-lagi bergerak, kali ini meraih milik Doyoung untuk ia bawa ke dalam genggaman, "All you have to do is believe in me, saya bakal sembuhin semua sakit kamu, saya janji gak akan pergi kemanapun sebelum kamu sembuh dan bisa berenang lagi."
Senyum tipis terukir di wajahnya saat Doyoung ikut membalas pegangan, tangan Doyoung sangat kecil dan terlihat pas di genggaman Junghwan.
"Okay, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight [Hwanbby]✔️
FanficWherein Athlete!Doyoung met Psychiatrist!Junghwan, Will they find the way? Or even make it worse by living together under the same roof? Moonlight ; Clair De Lune.