"Ternyata lelaki yang digosipkan itu kau—Shikamaru."
Shikamaru berdehem, tiba-tiba tenggorokannya terasa begitu kaku. Kepalanya menunduk, sedang kedua tangannya bersembunyi di balik punggungnya. Pemuda berambut nanas tak berani menatap atasannya secara langsung.
Setelah Sakura menggemparkan ruangan hokage dengan bekas kecupan di lehernya, gadis itu melenggang pergi tanpa penjelasan. Tak lama, Sasuke juga ikut pamit. Dia tidak menunjukkan ekspresi apapun dan terkesan tidak peduli.
Dan karna itu kini Shikamaru terpaksa berhadapan dengan Kakashi seorang diri."Ak—aku tidak tahu tentang gosip yang kau bicarakan—" ujar Shikamaru. Ia mengelus tengkuknya yang berkeringat berulang kali.
Kakashi menyandarkan dagu di atas katupan tangannya. "Penduduk Suna melihat Sakura berkeliaran pagi-pagi sekali dengan tampilan yang cukup berantakan. Dan kupikir orang-orang itu melihat bekas ekhmm—"
Shikamaru meneguk ludah. Entah mengapa ia merasa malu mendengar kata-kata yang sengaja disamarkan Kakashi.
"Mereka berpikir itu Gara. Karena malam sebelumnya mereka tampak serasi di pesta dansa." Kakashi menghela napas, menyandarkan tubuh di kursinya. "Kenapa kau tidak menolak misi khusus yang kuberikan padamu? Kau membuatku merasa jadi pria jahat—"
"Rokudaime-sama, ini tidak seperti yang kau bayangkan, percayalah." Potong Shikamaru. "Kami tidak memiliki hubungan apapun, dan kejadian malam itu adalah kesalahan." Jelasnya lagi. "Aku tidak bisa menjelaskan detailnya padamu, tapi percayalah, aku benar-benar tidak memiliki niatan seperti itu."
Kakashi kembali menghela napas. Ditatapnya pemuda berambut nanas yang merupakan asisten kepercayaannya lekat-lekat. "Tentu aku mempercayaimu—untuk saat ini." Ucapnya, membuat Shikamaru mendongak. "Aku tidak tahu apa yang Sakura pikirkan sampai berani membahas hal itu secara terang-terangan di hadapan Sasuke, tapi kupikir dia pasti punya alasan."
Shikamaru mengangguk pelan.
Ya, gadis itu pasti punya alasan tersendiri. Dia tidak mungkin mengungkit hal itu tiba-tiba.
"Aku tidak tahu bagaimana keadaan di Suna setelah gosip tidak benar itu menyebar." Tutur Kakashi serius. "Yang bisa kulakukan untuk membantu hanyalah mengirimkan surat permintaan maaf langsung kepada Gara. Sisanya—kuserahkan padamu."
"Terimakasih, Rokudaime-sama. Aku akan mengurus masalah ini sendiri."
"Kau bisa kembali lebih cepat hari ini. Aku yakin ada banyak hal yang harus kau luruskan—" Kakashi menatap Shikamaru dengan raut wajah menyebalkan yang membuat pemuda itu mendengus sebal melihatnya.
"Kalau begitu, aku permisi."
Begitu keluar dari ruangan Kakashi, Shikamaru segera masuk ke ruang kerjanya. Pemuda itu menjatuhkan diri di atas sofa. Ia mengeluh pelan, sembari menutup wajah dengan lengan.
Aku bahkan tidak tahu bahwa itu berbekas di lehernya. Hah, sial.
**
Suasana terasa begitu canggung ketika Shikamaru memasuki apartemen Sakura. Dari sekian banyak tempat yang ada di desa, gadis itu memilih rumahnya sebagai tempat pertemuan.
"Kau tidak keberatan kita bicara disini, kan?" Sakura berbalik, menatap Shikamaru yang masih dalam upaya melepas sepatunya di depan lorong masuk.
"Eh—ah, tentu saja." Gumamnya tak jelas.
Shikamaru mengikuti gadis bersurai merah muda dari belakang setelah bermasil menanggalkan sepatunya. Leher gadis itu masih dibalut scraf, dan pemandangan itu membuat Shikamaru meneguk ludah, malu.
![](https://img.wattpad.com/cover/344108580-288-k656106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Call This Love?
Hayran Kurgu"Perempuan sangat merepotkan" Itulah yang selalu dikatakan Shikamaru. Ia tak memiliki niat bahkan pemikiran untuk menjalin hubungan dengan seseorang, meski jelas-jelas ada gadis yang amat menyukainya. Sampai suatu hari, Shikamaru harus terjebak di...