A Mission

1.7K 148 16
                                    

Sudah bukan hal yang baru lagi bagi Shikamaru untuk menyaksikan perdebatan antara Naruto dan Sakura di ruangan hokage. Seperti siang ini, keduanya kembali beradu mulut di depan sang Rokudaime, memperdebatkan mengenai pertemuan yang akan di adakan Negara Angin, pekan depan.

​"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku hanya untuk menemanimu menghadiri pesta konyol itu!" Sakura berujar tegas. "Kau dan Shikamaru cukup untuk mewakili Konoha, aku tidak memiliki urgensi apapun untuk terlibat disana."

​Shikamaru mengangguk pelan, setuju dengan ucapan gadis itu.

​Rokudaime-sama tidak dapat menghadiri pertemuan para petinggi negara yang akan di adakan pekan depan, karna beberapa alasan. Jadi pria bersurai silver itu memberikan delegasi pada Shikamaru untuk menjadi perwakilan Konoha, dan juga menugaskan Naruto untuk mendampinginya.

​Tentu undangan pertemuan itu tidak hanya sekedar undangan rapat untuk membahas berbagai permasalahan yang terjadi pasca perang dunia shinobi. Di dalam undangan juga tertulis bahwa akan ada pesta, di malam setelah diadakannya rapat. Tentu itu akan menjadi pesta besar pertama yang diadakan setelah perang. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab perdebatan yang terjadi antara Naruto dan Sakura.

​"Tapi Sakura-chan, aku tidak mungkin datang ke pesta itu bergandengan tangan dengan Shikamaru, kan? Itu akan sangat memalukan, ttebayo!" Naruto mulai merengek lagi. "Ayolah, kumohon Sakura-chan, kita hanya akan pergi beberapa hari saja, tidak akan lama. Kau mau ya, ya?"

​"Tidak."

​Satu kalimat itu cukup untuk membuat Naruto terdiam, merasa kalah. Shikamaru sudah mengamati mereka dari setengah jam yang lalu, dan gadis bersurai merah muda itu sama sekali tak bergeming saat menerima berbagai macam alasan dan rayuan konyol yang diucapkan Naruto. Benar-benar gadis yang keras kepala.

​"Sepertinya sudah jelas, Naruto." Kakashi akhirnya bersuara. Pria itu sedari tadi hanya menonton saja, tanpa berniat untuk menengahi. Sepertinya dia bermaksud untuk menunda pekerjaan, selagi menunggu perdebatan kedua muridnya mereda.

Memikirkan hal itu membuat Shikamaru merasa jengkel.

​Hah, sepertinya hari ini ia harus lembur lagi.

​"Tapi sensei—" Naruto langsung menghadap ke depan meja kerja Kakashi. "Tak bisakah kau membujuknya untuk pergi, Sensei?"

​Kakashi terkekeh pelan melihat raut wajah memelas Naruto. "Kau harus mendengar dari Shikamaru bagaimana perkataanku sangat tidak mempan untuk membujuknya, Naruto."

​Naruto langsung menoleh ke samping.

​Shikamaru mengedikkan bahu. Tak perlu diceritakan, sepertinya pria bersurai pirang itu juga akan mengerti.

​Sakura memang terkenal dengan sikap tegas dan disiplin dalam hal pekerjaan. Dia sama sekali tak memberikan toleransi sedikitpun, bahkan pada hokage sekalipun. Tak jarang gadis itu datang ke ruangan hokage dengan raut wajah yang sangat menyeramkan, mengomeli keputusan atau sikap sang Rokudaime yang tak jarang terkesan ceroboh dan tidak tegas.

​Berkat itu, Shikamaru merasa sedikit terbantu. Ia tak perlu repot-repot menegur atasannya untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Saat Sakura datang berkunjung, gadis itu akan mewakili dirinya untuk mengomel.

​"Kurasa tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, Rokudaime-sama."

​"Sakura, sudah ku katakan jangan memanggilku begi—"

​"Aku permisi." Tanpa mendengar ucapan mantan gurunya sampai selesai, Sakura pamit meninggalkan ruangan.

​"Dia sungguh keras kepala." Naruto bergumam sebal sambil mendekap kedua tangan di depan dada dengan erat. "Hah, padahal aku dan Sakura pasti akan jadi pasangan paling luar biasa di pesta itu, sayang sekali."

Can We Call This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang