Kakashi sudah mengirimkan surat permintaan maaf kepada pemimpin desa Suna atas gosip yang menyebar belakangan ini—tentang hubungan antara Garaa dan Sakura. Surat balasan juga sudah di terima oleh pihak Konoha.
"Beruntung Kazekage tidak mempermasalahkan soal gosip panas itu." Celutuk Kakashi saat Shikamaru menyusun tumpukan gulungan di meja kerjanya. Pria bermasker itu mendesah. "Padahal akan sangat bagus jika gosip itu benar. Kau bisa membayangkan keuntungan sebesar apa yang akan di peroleh Konoha dari penyatuan mereka berdua, kan?"
Shikamaru memutar bola mata tidak peduli. "Maafkan aku karena sudah merusak rencana besarmu, Rokudaime-sama." Sarkasnya. Pemuda berambut nanas menatap atasannya dengan wajah masam. "Ku dengar semalam acara reuni timmu gagal—"
"Ah, itu—" Kakashi menjatuhkan punggung di sandaran kursi kerjanya. "Kau mendengarkan dengan baik saat Sasuke kemarin memberi laporan, bukan?"
Shikamaru mengangguk malas.
"Sasuke mendapat informasi semalam—" raut wajah Kakashi berubah serius. "Sepertinya dalam waktu dekat akan terjadi penyerangan dengan skala yang cukup besar."
"Apa?" Shikamaru terkejut. Kemarin Sasuke memang sudah memberitahukan kemungkinan itu, tapi ia tidak menduga bahwa hal itu akan terjadi lebih cepat. "Apa tujuan mereka?"
Kakashi menghela napas, terlihat resah. "Karna itu semalam Sasuke langsung berangkat untuk mencari tahu—"
Padahal dia baru saja kembali ke desa. Sayang sekali.
"Aku ingin kau memanggil shinobi yang sedang di tugaskan keluar desa untuk kembali. Kita harus mulai bersiap dengan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dan juga—"
Kening Shikamaru berkerut saat melihat Kakashi yang tiba-tiba saja berdehem dan menatapnya dengan raut wajah menyebalkan.
"Karena saat ini tenaga medis sangat minim, aku berencana untuk melatih shinobi-shinobi yang memiliki bakat di bidang itu. Bisakah kau menemui Sakura dan memberitahukan pesanku ini padanya—" pria tua itu mengedip, berhasil membuat Shikamaru mendengus jengkel. "Kau sudah meluruskan kesalahpahaman itu kan?"
Meluruskan apanya.
"Aku akan menyampaikannya." Jawab Shikamaru datar, tidak memperdulikan godaan yang dilontarkan Kakashi.
Sebelum Shikamaru keluar dan menutup pintu, Kakashi kembali menyorakinya.
"Kuharap kau bisa fokus pada pekerjaanmu dulu sekarang. Jangan—"
Menyebalkan.
Shikamaru menutup pintu dengan cukup keras. Ia tidak lagi mendengar celutukan Kakashi.
"Hah—" begitu menyadari hal yang harus dilakukannya sekarang, Shikamaru memijit pelipisnya. "Bagaimana aku akan menghadapi gadis itu setelah kejadian semalam." Keluhnya.
Sambil berjalan Shikamaru terus berpikir. Kedua tangannya bermain-main di dalam saku celana, terlihat gelisah. Kejadian semalam antara dirinya dan Sakura benar-benar membuat pemuda itu sakit kepala. Ia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Tidak pernah sekalipun selama hidupnya Shikamaru pernah terpengaruh oleh perempuan mana pun. Hatinya terlalu batu untuk memiliki perasaan-perasaan semacam itu.
Tapi bagaimana bisa dalam semalam hal itu berubah. Bagaimana bisa seorang Shikamaru bisa dirobohkan oleh hawa nafsunya sendiri? Sejak kapan ia bisa melihat perempuan dengan pikiran seperti itu? Dan—kenapa harus Sakura?
Shikamaru mengerang, membayangkan perbuatan bodoh yang telah dilakukannya.
Aku harus memperbaiki keadaan ini. Sangat tidak nyaman memiliki skandal dengan seseorang yang sering aku temui di tempat kerja. Merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We Call This Love?
Fanfiction"Perempuan sangat merepotkan" Itulah yang selalu dikatakan Shikamaru. Ia tak memiliki niat bahkan pemikiran untuk menjalin hubungan dengan seseorang, meski jelas-jelas ada gadis yang amat menyukainya. Sampai suatu hari, Shikamaru harus terjebak di...