Accident

1.1K 150 15
                                        

Rasanya baru beberapa menit yang lalu Shikamaru terlelap di kamarnya, tapi tiba-tiba kini ia sudah terbangun lagi.

​Pemuda berambut nanas bangkit, duduk di tepi ranjang. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul, tapi ia sangat yakin bahwa ada suara aneh yang membuat dirinya terpaksa harus bangun dari tidurnya.

​"Kupikir tadi aku mendengar suara—"

​Baru saja dibicarakan, kini suara itu terdengar semakin keras.

​Shikamaru turun dari ranjang, berjalan ke arah pintu. Suara itu sepertinya berasal dari luar. Dan benar, begitu membuka pintu kamar, ia melihat Sakura sedang duduk dan menelungkupkan wajahnya di meja bar mini di samping dapur.

​"Kau baik-baik saja?"

​Shikamaru mendekati gadis bersurai merah muda yang tidak menjawab, dan berhenti di samping tempat duduknya. Ia bisa mencium bau sake yang kuat dari tubuh gadis itu.

​"Hah, kenapa kau minum selarut ini—" keluh Shikamaru, berusaha membangunkan Sakura yang sepertinya tertidur, dalam posisi menyandarkan kepala di meja bar. "Hei, sebaiknya kau pindah ke kamarmu sekarang."

​"Nnng—"

​"Ayo pindah tidur ke ranjangmu."

​Sakura tak menjawab. Sepertinya dia benar-benar mabuk—melihat dari botol-botol sake kosong yang ada di atas meja, disampingnya.

​"Hah, benar-benar merepotkan."

​Shikamaru mau tak mau terpaksa mendekati gadis itu untuk menopangnya masuk ke kamar. Tapi begitu Sakura membalikkan wajah ke arahnya, ia bergeming.

​Wajah Sakura memerah. Ada bekas bulir-bulir air mata yang jatuh mengalir di pipinya yang mulus, sementara helaian rambut merah muda gadis itu terlihat berantakan dan menutupi sebagian wajahnya. Dan saat itu Shikamaru tersadar, Sakura tidak mengikat rambut, seperti yang biasa dilakukannya.

​"Hah—" pemuda itu menghela napas, memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut tanpa sebab.

​"Sa—suke—"

​Shikamaru menoleh mendengar gumaman tak jelas yang keluar dari bibir perempuan yang sedang tertidur di hadapannya itu.

​"Saat sedang mabuk pun kau masih mengingatnya—" lirihnya, menyandarkan punggung di meja bar, disamping kursi Sakura. Diperhatikannya wajah gadis itu lamat-lamat.

​Padahal Shikamaru mengira Sakura sudah lebih dulu terlelap di kamarnya. Ia sama sekali tak menyangka ternyata gadis ini akan keluar dan menikmati sake seorang diri di jam selarut ini.

​Sepertinya ada seseorang yang membuatmu tak bisa tidur, ya.

​Setelah mengumpulkan niat, akhirnya shikamaru membopong Sakura untuk masuk ke kamar. Awalnya ia hendak menuntun gadis itu berjalan seperti biasa, dengan memegangi lengan atau meletakkan tangan gadis itu di bahunya. Tapi kenyataannya hal itu sama sekali tak bisa dilakukan. Sakura benar-benar mabuk dan menolak segala sentuhan yang berusaha Shikamaru layangkan padanya.

​"Segelas lagi—aku ingin minum segelas lagi—" Sakura kembali mencondongkan tubuh ke meja bar, berusaha meraih botol sake. Shikamaru segera menahannya, tapi gadis itu memberontak. "Biarkan aku—biarkan—" perlahan suaranya menghilang. Dia juga berhenti untuk meraih botol sake.

​Shikamaru memanfaatkan kesempatan itu untuk mengunci kedua lengan Sakura. Tapi begitu ia dapat menyentuhnya, tiba-tiba tubuh gadis itu berguncang. Dia terisak. Isakan yang sama seperti yang di dengar Shikamaru di gua waktu itu.

​Perlahan Shikamaru melepaskan pegangannya pada lengan gadis itu. Sakura menelungkupkan wajah kembali di meja bar, dengan kedua tangan berusaha menutupi sisi kepalanya.

Can We Call This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang