Tetap up walaupun ga ada yang nungguin😮💨
Author POV
"Run, Cher, bolos yuk!"
Keadaan hening yang terjadi di antara tiga gadis yang tengah duduk dengan pikiran masing-masing itu seketika buyar dan menoleh pada Sheilla.
Ajakan sesat Sheilla barusan membuat kedua temannya saling pandang sebelum kembali menatap sang empu.
"Ayo, ayo, gue juga males banget ikut pelajaran ibu Tuti yang bikin pusing itu!" sahut Cheryl antusias.
Jitakan di kepal gadis itu membuat Cheryl meringis.
"Sejak kapan lo mulai ikutin jejak sesat, Sheilla?" tanya Aruna datar.
Gadis itu berucap enteng seolah dirinya tak pernah melakukan kesesatan seperti Sheilla. Benar-benar tidak sadar diri, ck.
"Gue bosen loh, Run. Gue juga mau ikut kalian bolos." Cheryl menatap Aruna memelas.
"Tau tuh, sok-sokan ngatain gue sesat, padahal dirinya sama aja," cibir Sheilla.
Menghela nafas, Aruna mendegus pelan. Ia tak dapat mengelak karena cibiran Sheilla barusan benar adanya.
"Ayolah, Run. Mumpung guru belom masuk," rayu Cheryl memeluk lengan Aruna.
Ntah kerasukan jin apa gadis itu sehingga sangat nekad membujuk Aruna. Biasanya dialah yang sering menegur kedua temannya agar tidak bolos. Namun, lihatlah sekarang, gadis itu justru mengajak Sheilla dan Aruna membolos.
"Ck, yaudah, ayo," putus Aruna akhirnya.
"Yes!"
Bisa saja Sheilla pergi sendiri, Namun jika ia hanya bolos sendiri, pastinya itu akan membosankan. Mengajak Aruna dan Cheryl adalah pilihan terbaik. Tidak ada akhlak memang.
Ketiga gadis itu segera menggendong tas masing-masing. Lalu mulai mengendap-endap menuju halaman belakang sekolah. Karena hanya di situ jalan yang paling aman untuk membolos. Kan tidak mungkin jika mereka ingin membolos lewat gerbang utama.
Melirik kiri-kanan yang nampak sepi, ketiga gadis itu menghembuskan nafas lega saat sudah tiba di dekat tembok belakang sekolah tanpa ketahuan.
"Naik punggung gue Cher," pinta Sheilla. Gadis itu bahkan sudah berjongkok bersiap membantu Cheryl memanjat tembok.
Dengan ragu-ragu gadis berbando polkadot itu memegang bahu Sheilla. Sekarang ia mendapat ragu atas ucapannya sendiri.
"Gue takut, Shei," aku gadis itu melirik punggung Sheilla ragu.
"Cih, sok-sokan mau ngajak bolos, giliran di suruh manjat tembok ga berani," cibir Aruna datar. Gadis berambut sebahu itu melipat kedua tangannya di depan dada sembari memperhatikan kedua temannya. Tak ada niat untuk membantu Cheryl melewati tembok yang setinggi 2 meter itu.
"Gue takut jatoh, Runa." Cheryl mendelik kesal. Tak terima dirinya di remehkan. Cheryl itu bukan ga berani, tapi cuma takut jatuh saja..... Tapikan sama saja.
"Cepatan, Cher sebelum kita ketahuan nih," Sheilla menggerutu pelan.
Dengan ragu-ragu, Cheryl mencoba menginjak bahu Sheilla. Tangannya bertumpu pada tembok untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Buset! Berat juga lo, Cher," ujar Sheilla sembari mencoba berdiri pelan.
Dengan mata terpejam, Cheryl menggerutu pelan mendengar ucapan Sheilla. Sejujurnya, Cheryl itu takut ketinggian. Namun, tetap nekad mengikuti jejak sesat kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Teen Fiction"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...