Ada yang nungguin kah?
Bantu ramein dong teman-teman:)
•
•
•"Luka fisik mungkin orang lain bisa lihat, tapi kalo luka batin, ga ada yang bisa tau gimana rasa sakitnya selain diri sendiri."
~ Zayn Raden Altezza
••••
AUTHOR POV
"Besok ada acara kantor, papa harap kalian ikut semua."
Meja makan yang awalnya hening dan terasa tegang ralat hanya Zayn yang merasa tegang karena itu untuk yang pertama kalinya ia ikut makan malam bersama. Seketika buyar saat Satrio membuka suara.
Pandangan cowok itu terangkat dengan senyuman haru di bibirnya. Apakah Satrio serius dengan ucapannya barusan?
Begitu pun dengan Ratu yang ada di samping Satrio dan Shaka yang ada di hadapannya sang ayah.
"Mas serius? Berarti Zayn ikut juga'kan?" tanya Ratu penuh harap.
Senyuman haru terukir di bibir Ratu dan kedua anaknya. Betapa senangnya mereka saat mendengar ucapan Satrio barusan, terutama Zayn yang menatap sang ayah tak percaya.
Dada Zayn terasa berdebar saat mendengar ucapan Satrio. Hingga ucapan Satrio selanjutnya melunturkan senyuman yang terpantri di ketiganya.
"Oh yaa, kecuali anak itu," sahut Satrio seolah tak peduli dengan harapan salah satu anaknya yang kembali pupus.
Sakit? tentu saja. Namun tak apa, ia sudah terbiasa. Senyuman tipis kembali terukir di bibir Zayn, sudah jelas jika itu hanya senyuman palsu untuk menutupi luka yang kian melebar di hatinya. Cowok itu menarik nafas pelan untuk menahan agar air mata tidak luruh.
Mungkin Zayn harus kembali bersabar untuk mendapatkan kasih sayang Satrio. Karena waktunya masih panjangkan?
"Mas, kapan sih kamu sadar?? Zayn juga anak kamu..." lirih Ratu pelan. Ntah bagaimana lagi caranya agar bisa membuat Satrio menyadari keberadaan salah satu anaknya di rumah ini.
"Saya tidak pernah punya anak seperti dia, Ratu! Bagi saya dia itu hanya aib yang harus di musnakan!" tukas Satrio menatap Zayn nyalang.
Hati Zayn terasa seperti di remuk sesuatu yang tak kasat mata. Kedua matanya memanas. Kepalan tangan di sisi tubuhnya sudah menjelaskan betapa hancurnya hati Zayn. Tak di anggap di dalam keluarganya sendiri? lalu akan di musnakan oleh ayahnya sendiri? Bukannya dunia terlalu kejam pada cowok jangkung itu?
Ntah takdir macam apa yang tengah di jalani cowok malang ini.
Permintaan Zayn sebenarnya cukup sederhana, dianggap oleh ayahnya saja sudah lebih dari cukup.
"Lantas kenapa ayah harus membuat Abang berada di dunia ini jika ujung-ujungnya ayah sendiri yang menginginkan Abang mati?" tanya Shaka datar. Ia sudah terlalu muak dengan drama sang ayah.
Seorang ayah yang menginginkan anaknya mati. Apakah pantas ia di sebut seorang ayah?
"Shaka! Dimana sopan santun kamu! Ayah tidak pernah mengajarkan kamu kurang ajar!" bentak Satrio murka.
"Shak, udah..." pinta Zayn pelan.
"Cih! gue udah terlalu muak dengan keluarga berantakan ini." Setelah mengatakan itu, remaja laki-laki itu pergi meninggalkan meja makan.
Melihat punggung sang adik yang sudah menjauh, Zayn kembali menghela nafas pelan. Lalu beralih menatap sang ayah dengan tatapan sayu.
"Ayah benar, nggak seharusnya Zayn terlahir di dunia ini. Maaf karena udah sering bikin ayah marah. Gara-gara Zayn, keluarga ayah jadi gini..." lirih cowok jangkung itu. Lalu tatapannya beralih menatap Ratu yang juga sedang menatap Zayn dengan air mata yang membasahi pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Teen Fiction"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...