Author POV
"Malam Bik," sapa Zayn pada bik Monik.
"Ehh, malam den, Zayn." balas bik Monik ramah.
Mengenai Zayn, bik Monik sudah mengetahui tentang cowok itu. Tentang Sheilla yang di titipkan pada tetangga baru mereka ini.
"Mau ket--" ucapan Bik Monik terhenti tatkala kehadiran tiba-tiba Sheilla dari dalam. "Nah ini dia," lanjut bik Monik.
Penampilan gadis itu sudah nampak rapi dengan jeans hitam dan dipadukan jaket lepis hitam.
"Bik, saya mau keluar bentar," kata Sheilla. Gadis itu masih belum menyadari keberadaan Zayn di sana.
"Tap--" lagi-lagi ucapan Bik Monik di sela, dan kali ini Zayn yang menyela.
"Lo ga boleh keluar."
Barulah Sheilla tersadar akan kehadiran Zayn. Netra gadis itu membulat beberapa saat sebelum kembali berubah datar.
"Lo ga ada hak buat ngelarang gue!" ketus Sheilla tajam.
Merasa jika kehadirannya sudah tak di perlukan lagi. Bik Monik langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
"Gue emang ga ada hak buat ngelarang lo, tapi ini tugas gue karena gue di bayar bokap lo buat terus ngawasin lo," balas Zayn dengan nada santai.
Sheilla menggeram kesal. Kini aktivitasnya benar-benar terbatas sejak kehadiran Zayn tadi pagi. Baru satu hari, dan Sheilla sudah hampir stres dengan kehadiran Zayn. Bagaimana nantinya? Bisa-bisa ia akan gila.
"Lo kenapa mau-mau aja sih hah?! Apa karena uang?? Please, kalo lo emang butuh uang, lo bisa cari kerjaan yang lain, Zayn! Tapi jangan masuk ke dalam hidup gue!" sentak Sheilla jengkel. Sangat menyebalkan.
Dirinya benar-benar tak bisa berkata-kata lagi untuk mengusir Zayn agar berhenti bekerja sama dengan papanya. Rasanya Sheilla benar-benar akan membunuh seseorang untuk menghilangkan kekesalan di hatinya.
Ntah apa alasan Zayn sehingga mau-mau saja melakukan perintah Bram dan berurusan dengan gadis urakan ini. Atau mungkin karena uang? Jika di tanya karena uang, maka jawabannya tidak salah karena memang Zayn membutuhkan uang untuk bertahan hidup.
Bisa saja ia meminta pada Satrio dengan cuma-cuma. Tapi Zayn cukup sadar diri untuk tidak melakukan hal itu.
"Lo boleh nyalahin gue, tapi lo ga bisa nyuruh gue buat berhenti. Karena gue cuma melakukan apa yang seharusnya gue lakukan. Dan soal gue yang mau-mau aja kerja dengan bokap lo, itu karena bokap lo sendiri yang mohon-mohon sama gue." tukas Zayn datar. Bohong dikit ga ngaruh, karena Zayn punya alasannya sendiri untuk menerima tawaran Bram.
"Ga peduli mau lo apa, tapi gue harus tetap keluar!" Sheilla memaksa melewati tubuh kekar Zayn. Tetapi tangannya sudah lebih dulu di cekal cowok itu.
"Lo cewek, Shei. Ga baik keluar malam-malam gini." Zayn melembutkan suaranya. Karena jika terus di keraskan, Sheilla akan bertambah berontak.
"Ga perduli gue bilang! Minggir, Zayn!" bentak Sheilla.
"Oke lo bisa pergi, tapi gue harus ikut," putus Zayn datar.
Sheilla berhenti memberontak, gadis itu menatap Zayn kesal. "Lo benar-benar nyebelin!"
Setelah itu Sheilla langsung mengambil motornya di garasi. Lalu langsung pergi meninggalkan Zayn yang masih berdiri di tempat semula.
Tersadar, Zayn segera mengejar motor Sheilla yang sudah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
_oOo_
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Novela Juvenil"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...