Author POV
Untuk pertama kalinya seorang Sheilla bangun pada pukul setengah enam pagi. Bahkan gadis itu kini sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah. Itu semua karena subuh-subuh tadi Bram memaksanya untuk mengantarkan pria itu ke bandara. Alhasil, setelah pulang dari bandara, Sheilla tak bisa tidur lagi.
Sheilla menuruni anak tangga sembari memainkan ponsel berlogo apel itu. Hingga langkahnya tiba di meja makan.
"Pagi, non," sapa Bik Monik saat melihat kehadiran anak majikannya itu.
"Pagi, Bik," balas Sheilla seadanya. Gadis itu mendudukkan bokongnya di atas kursi, lalu mulai menyantap sarapannya dengan khidmat.
"Oh yah Non, di depan ada temennya Non, Shei," celetuk Bik Monik tiba-tiba.
"Siapa, Bik?" tanya Sheilla menghentikan kunyahannya.
Bik Monik mengedikan bahu tanda tidak tau. "Bibi juga ga tau Non, katanya dia temen Non, Shei."
"Cewek, Cowok Bik?" tanya Sheilla lagi. Kali ini gadis itu sudah menyelesaikan sarapannya.
"Cowok. Anaknya ganteng loh, Non." Bik Monik tersenyum menggoda pada Sheilla.
"Perasaan aku ga punya temen cowok loh bik," Sheilla mengeryitkan dahi.
"Masa sih Non, tadi aja dia bilangnya kalo dia temen Non, Shei kok." tutur Bik Monik tak yakin.
Tak ingin dibuat bertambah penasaran, Sheilla berpamitan untuk melihat siapa orang yang di bilang Bik Monik. Sekalian langsung berangkat ke sekolah.
Mengingat saat pertama kali ia datang ke sekolah tepat waktu, hingga membuat warga SMA Panca Darma terheran-heran. Sheilla berdecak pelan jika ia berangkat sepagi ini. Mungkinkah mereka akan heboh? Aneh memang.
Sebelum itu, Sheilla mengambil motor sportnya di garasi. Lalu mulai menancapkan gas keluar dari gerbang rumah pelan, sekalian melihat seseorang yang di katakan Bik Monik tadi.
Hingga saat gerbang sudah dibuka oleh satpam, netra Sheilla langsung tertuju pada seorang cowok yang tengah duduk di atas motor sport berwarna hitam, tatapannya juga langsung menatap Sheilla intens.
"Lo... Kenal gue?" tanya Sheilla datar.
Cowok itu menggelang, lalu kemudian mengangguk. Yang mana malah membuat Sheilla mengeryit bingung.
"Lo siapa?" Sheilla mendegus pelan.
Cowok itu sedikit memajukan motornya hingga kini motornya berada tepat di samping Sheilla. Lalu mengulurkan tangannya pada gadis itu.
"Gue, Zayn Raden Altezza. Semalam keluarga gue pindah ke sana," ujar cowo itu sembari menunjukkan rumah bertingkat dua yang tak terlalu jauh dari rumah Sheilla.
Sheilla mengikuti arah telunjuk Zayn. Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kedua netra itu membulat.
"Jadi, lo cowok yang di suruh bokap buat ngawasin gue??" tanya Sheilla kaget.
"Hm," dehem Zayn singkat.
Raut gadis itu kembali berubah datar, "Lo ga perlu ngawasin gue, gue udah gede. Dan lo ga usah turutin apa kata tua Bangka itu." Sheilla mendegus pelan.
Zayn menatap Sheilla tak kalah datar, "Tapi gue udah janji sama bokap lo untuk terus ngawasin lo."
Sheilla berdecih sinis. "Gue lihat-lihat lo ga terlalu bodoh buat nurutin semua kata bokap gue yang ga ada untungnya buat lo sendiri." tukas Sheilla datar.
"Siapa bilang, gue di gaji sama bokap lo," balas Zayn santai.
Sheilla menggeram tertahan. "Kenapa lo mau?! Lo sahurnya nolak bodoh!" sentak Sheilla kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Roman pour Adolescents"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...