Author POV
Hap!
Lompatan yang sempurna. Dengan bangga, Sheilla menepuk-nepuk kedua telapak tangannya setelah mendarat dengan sempurna di dalam pagar belakang sekolah.
Sudah biasa bagi Sheilla, Karena ini adalah rutinitasnya setiap pagi. Melompati pagar yang tingginya mencapai 2 meter bukanlah hal yang sulit bagi Sheilla.
Sembari berjalan mengendap-endap menuju kelas, diliriknya jam tangan yang melingkar indah di tangannya.
"08.56, 4 menit lagi pukul sembilan? Gpp lah masih pagi kok," celoteh Sheilla santai.
Melirik kiri kanannya yang sepi, Sheilla melangkah melewati toilet belakang sekolah yang nampak sepi.
"Aman," gumam Sheilla tersenyum senang.
Dengan santai Sheilla melangkah di koridor yang sepi itu sembari tangannya yang ia masukkan ke dalam saku rok. Hingga tiba-tiba suara seseorang menghentikan langkah gadis itu.
"Bagus, bagus sekali Sheilla. Datang ke sekolah disaat jam KBM sudah berlangsung hampir 2 jam lamanya." itu suara buk Wati.
Sheilla meringis pelan, lalu membalikkan tubuhnya dengan gaya slowmo. "Ehh ibu Wati, kok makin hari saya lihat-lihat ibu tambah cantik aja deh," rayu Sheilla tertawa canggung.
"Bagus ya, Sheilla. Datang telat, lewat pagar belakang pula. Benar-benar ya kamu ini, Sheilla!" ujar wanita paruh baya itu sarkas.
Sheilla menggaruk lehernya yang tak gatal. "Yaelah buk, saya kan cuma telat beberapa jam doang kok," papar Sheilla polos.
Bu Wati nampak menghembuskan nafas berat. Sepertinya beliau ini benar-benar hampir depresot dengan segala tingkah Sheilla.
"Saya ini capek loh, Shei ngurusin kamu tiap hari. Memangnya kamu tidak capek keluar masuk BK hah??" tanya Bu Wati dengan nada lelah.
"Saya juga capek kok Bu, makanya ibu ga usah repot-repot ngurusin saya, biar kita ga capek. Sama-sama impas kan Bu?" ujar Sheilla dengan wajah sok lelah, letih, loyo dan hampir depresot.
"Yang ada kalau ibu membiarkan manusia-manusia seperti kamu lolos dari hukuman, yang ada anak bangsa tidak akan maju!" degus Bu Wati tajam.
"Gimana kalo hari ini ibu kasih saya kesempatan aja?" tawar Sheilla penuh harap.
"Ga! Sekarang kamu lari keliling lapangan!" tegas Bu Wati dengan mata melotot.
"Tap--"
"Ga ada tapi-tapian kalau ga mau ibu tambah hukumannya." setelah memberikan Sheilla hukuman. Bu Wati langsung pergi sebelum ia benar-benar di buat depresi oleh Sheilla.
Sedangkan Sheilla, gadis itu mendegus kesal. Lalu segera menjalankan hukuman dari Bu Wati sebelum ia benar-benar di beri hukuman tambahan.
_oOo_
Di sini lah Sheilla berada. Berlari mengelilingi lapangan di bawah teriknya matahari.
Untung saja sekarang KBM sedang berlangsung, coba saja jika sedang jam istirahat, mungkin Sheilla benar-benar akan menjadi tontonan warga SMA Panca Darma. Ini saja ada beberapa segelintir murid yang melihatnya karena beberapa kelas ada yang jam kos.
Hukuman yang di berikan Bu Wati memang hanya lima putaran. Namun, itu sangat melelahkan karena lapangannya yang tidaklah kecil.
Peluh keringat membanjiri pelipis serta badan Sheilla. Gadis itu berhenti sejenak untuk mengatur nafas. Lalu kembali melanjutkan putaran saat tinggal satu kali putaran lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Roman pour Adolescents"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...