Author POV
Brumm... Brumm...
Suara knalpot motor besar warna hitam memasuki pekarangan SMA Panca Darma.
Murid-murid yang masih berada di parkiran menghentikan sejenak langkah mereka untuk melihat sang empu motor. Yah, walaupun sudah tau siapa pengguna motor itu, tetap saja mereka penasaran. Yang menjadi perhatian murid-murid itu adalah si pengendara yang tumben-tumbennya datang ke sekolah tepat waktu. Sesuatu yang sang langkah.
Sheilla, yah gadis itu adalah Sheila. Si biang onar yang sangat tumben tidak telat hari ini. Mungkin inilah yang dinamakan sebuah fenomena yang sangat langka.
Melepaskan helmnya, Sheilla menyugar rambut sepunggungnya ke belakang. Yang mana malah mengundang tatapan kaum Adam yang menatap gadis itu kagum.
Beberapa kaum hawa menatap Sheilla iri dengan paras gadis itu yang begitu menawan. Walaupun penampilannya urak-urakan, kecantikan gadis itu justru bertambah dua kali lipat. Tangannya yang dipenuhi aksesoris gelang tali dan roknya yang jauh di atas paha. Sangat melewati aturan sekolah.
"Emang susah yah jadi orang cantik," gumam Sheilla percaya diri.
Kakinya melangkah menuju kelas yang ada di lantai tiga. Dagunya terangkat melewati murid-murid di lapangan maupun koridor dengan tatapan datar.
Bisik-bisik terdengar sepanjang langkahnya menuju kelas. Sheilla acuh tak menanggapi bisik-bisik tetangga itu. Bagi Sheilla semua itu sudah biasa. Jadi no problem.
Hingga akhirnya, Sheilla sudah tiba di depan kelas yang bertuliskan 12 IPA 3.
Kelas yang tadinya terdengar ramai saat Sheilla belum memasuki kelas, seketika langsung senyap seolah baru kedatangan sesuatu yang mengancam nyawa mereka jika bersuara sedikit saja.
Sheilla mendegus pelan. Namun kembali lagi, gadis itu menatap acuh sekitarnya.
"Lebay banget sih!" gerutu Sheilla setelah mendudukkan bokongnya di kursi pojok bagian kanan.
Sheilla tau kok kalau dia itu jarang datang pagi dan mengikuti aturan seperti sekarang. Tapi harus banget gitu bersikap seperti itu? untung Sheilla tidak baperan, coba saja jika ia baperan. Mungkin Sheilla akan membuat gaduh di dalam kelas ini karena tersinggung dengan reaksi teman-temannya.
Memasang earphone di kedua telinganya, Sheilla menelungkup kan kepalanya di kedua lipatan tangannya di atas meja.
Dapat Sheilla denger kelasnya kembali bising. Gadis itu hendak memejamkan mata. Namun, suara cempreng Cheryl yang mengalahkan toa sekolah membuat Sheilla mendegus pelan.
"Kan-kan! Gue juga bilang apa hah?! Pasti itu motor Sheilla kampret!" teriak Cheryl heboh sembari menarik tangan Aruna.
"Ck, ga usah narik gue nyett!" Aruna menarik tangannya dari cekalan Cheryl.
Sheilla menegakkan tubuhnya saat mendengarkan kehebohan kedua temannya. Tatapan gadis itu menghunus tajam ke arah Cheryl.
"Wih, tumen lo rajin kayak gini, Shei? Pasti abis di ceramahin sama om, Bram kan??" tanya Cheryl heboh saat sudah berdiri di samping Sheilla sembari menepuk-nepuk bahu gadis itu.
"Apaan sih, Cher, lebay banget tau gak!" kesal Sheilla menepis tangan Cheryl.
Bibir Cheryl maju beberapa cm. "Bukan lebay, Shei. Tapi gue mengapresiasikan kehadiran lo yang datang sepagi ini."
"Tolol!" umpat Aruna datar. Namun, tak di tanggapi sang empu.
"Gue datang pagi salah, datang siang juga salah. Terus gue harus mesti gimana hah?" sinis Sheilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Tienerfictie"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...