Hidup itu sebenarnya simpel, hanya manusia kurang bersyukur aja yang membuatnya terasa rumit
~Sheilla Krystal Alundra~
•
•
•Author POV
Sebaik-baiknya manusia, tidak ada sedikitpun yang luput dari kesalahan. Dan seburuk-buruknya manusia, tidak selamanya akan terlihat buruk. Adakalanya manusia buruk akan terlihat lebih berharga daripada manusia baik.
Karena pada dasarnya hidup itu adalah tentang garis takdir yang berbeda-beda. Tidak semuanya akan terlahir bahagia dan tidak semuanya pula akan berakhir bahagia.
Begitupun dengan Zayn Raden Altezza. Tak jarang cowok malang itu mengeluh akan takdir yang tengah ia jalani. Akan tetapi, tak pernah sekalipun ia menyalahkan sang pencipta dan takdir yang memberikannya garis hidup yang kurang beruntung.
Karena pada dasarnya manusia itu di ciptakan dengan porsi tadir yang berbeda-beda.
Plak!
Tepukan di bahunya membuat cowok yang sedang duduk di kursi mini sambil memainkan rubik di balkon kamar itu berjangkit kaget.
"Kenapa?" tanya Afzal ikut mendudukkan bokongnya di kursi mini lainnya.
Zayn menoleh dengan tatapan kesal. "Ngagetin aja lo," degus cowok itu.
Afzal hanya menatap Zayn datar. Lalu cowok itu kembali menatap lurus ke depan sembari mengeluarkan satu batang rokok yang ia bawa tadi.
Cowok itu menyelipkan ujung rokok pada bibirnya, sesekali menghembuskan asap rokok di udara.
Melihat itu, Zayn mendegus malas. "Lo kayaknya sehari aja ga ngerokok emang ga bisa?"
Gelengan Afzal membuat Zayn kembali mendegus. "Enggak, mulut gue rasanya hampa kalo ga ngerokok."
"Lo ga tau seberapa bahayanya akibat ngerokok? Lo bisa kena penyakit," nasehat Zayn. Cowok itu menatap Afzal jengah.
Dirinya sudah sangat sering memberikan sang empu nasehat, namun ujung-ujungnya tetap di abaikan sehingga membuat Zayn merasa lelah memberikan cowok itu wejangan.
"Lo ga ngerokok aja penyakitan," degus Afzal pelan.
Gerakan Zayn yang sedang mengutak-atik Rubik itu seketika terhenti. Cowok itu menghela nafas pelan. Tidak, Zayn tidak marah dengan ucapan blak-blakan Afzal, karena itu memang faktanya.
Menyadari keterdiaman Zayn, seketika Afzal menoleh dengan raut masih tetap datar.
"Sorry." Ia tau bahwa ucapannya barusan menyinggung Zayn. Namun, yang namanya Afzal, cowok itu akan tetap bersikap cuek. Karena inilah sifat asli Afzal, akan tetapi di balik sikap cueknya itu, ada segudang perhatian yang ia simpan.
"Hm, karena itu emang faktanya, buat apa gue marah." Zayn mengedikan bahunya.
_oOo_
Bruk!
"Anjing!"
Sheilla mengumpat marah saat tiba-tiba sesuatu yang terasa keras mendarat sempurna di pantatnya.
Gadis itu menggeram marah sembari memutar tubuhnya hendak memaki seseorang yang sudah berani membuat pantatnya terasa nyut-nyutan. Namun, umpatan itu hanya sampai pada tenggorokan saat melihat wajah buk Wati menatapnya garang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Berhenti [ Hiatus ]
Teen Fiction"Gue lebih baik sering ngerasain cape fisik daripada cape batin." "Kenapa gitu?" "Soalnya cape fisik cuma sebentar, tapi kalo cape batin cape nya lebih lama. Bahkan akan tetap membekas di hati sampai rasanya mau mati." °°° Balapan, baku hantam...