Bab 02

165 26 23
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabakatuh
Hai! Jumpa lagi sama aku🕊
Hehehe, aku sekarang up lagi🙈
Jangan lupa vote dan comen

Selamat Membaca

Sudah tiga hari ini Archie tinggal di rumah. Sanak saudara yang jauh mulai datang meramaikan rumah. Besok adalah hari penting yang bersejarah untuk Arsya. Besok adalah hari pernikahan Arsya, karena itu Archie pulang.

Dia sudah berjanji pada Arsya, dia akan menjadi saksi nikahnya. Dan kini, janji tersebut akan segera terlunasi.

"Hei!"

"Abang! Bikin Arsya kaget aja."

"Lagian, lo ngapain sendirian di sini? Yang lain aja di depan kok." Heran Archie, pasalnya Arsya menyendiri di taman belakang rumah. Sedangkan yang lain di depan, memperhatikan wedding organizer yang sedang mempersiapkan tempat untuk acara besok.

"Nggak papa," jawab Arsya.

"Yakin?" Arsya mengangguk, tapi air matanya mengalir dengan mulus.

"Eh! Kenapa jadi nangis?" Archie panik dan langsung membawa Arsya ke dalam pelukannya. "Kenapa? Ares nyakitin lo?"

Arsya menggeleng, tapi tangis tak kunjung mereda. Membuat Archie memilih membiarkan Arsya puas menangis, lalu nanti akan dia tanyakan lagi.

Lima belas menit berlalu, Arsya akhirnya berhenti menangis walau masih sedikit sesegukan. "Ada apa?" tanya Archie setelah Arsya sudah lebih baik.

"Arsya batalin aja ya nikahnya," ujar Arsya dengan sangat santai.

"Hah? Astaghfirullah, Sya. Lo kenapa sih? Kok tiba-tiba mau batalin nikah gitu aja?"

Arsya diam, membuat Archie merasa bersalah. Kembali ditariknya Arsya ke dalam pelukannya.

"Sya!"

"Pernikahan bukan hal sepele yang bisa kamu batalkan begitu aja." Gaya bahasa Archie juga dibuat lebih halus, karena dia tak ingin membuat Arsya kembali bersedih. Apalagi sampai menangis seperti tadi. Hal tersebut tanpa sadar membuat Archie merasa gagal menjadi kakak untuk Arsya.

"Nikah itu bukan tentang ijab dan qobul. Tapi, lebih dari itu. Menikah adalah ibadah terpanjang, karena itu kita harus memilih pasangan yang benar-benar bisa mendekatkan kita pada-Nya."

"Menikah juga bukan hanya menyatukan Arsya dan suami Arsya nanti. Tapi, dua keluarga besar sekaligus. Yang tentunya memiliki banyak perbedaan."

"Tapi, Bang."

"Tapi apa? Coba cerita sama Abang. Kita cari solusinya bareng."

"Arsya nggak enak sama Abang. Arsya lompatin Abang," cicitnya dengan suara yang lirih.

Archie langsung tersenyum, dikecupnya puncak kepala Arsya sayang. "Arsya tau Abang sayang banget sama Arsya?"

Arsya mengangguk.

"Bagi Abang. Melihat Arsya menikah lebih dulu dari Abang bukan sebuah masalah. Apalagi jika pasangannya adalah laki-laki yang bisa membuat putri kecil keluarga Al-Ghaisan ini terus tersenyum." Archie menjelaskan dengan lembut, agar Arsya tidak berfikir hal yang nekat lagi hanya karena memikirkannya.

"Abang ridho? Ridho Arsya langkahi?" Arsya bertanya dengan suara yang lirih.

"Ridho. Abang ridho dilangkahi sama Arsya karena-Nya," jawab Archie dengan tegas.

"Terima kasih, Abang." ucap Arsya langsung memeluk Archie. Rasanya beban yang ada di pundak yang selama beberapa hari ini sangat berat menurut Arsya berkurang setelah menceritakan secara langsung apa yang dia rasakan pada Archie.

"Sama-sama."

°°°°

Archie duduk di samping Papa Bagas, dia menjadi saksi nikah untuk Arsya. Dilihatnya Ares, calon suami Arsya yang sudah siap walau tak menutupi bahwa laki-laki tersebut gugup.

"Bismillah Res," ucap Archie.

Ares mengangguk, "Makasih, Bang."

"Pengantin, sudah siap?" tanya Pak Penghulu yang sudah siap dan akan memulai acara.

"Insyaallah, siap!"

"Baik, Pak Bagas bisa di mulai ijab qobul-nya." ucap Pak Penghulu mengarahkan.

Sesuai arahan dari Pak Penghulu, Papa Bagas menjabat tangan Ares.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan saya kawinkan ananda Areshandra Orion dengan putri kandung saya Sofiana Arsya Al-Ghaisan dengan mas kawin satu set perhiasan emas seberat 30 gram dibayar tunai." ucap Papa Bagas dengan suara yang lantang, jelas, dan tegas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Sofiana Arsya Al-Ghaisan binti Bhanu Bagaskara dengan mas kawin tersebut." jawab Ares tak kalah dengan Papa Bagas.

Papa Bagas melihat ke arah saksi, "Bagaimana saksi?" tanyanya.

"Sah."

"Alhamdulillah."

Bukan hanya sepasang pengantin yang merasa lega. Tapi, semua yang menyaksikan ijab qobul tersebut. "Masyaallah, semoga lo bahagia selalu Sya. Gue harap, ini pilihan terbaik yang Allah kirimkan buat lo, adek manja."

"Silahkan, pengantin perempuannya di persilahkan masuk." titah Pak p
Penghulu.

Arsya masuk didampingi oleh Mama Mala dan Nadheera. Gaun pengantin berwarna putih, serta make up yang terlihat natural membuat tamu undangan terpesona.

"Alhamdulillah, sah!" bisik Archie pada Ares yang terpesona akan kecantikkan Arsya.

"Hehehe," Ares salah tingkah ketahuan menatap Arsya tanpa berkedip.

"Nggak papa. Udah halal." ujar Archie dengan santai, dia menepuk-nepuk pundak Ares pelan.

Arsya dituntun untuk duduk di samping pengantin laki-laki. Keduanya terlihat malu-malu, apa lagi ketika Arsya diminta untuk mencium tangan Ares untuk pertama kalinya.

Sedangkan Archie sibuk membatin, dan memperhatikan dua pasangan baru di depannya ini. "Gue kapan?"

"Apaan sih Chie. Kerja yang bener! Baru juga lulus udah mikir mau nikah aja. Mau di kasih makan apa anak orang."

Archie menggelengkan kepala agar sadar dari lamunan. "Kenapa, Bang?" tanya Papa Bagas yang melihat putranya menggelengkan kepala.

"Nggak papa, Pa."

"Bener?" tanya Papa Bagas sekali lagi.

"Iya."

"Bodoh! Hampir aja ketauan. Yang ada, ntar lo di jodohin Chie."

Acara demi acara sudah di lalui, kini Archie merebahkan diri di kasurnya yang nyaman. Hari juga sudah berganti malam. Sanak saudara sebagian sudah banyak yang memilih pulang karena acara sudah selesai.

Tok tok tok

"Mamah ganggu Abang?"

Mendengar suara Mama Mala, Archie langsung membuka mata. "Enggak, Ma. Ada apa?"

"Nggak papa, Mama cuman mau liat Abang aja. Sudah makan?"

"Sudah," jawab Archie. "Tadi makan bareng Arsya sama sama Ares."

"Ya sudah langsung tidur. Masa cuti Abang juga mau habiskan?"

"Iya, Ma. Lusa harus udah balek ke Jogja."

Mama mengangguk, "Selamat istirahat, Abang."

"Selamat istirahat juga, Ma."

Archie tersenyum menatap pintu yang menghilangkan mamanya dari pandangan. "Bakal kangen," bisiknya kembali merebahkan diri dan terlelap dalam mimpi.

Rindu akan kehangatan sosok mama yang selalu perhatian dengan hal-hal sepele. Tapi, cukup membekas dengan baik di hati.

📝19-10-2023

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang