Bab 12

90 15 2
                                    

Selamat Membaca

Sampai di rumah, Rayna langsung membawa belanjaan ke dapur. Ditatanya barang-barang itu ke tempatnya. Serta barang-barang miliknya langsung dibawanya ke kamar. Seperti biasa, sebelum menata barang pribadinya Rayna memilih untuk berganti dengan baju santai.

Setelah semuanya selesai dia kembali turun karena ingat, kakaknya belum minum susu ibu hamil. "Jangan sampe mas Fatih tau," batinnya.

Saat akan mengambil kotak susu, Rayna kembali melamunkan perkataan Arsya tentang Archie yang sakit. Hal itu tidak luput dari perhatian bu Rina.

"Kak! Adekmu kenapa?"

Fania mengedikkan bahunya tak tau. "Nggak tau, Bund. Habis dari kasir langsung gitu. Tadi aja, mobil yang bawa Kakak."

"Ya sudah. Nanti Bunda tanya langsung aja ke Adek. Dah minum susu belum? Tadi sudah belikan?"

"Susu sudah beli, kalo minum belum."

"Jangan lupa minum, hari ini kamu belum minum. Terakhir seinget Bunda, kemarin pagi."

"Iya, Bund. Kakak terakhir minum pagi. Karena itu, nih cepet minum. Biar mas Fatih nggak cerewet ke gue terus." titah Rayna lalu memberikan segelas susu yang sudah dia buat.

"Bunda."

"Ya?"

"Ada nomer Arsya?" tanya Rayna dengan hati-hati, pasalnya yang ada di dalam grup diskusi hanya mereka dan para orangtua.

"Adek butuh? Mau Bunda mintain?"

"Nggak usah, Bund. Nanti aku minta ke Tante aja."

"Mau buat apa, Dek?" tanya Bu Rina.

"Iya, mau buat apa nomer calon adek ipar lo?" Fania ikut bertanya, dia jadi kepo karena tadi dia juga sempat melihat mereka mengobrol, walau hanya sebentar.

"Tadi, gue juga liat. Kalian ngobrol sebentar," ujar Fania.

"Tadi ketemu Arsya?" tanya Bu Rina lagi.

"Iya, Bund. Tadi sempet ngobrol, tapi belum selesai. Jadi ini aku minta karena ada yang mau aku tanyain juga."

Bu Rina mengangguk paham. Kemudian, Rayna izin kembali ke kamar. Dia ingin mengambil ponselnya yang masih di simpannya di dalam tas.

"Tanya ke Tante langsung atau minta nomer Arsya, ya?" Rayna ingin menjerit rasanya, dia bimbang. Dia juga merasa sangat khawatir dengan Archie. Sakit apa laki-laki itu? Apa karena hujan? Tapi, dia pakai mantel.

Rayna langsung mendudukkan dirinya. Menarik nafas pelan lalu menghembuskannya secara perlahan, berharap dapat menormalkan detak jantungnya yang memompa dengan cepat.

Setelah berfikir cukup lama, Rayna memutuskan untuk bertanya langsung pada ibu laki-laki yang dia khawatirkan.

Anda
Assalamualaikum
Tan, boleh telpon?

Setelah pesan tersebut terkirim, Rayna langsung mematikan layar ponselnya. Tak berselang lama, ponselnya kembali bergetar, membuatnya langsung melihat. Ternyata pesan dari operator yang diterimanya.

"Kirain dari Tante, ternyata."

"Ini siapa lagi?" tanya Rayna karena ponselnya kembali bergetar, ternyata balasan dari Tante Mala.

Tante Mala
Wa'alaikumussalam
Boleh, Nak

Mendapat izin tersebut, Rayna langsung mengklik tanda telpon. Dan panggilan terhubung.

"Assalamualaikum, Nak."

"Wa'alaikumussalam, Tante. Maaf nih, Rayna ganggu."

"Enggak kok. Ada apa Nak?"

"Hem," berdehem untuk menormalkan detak jantungnya yang berdetak kencang karena dia mendengar suara Archie yang sedang bercanda dengan Arsya sepertinya.

"Tadi Rayna ketemu Arsya. Kata Arsya, mas Ray sakit. Bener, Tan?"

"Iya, Nak. Tapi alhamdulillah sudah baikan. Ini lagi bercanda sama Arsya si Abang. Mau ngomong langsung, Nak?"

"Eh! Enggak, Tan. Rayna cuman memastikan aja. Kalo sudah baikkan, alhamdulillah." tolak Rayna cepat. Dia tidak mau jika harus berbicara langsung dengan Archie walau hanya via telpon.

"Bener?"

"Iya, Tan. Soalnya kata Ayah kemarin Mas Ray ada bawa mantel."

"Sudah takdirnya sakit. Nak Rayna sehatkan?"

"Alhamdulillah," jawab Rayna.

Obrolan keduanya berlanjut, sampai suara adzan asar menyadarkan waktu sudah sore. Dan panggilan di akhiri.

○○○

Pagi ini langit gelap. Mendung kembali datang bertamu, sejak subuh air sudah turun membasahi bumi. Archie yang memang masih memiliki jadwal mengajar segera bersiap, cukup kemarin dia izin hari ini dia harus berangkat. Itulah yang dipikirkan Archie.

"Abang nggak izin aja?" yanya Mama Mala yang masuk ke kamarnya.

"Iya, Ma. Kemarin Abang kan dah izin sakit, hari ini harus masuk. Lagian besok juga sudah masuk cuti lagi."

"Karena itu, Abang nggak ambil sekalian aja? Muka juga masih pucet."

Archie tersenyum berjalan mendekat pada mama Mala, dan menuntun mama Mala untuk duduk di kasur. Di genggamnya tangan mama Mala, "Mama, Abang masih ingat. Dulu Mama selalu ingatkan Abang tentang tanggung jawab. Dan saat ini, Abang masih punya tanggung jawab ngajar. Walau itu cuman sehari, tapi ini masih tanggung jawab Abang. Jadi, Mama kasih izin Abang berangkat ya?"

Mama Mala akhirnya luluh dan mengizinkan Archie untuk mengajar. "Tapi Abang naik mobil. Jangan motor."

"Terima kasih, Ma."

Setelah perdebatan singkat itu, mereka keluar dan sarapan bersama karena yang lain sudah menunggu. Selesai sarapan, Archie pamit untuk berangkat.

Sampai di kampus, Archie segera masuk ke kelas dan mulai mengajar. Walau merasa kurang enak badan, Archie tetap memaksakan diri sampai jam pagi itu selesai.

"Astaghfirullah," lirihnya karena kepalanya terasa sangat pusing. Selesai mengajar Archie langsung memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan, Archie menahan rasa sakit kepala karena pusing yang luar biasa.

"Assalamualaikum," salam Archie ketika sampai di rumah. Dia disambut oleh mama Mala dan papa Bagas yang sedang mengobrol di teras.

"Wa'alaikumussalam warahmatuh."

"Langsung istirahat, Bang!" ucap Papa Bagas memegang lengan Mama Mala mengkode untuk tidak berbicara dulu, dan Papa Bagas juga meminta Mama untuk membuatkan teh untuk Archie.

Selesai membuat teh, Mama Mala mengantarnya langsung. Mama Mala juga masih memiliki keinginan untuk memarahi Archie yang keras kepala.

Clek. Tapi semua itu diurungkan saat melihat wajah pucat Archie yang berbaring dibalik selimut tebalnya. Padahal hari sudah siang, dan sinar matahari sudah kembali bersinar di luar sana.

"Abang," Mama Mala memanggil dengan lembut. "Bangun dulu, ini Mama buatkan teh. Biar hangat badannya."

Dengan badan yang masih lemas, Archie meminumnya perlahan dan kembali tiduran. "Abang buat tidur ya, Ma. Pusing."

"Iya," jawab mama Mala sambil memijat pelan kepala Archie berharap hal itu dapat mengurangi rasa pusing yang menyerang.

📝#23-11-2023

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang