Bab 13

92 17 6
                                    

Selamat Membaca

Sinar matahari terasa hangat di kulit, saat Rayna membuka tirai jendela kamarnya. Langit pagi berwarna biru bersih, tak ada awan putih yang menghiasi.

Setelah tadi sebelumnya bersiap-siap, kini Rayna harus mengecek ulang pesanan-pesanan pelanggannya. Ya, Rayna seorang penjual online. Dia sudah mulai berjualan sejak, masih sekolah sebagai pengisi waktu luang. Dan kini, kegiatan itu berlanjut sampai saat ini.

"Udah lengkap, sesuai catatan. Mari kita antar ke tukang paket." Rayna langsung memasukkan barang jualannya ke dalam tas. Berhubung tidak terlalu banyak, Rayna memilih mengantarkannya sendiri.

Saat turun ke lantai satu, dia langsung pergi menemui bunda Rina untuk izin. "Bunda, Rayna izin mau keluar."

"Mau kemana?"

Rayna tersenyum manis, dan menunjukkan tas yang dibawanya tadi. "Antar ini."

"Boleh." Jawab bunda Rina mengizinkan. "Selesai antar langsung pulang."

"Siap, Bund." Setelah mengantongi izin dari bunda Rina, Rayna langsung menyalimi bunda dan segera berangkat agar tidak kesiangan. Dia pergi dengan menggunakan sepedanya, kebetulan tempatnya juga tidak jauh dari rumah.

Saat sedang mengeluarkan sepeda, Fania datang menghampiri dan bertanya, "Mau kemana lo?"

"Main," jawab asal Rayna membuat Fania mendengus kesal. "Serius! Mau kemana?"

"Ke kang paket. Kenapa?" Rayna balik bertanya, karena dia yakin kakaknya pasti menginginkan sesuatu. Dan benar.

"Pulang mampir beli cilok depan sana. Biasanya jam segini udah ada." Pinta Fania lalu memberikan uangnya pada Rayna.

"Buat gue kak?" Tanya Rayna menerima uang dari kakaknya

"Itu cukup," jawab Fania langsung kembali masuk ke dalam. Tapi, saat di pintu Fania kembali berbalik, "Inget! Ga pake kecap. Awas kalo pake kecap!"

"Hem."

Setelah itu Rayna langsung mengayuh sepedanya ke tukang paket terdekat. Tukang paket ini sudah menjadi langganannya sejak mulai berjualan online. Karena lokasi yang dekat rumah dan petugasnya yang ramah membuat Rayna cocok.

Tak perlu waktu lama, Rayna sudah sampai di depan kantor tukang paket. Setelah memakirkan sepedanya dengan benar, dia langsung masuk ke dalam.

Setelah semuanya beres, Rayna langsung pulang. Tapi, dia mampir ke kang cilok dulu. Yang sudah mangkal di sebrang jalan.

"Pak, ciloknya dua 5ribu pedes ga pake kecap." Pesan Rayna seperti yang diminta kakaknya.

"Siap, Neng. Bumbunya campur atau pisah?"

"Campur aja, Pak. Ini uangnya," Rayna menaruh uangnya di dekat bumbu-bumbu cilok.

"Ini Neng, makasih." Ucap penjual cilok memberikan pesanan Rayna.

"Makasih juga Pak."

Setelah itu Rayna langsung pulang. Seperti janjinya pada bunda Rina.

Sedangkan di rumah Archie, laki-laki itu masih berbaring di balik selimut. Panasnya tak kunjung turun membuat mama Mala semakin khawatir. Sudah sejak tadi wanita itu menangis karena khawatir.

"Pa, bawa ke dokter aja!" Pinta mama Mala pada papa Bagas, mama Mala sungguh tidak tega melihat wajah pucat milik Archie yang sedang tertidur setelah minum obat.

"Ditunggu dulu, Ma. Nanti kalo sampai siang belum turun juga. Kita bawa ke dokter." Mama Mala langsung mengangguk setuju, dan mengajak papa Bagas untuk keluar membiarkan Archie untuk beristirahat.

○○○○○

Hari sudah berganti malam, sinar matahari berganti dengan bulan dan bintang. Rayna sudah bersiap untuk tidur. Tapi, entah kenapa rasanya sulit untuk tidur. Pikirannya melalang buana, apalagi besok sudah H-2 akad. "Ini bener? Bentar lagi mau nikah?" Batin Rayna bertanya.

Dia masih tak menyangka, sebentar lagi dia akan menjadi milik orang lain. Baktinya akan berpindah pada laki-laki yang sudah berani datang ke rumahnya. Saat di pikir, dia merasa segala sesuatu berjalan dengan lancar.

Karena tak bisa tidur, Rayna mengambil ponselnya. Dan saat itu dia melihat banyak notif masuk dari grub diskusi.

....
Tante Mala
Assalamu'alaikum semua, maaf mengganggu waktunya. Saya minta doanya supaya Archie segera membaik

Bunda
Wa'alaikumussalam, aamiin. Bukannya sudah baikkan, Mbak?

Tante Mala
Memang sempat membaik, tapi demam lagi pulang ngajar

Bunda
Bukannya sudah izin?

Tante Mala
Sudah, tapi emang anaknya keras kepala Rin.
....

"Astaghfirullah." Rayna langsung meletakkan ponselnya. Dia terkejut tak menyangka Archie harus sampai di bawa ke rumah sakit. Kemarin tante Mala mengabari bahwa keadaan Archie sudah membaik.

Tanpa Rayna sadari air matanya sudah mengalir membasahi pipinya, "Aku kenapa sih? Kok malah nangis. Harusnya tuh Ray, kamu berdoa buat kesembuhan dia. Bukannya nangis gak jelas kayak gini." Omel Rayna pada dirinya yang tak bisa berhenti menangis.

Kesal pada diri sendiri, Rayna memutuskan untuk membasuh muka dan mengambil wudhu. Diambilnya sajadah dan digelarnya, di malam yang sunyi itu menjadi saksi kekhawatirannya.

Selesai sholat, Rayna mengadahkan tangan dan berdoa dengan kerendahan hati. "Ya Rabb, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanlah dia, Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu. Hamba memohon kepada-Mu, Tuhan Pemilik 'Arsy yang Agung, agar menyembuhkan penyakitnya. Aamiin."

○○○○

Pagi-pagi, sebelum sang fajar menampakkan diri Rayna sudah rapi. Hal itu membuat bunda Rina heran, saat Rayna menghampirinya ke dapur.

"Adek sudah rapi mau kemana? Mau jenguk Mas Ray?" Tebak bunda Rina, dan tebakkan itu benar.

"Iya, Bund. Boleh? Tapi, Rayna belum izin."

Bunda Rina tersenyum, mengelus puncak kepala Rayna yang sudah terbalut pasmina. "Boleh, nanti kita jenguk sama-sama."

"Bener, Bun?"

Bunda Rina mengangguk, membuat Rayna senang sejak semalam dia terus merasa gelisah. Ingin sekali rasanya segera menjenguk laki-laki itu. Dan dengan beraninya Rayna kini selalu langitkan namanya di setiap sholat malam.

"Sekarang, adek bantu Bunda sambil nunggu Ayah. Rumah sakit jam segini juga belum ada jam besukkan?"

Rayna tersenyum dan mengangguk, "Rayna bantu apa nih?"

19-11-2023

Hai!
Assalamualaikum, apa kabar? Lama ga menyapa, hehehe.
Gimna untuk part ini?
Jangan lupa vote dan komen ya ^_^

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang