Bab 05

125 16 12
                                    

Selamat Membaca

Matahari yang mulanya malu-malu, kini menampakkan diri dengan sempurna. Langit biru yang cerah dengan awan putih terlihat seperti lukisan. Archie bersama Dion baru selesai menghadiri kajian. Setelah seminggu sibuk dengan aktivitas mengajar, mereka tetap perlu mencharger iman.

"Materinya bagus ya, Chie."

Archie mengangguk, "Bener banget. Semakin bergaul dengan yang faham agama, semakin sadar diri. Kita ini nggak ada apa-apanya."

"Berasa jadi paling bego," ucap Dion.

Archie mengangguk setuju. "Btw, istri lo mana? Nggak ikut lagi si Anin?" Tanya Archie baru menyadari Anin tidak kunjung bergabung dengan mereka berdua.

"Masih di dalam kayaknya," ujar Dion, "Bentar gue telpon dulu."

"Hem."

Sambil menunggu Dion, Archie memilih duduk dan memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang. Mereka sama dengannya yang baru selesai mengikuti kajian. Sampai netranya tidak sengaja terfokus pada seorang gadis berkhimar biru yang sibuk membantu seorang wanita paruh baya yang sedang kesusahan.

Sebuah bulan sabit terbentuk di wajah Archie. Dari banyaknya orang, hanya gadis berkhimar biru yang mau membantu sampai seorang remaja datang dengan tergesa-gesa menghampiri keduanya. "Kayaknya cucunya nenek itu," pikir Archie menebak-nebak.

Dan setelah nenek tersebut sudah bersama dengan remaja tersebut, baru gadis berkhimar biru pamit pada nenek dan remaja tersebut. "Nggak asing. Tapi siapa?" Batin Archie pada dirinya sendiri ketika melihat wajah gadis berkhimar biru.

"Hei!" Dion datang mengejutkan Archie. "Liatin apa lo?" Tanya Dion yang membuat Archie mengelus dada.

"Gak apa-apa," jawab Archie lalu mengalihkan dengan bertanya, "Udah?"

"Udah. Malah jalan-jalanan duluan sama temen kajiannya. Btw, laper nggak Chie?"

"Mau cari sarapan dulu? Sekalian nungguin Anin?" Tawar Archie, kebetulan dia juga belum sempat sarapan ketika berangkat tadi.

"Gas-in."

Mereka pergi ke deretan pedagang kaki lima, mencari menu makanan yang sekiranya cocok untuk sarapan. Ada banyak penjual, dari bubur ayam, soto, nasi ayam, dan masih banyak lagi.

"Gue mau nasi uduk, lo apa?" Tanya Archie setelah menentukan pilihannya sambil berjalan melihat-lihat.

"Samain aja lah, ke tempat biasakan?"

"Hem."

Mereka langsung ke tempat langganan dan ternyata di sana cukup ramai pengunjung. Mau tak mau, mereka harus mengantri untuk mendapatkan tempat duduk.

"Eh, mas mas dosen. Mau pesen apa?" Tanya pak Roma, dia sedang membantu istrinya berjualan nasi uduk.

"Nasi uduk dua Pak, kayak biasa." Jawab Archie.

"Siap, Mas! Langsung duduk aja, Mas. Sana kosong," tunjuk Pak Roma pada meja paling ujung yang baru saja kosong.

"Makasih, Pak." Ucap Archie.

Setelah duduk dan menunggu kurang lebih sepuluh menit, pesanan mereka datang di antar oleh pak Roma.

"Ini pesanannya Mas Mas, selamat menikmati."

"Makasih, Pak." Ucap Dion.

"Makasih, Pak."

Mereka langsung menyantap sarapan masing-masing. Selesai makan, mereka memutuskan untuk pulang.

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang