Bab 07

116 17 3
                                    

Selamat Membaca

Bulan masih bersinar terang digelapnya malam, Archie terbangun. Dia melirik jam yang masih menunjukkan pukul 02:30 dini hari. Mendudukan diri sejenak baru beranjak mengambil handuk yang tersimpan di gantungan.

Selesai mandi Archie langsung bergegas sholat malam dua rakaat. Selesai sholat, waktu menunggu adzan subuh dia gunakan untuk membaca Al-Quran. Sampai tak terasa, dia sampai di ayat terakhir. "Shadaqallahul Adzim."

Selesai membaca Al-Quran dan membereskan perlengkapan sholat, Archie mendudukan dirinya di meja kerja yang ada di kamarnya. Diambilnya lagi CV milik putri bungsu pak Adnan tersebut, yang kemarin belum selesai dia baca.

"Pantes nggak asing, ternyata memang orang yang sama." Bisik Archie ketika melihat foto dalam CV tersebut. Dibacanya dengan teliti CV tersebut.

Tok tok tok, pintu kamar terbuka karena memang Archie jarang mengunci pintu kamarnya. "Mama masuk ya, Bang?"

"Masuk aja, Ma." Jawab Archie langsung menutup CV yang baru saja dia baca dan ditaruhnya lagi di tempat yang sama.

"Abang lagi apa?"

"Ini," jawab Archie menunjukkan CV yang ada di meja kerjanya.

"Sudah Abang baca?"

"Sudah Ma. Tapi, belum semua. Nanti Abang baca lagi. Ini sudah adzan, Abang mau ke masjid. Papa sudah berangkat?"

"Belum, nungguin Abang. Makanya Mama ke sini. Takut Abang telat bangun," jawab mama Mala.

"Perhatiannya Mama," ujar Archie senang.

"Sudah sana, kasian Papa nungguin. Besok juga ada yang lebih perhatian dari Mama."

"Siapa?" Tanya Archie heran. "Arsya kan dah ada Ares. Udah berkurang perhatiaannya ke Abang."

"Hem. Bukan Arsya yang Mama maksud."

"Terus?" Tanya Archie.

Tok tok tok, suara pintu diketuk mengalihkan perhatian keduanya. "Hem. Masih lama? Ini sudah mau iqomah," ucap papa Bagas yang menghampiri keduanya.

"Aduh, maaf Pa. Ayo berangkat! Ma, Abang sama Papa ke masjid dulu. Assalamualaikum," pamit Archie lalu menyalami mama Mala.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Eh! Tunggu dulu," ujar mama Mala.

"Kenapa lagi Ma?" Heran Archie. Mama Mala mendekat ke papa Bagas, "Mama belum salim ke Papa."

"Udah kan?"

"Udah," jawab mama Mala.

"Kami berangkat, Assalamualaikum." Archie langsung merangkul papa Bagas untuk segera berangkat. Dia tidak mau melihat keromantisan orang tuanya yang sering mereka tunjukkan pada anak-anaknya. "Anaknya masih jomblo loh padahal," batin Archie berteriak.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Hati-hati Pa, Bang."

○○○○

Jam makan siang Archie gunakan untuk mengecek tugas mahasiswanya. Hari ini dia hanya ada dua kelas yang harus dia isi, kelas pagi dan kelas siang setelah dhuhur.

"Makan siang dulu, Chie." Ucap Dion yang baru datang dan langsung duduk di hadapan Archie.

"Minimal salam dulu," sindir Archie.

"Hehehe, lupa gue. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, kenapa?"

"Ayo makan! Gue tau, lo laper." Ucap Dion dengan sangat percaya diri.

"Enggak dulu, lo aja sana. Ganggu," ucap Archie dengan sadis.

Dion menatap Archie sebal, "Nggak laper lo?"

Tanpa menjawab, Archie langsung mengeluarkan dua kotak bekal yang sudah disiapkan mama Mala.

"Oh bawa bekel. Kok dua? Yang satu pasti buat gue?" Dengan sangat percaya diri, Dion langsung mengambil satu kotak bekel tersebut.

"Wah! Enak nih."

"Baca doa dulu," ucap Archie mengingatkan.

"Iya."

Mereka makan dalam diam, Archie selalu suka masakan mama Mala. Bukan hanya sosok yang penyanyang, mama Mala juga pandai memasak, tapi Archie selalu heran. Kenapa dia tidak bisa masak? Apa karena dia 100% fotokopian sang Papa?

"Kenapa lo?"

"Nggak."

"Kebiasaan, kalo ditanya jawabnya gitu. Kayak cewek lo, Chie."

"Kurang lama temenannya," sindir Archie. Kesal juga dia. Tidak menjawab, dibilang kulkas. Jawab dibilang kayak cewe. "Dasar manusia."

"Gitu aja marah lo," ujar Dion.

"Sholat?" Tanya Archie.

"Hah? Oh gue faham, nanya udah sholat belum kan? Belum, ayo sholat."

Archie langsung berdiri dan pergi ke masjid kampus. Selesai sholat, dia kembali mengajar dan membukanya dengan salam. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Pertemuan hari ini kita presentasi. Untuk yang bertugas dipersilahkan," Archie memberi ruang pada mahasiswa yang hari ini berpresentasi. Dia mendengarkan juga mengawasi berjalanannya presentasi. Untuk presentasi kali ini, lebih banyak mahasiswa yang aktif dalam berdiskusi.

"Baik sekian presentasi dari kami, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

"Beri applause untuk kelompok hari ini. Untuk hari ini cukup, bapak harap presentasi selanjutnya bisa lebih baik lagi. Terima kasih. Silahkan boleh keluar."

Mahasiswa keluar lebih dulu, sedangkan Archie masih dikelas. Dia memilih mengecek notulen presentasi hari ini. Dirasanya sudah cukup, dia membereskan barangnya dan kembali keruangan untuk pulang.

○○○○

Sedangkan di sisi lain, Rayna sedang asyik membantu bundanya memasak. Karena kakaknya akan tinggal selama beberapa hari, sebab kakak iparnya ada pekerjaan diluar kota.

"Ray, sayurnya sudah matang itu. Langsung angkat, letak di mangkok." Pinta bunda yang langsung dikerjakan Rayna.

Sejak kecil, dia sudah biasa membantu bundanya memasak lebih tepatnya merecoki bunda dan kakaknya.

"Langsung taruh meja makan ya, Bund?" Tanpa menunggu jawaban dari bunda, sayur yang sudah matang tersebut di taruh di meja makan. Dan Rayna kembali berkutat dengan peralatan masak yang kotor.

"Ini sekalin Ray," Bunda menambahi beberapa baskom bekas memasak yang belum dicuci.

"Tadi sayur Ray taruh di meja makan loh," ucap Rayna memberitau, takutnya tadi bundanya belum mendengar.

"Lauknya?"

"Meja makan juga," jawab Rayna.

"Ya sudah. Kalo udah selesai langsung mandi, sudah sore ini."

"Siap Bunda sayang."

"Jangan lupa CV mas Ray dibaca juga, Bunda berharap Rayna cocok."

Rayna yang mendengar itu hanya tersenyum. Sejujurnya dia ada beberapa pertanyaan yang ingin ditanyakannya. Namun, dia ingin bertanya langsung besok di pertemuan kedua mereka.

"Doa yang terbaik saja Bunda," ucap pak Adnan yang baru datang dan sedikit mendengar obrolan istri dan putrinya.

"Ayah memang nggak mau punya mantu kayak mas Ray?"

"Siapa yang tak mau Bund?" Tanya pak Adnan. "Tapi, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung dan mengarahkan. Sisanya serahkan pada anak, karena mereka yang akan menjalani nantinya, mereka dewasa."

"Yah, Bund. Sudah sore, Rayna mau mandi dulu," pamit Rayna mengalihkan pembicaraan orang tuanya.

📝#08-11-2023

Gimana untuk bab ini?
Jangan lupa vote and comen....
Jumpa lagi besok kamis (> <)

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang